Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Mudik Cerdik Artikel Utama

Jalan Tol Macet? Kenali Ciri-ciri Jalan Alternatif

29 Mei 2019   13:27 Diperbarui: 29 Mei 2019   15:15 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Minggu ini arus mudik sudah dimulai. Berbondong-bondong warga yang merayakan lebaran mulai pulang kampung, mungkin sekarang juga ada yang sudah berangkat. 

Jalan tol Trans Jawa sudah resmi dibuka dan dilalui oleh kendaraan, bukan lagi fungsional seperti tahun-tahun lalu. Hal ini berarti akan ada peningkatan arus kendaraan yang signifikan melalui jalan tol tersebut.

Kita belum lupa tragedi Brexit tiga tahun lalu di mana jalan tol macet hingga puluhan kilometer akibat penyempitan pintu keluar tol. Mungkin sekarang kondisi tersebut tidak akan berulang kembali, namun bukan berarti tidak ada kemacetan lagi karena semua orang ingin praktis ga mau ribet lewat jalan non tol untuk pulang kampung. Bila jalan tol macet, kita bisa memilih jalan alternatif di sekitar jalan tol untuk menghindarinya.

Baca juga: Jangan Sampai Anda Tertipu Oleh "Jebakan Batman" Peta Digital

Sekarang sudah ada aplikasi seperti google maps atau waze untuk melihat kemacetan di jalur yang akan kita lalui, beserta alternatif jalan lainnya seandainya terjadi kemacetan. Namun perlu diwaspadai juga rute-rute yang ditawarkan aplikasi tersebut, karena kenyataannya terkadang tidak seindah gambarnya.

Kalau baru pertama kali melintasi jalur alternatif tersebut, ada baiknya untuk mengenali ciri-cirinya, antara lain:

1. Lebar jalan
Lebar jalan standar untuk jalan kabupaten biasanya 5-6 meter atau paling tidak bisa papasan dua truk ukuran 3/4 atau sedang. Kalau lebarnya kurang dari 4 meter, waspadalah karena bisa jadi menyempit atau bahkan buntu di ujungnya, walau dalam aplikasi memungkinkan untuk dilalui. 

Sebaiknya hindari jalan sempit karena walaupun tembus namun akan menemui kesulitan bila berpapasan dengan kendaraan dari arah berlawanan atau bila ada permukaan yang rusak akan sulit menghindar, apalagi bila melalui perbukitan dengan jurang yang dalam.

2. Kondisi permukaan jalan
Kadang-kadang dalam satu ruas jalan awalnya beraspal mulus atau baru saja dibeton, namun setelah lewat belasan kilometer tiba-tiba jalan rusak atau bergelombang. Sayang kan sudah jauh-jauh blusukan ternyata harus berputar balik gara-gara ketemu jalan rusak. 

Untuk memastikan kondisi jalan sebaiknya bertanya dulu kepada penduduk setempat. Kalau di sekitar jalan tidak ada penduduk, lihat poin nomor 3 di bawah ini.

3. Kondisi lalu lintas jalan
Jalan alternatif kondisi lalu lintasnya biasanya tidak seramai jalur utama. Namun selama masih ada angkutan umum atau truk yang lewat dapat dipastikan tidak buntu atau setidaknya tembus kembali ke jalan utama. Kalau sepi cek selang 3-5 menit apakah masih berpapasan dengan kendaraan yang berlawanan arah. 

Kalau lebih dari 5 menit tidak papasan (kecuali malam hari) perlu diwaspadai apakah jalan tersebut tembus atau tidak, sebaiknya tanyakan penduduk setempat. Selain itu pantau juga warna jalan alternatif di aplikasi, apakah hijau atau merah, karena percuma keluar jalan tol kalau ternyata juga macet di jalan alternatif.

4. Kondisi geografis sekitar jalan
Kita bisa cek lewat mode satelit apakah jalan yang akan kita lalui melintasi perkebunan, hutan, atau permukiman penduduk. Lebih aman kalau di jalan yang dilalui lebih banyak permukiman penduduk karena bisa dipastikan tidak akan buntu. Tapi kalau lebih banyak warna hijaunya, pertanda kebun, sawah, atau hutan, perlu diwaspadai karena bisa jadi buntu, atau kalaupun tembus kondisi jalannya rusak.

5. Kondisi keamanan jalan
Ini tak kalah penting karena ada beberapa ruas jalan alternatif yang berpotensi rawan keamanan, seperti begal atau peminta-minta. Justru di jalur alternatif ini biasanya lebih banyak peminta-minta dengan modus perbaikan tempat ibadah atau sumbangan lainnya menjelang lebaran. 

Kalau jalan lancar bisa diabaikan, tapi kalau agak macet perlu kehati-hatian, jangan sampai karena terburu-buru malah menabrak si peminta-minta. Hindari jalan di malam hari bila suasananya gelap atau sepi, kecuali ada kendaraan lain yang ikut melintas alias tidak sendiri.

* * * *

Sebaiknya jalan alternatif yang dilalui sejajar atau paralel dengan jalan utama, jangan sampai menyimpang terlalu jauh karena akan menghabiskan waktu untuk berputar. 

Paling jauh radius 3-5 Km bila ditarik garis lurus antara jalan utama dengan jalan alternatif, kecuali jalan alternatifnya lebar seperti pantura Jawa. Hal ini untuk menghindari kemungkinan kesasar agar masih bisa kembali lagi ke jalur awal tanpa membuang waktu lama.

Lewat jalan alternatif memang mengasyikkan, tapi juga harus waspada dengan berbagai hambatan yang bakal kita temui. Jangan sampai karena ingin menghindari macet malah menemui banyak masalah. Tetap stay save dalam perjalanan, cepat boleh namun aman dan nyaman tetap diutamakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Mudik Cerdik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun