mudik memang mengasyikkan, apalagi dilakukan di bulan puasa, kecuali bila mudiknya setelah hari lebaran. Walaupun diberi keringanan untuk tidak berpuasa saat melakukan perjalanan jauh, namun ada baiknya tetap berpuasa karena akan lebih sulit mengganti puasa di bulan biasa ketimbang tetap menjalankan puasa saat mudik.
PerjalananMudik dengan menggunakan kapal laut, apalagi kapal cepat atau speed memerlukan perhatian tersendiri karena berbeda dengan menggunakan perjalanan darat atau udara.
Perjalanan darat, apalagi bila jalan lurus seperti di tol relatif tidak akan mengalami goncangan berarti. Goncangan baru terasa ketika memasuki jalan mendaki atau menurun disertai dengan kelokan seperti di daerah pegunungan. Demikian pula dengan perjalanan udara, sebagian besar perjalanan relatif tenang kecuali bila memasuki gumpalan awan atau cuaca kurang baik baru terjadi goncangan.
Namun perjalanan di laut harus bersiap dengan goncangan, karena tipikal laut yang selalu bergelombang dan dinamis, jarang sekali tampak laut diam atau tidak berangin.
Kondisi perjalanan tersebut mau tidak mau membuat tubuh sering terguncang dan perut terkocok. Akibatnya terasa masuk angin dan mual ingin muntah, sehingga terkadang disebut sebagai mabuk laut. Bagi yang tidak biasa melakukan perjalanan melalui laut, perlu diwaspadai gejala mual dan ingin muntah karena dapat mengganggu penumpang di sekitarnya.
Dalam kondisi normal, cara mencegah mabuk laut adalah dengan mengisi perut secukupnya, jangan biarkan perut kosong. Selain itu bisa juga dengan meminum obat anti mabuk sebelum melakukan perjalanan. Namun dalam kondisi berpuasa, apalagi perjalanan dilakukan siang hari, kemungkinan untuk mabuk laut terbuka lebar karena perut kosong dan terkocok akibat goncangan kapal.
Untuk mengatasi hal tersebut, cobalah lakukan hal-hal seperti di bawah ini berdasarkan pengalaman saya berlayar di bulan puasa.
1. Bernafas secara teratur
Saat perut mulai terkocok dan kepala pusing serta keringat dingin mulai keluar, upayakan untuk mengatur nafas secara teratur. Hal ini untuk menstabilkan aliran udara yang masuk ke dalam tubuh serta mengurangi dampak goncangan. Selain itu juga untuk mengeluarkan sendawa dan kembung yang terjadi akibat masuk angin.
2. Tidur
Usahakan tubuh agak lelah sebelum memasuki kapal, sehingga mudah untuk tidur. Caranya dengan berjalan kaki di siang hari menuju pelabuhan atau melakukan aktivitas fisik yang cukup memerlukan tenaga ekstra. Tubuh yang lelah mempercepat tidur pulas dan lupa akan goncangan di laut.
3. Berjalan-jalan
Kalau susah tidur, sebaiknya tidak melulu duduk di bangku kapal. Sesekali jalan-jalan ke sekeliling kapal, bila perlu menuju ke dek atau haluan yang terbuka untuk memperoleh udara segar. Masuknya udara segar membuat tubuh lebih tahan terhadap goncangan dan kepala pusing akibat terlalu lama berada di ruangan berpendingin udara.
4. Pijat atau balsem
Kalau perut mulai terasa kembung dan kepala pusing, cobalah dipijat bagian kepala, leher, dan tengkuk. Tidak perlu minta tolong orang lain, cukup dengan tangan sendiri saja untuk memijat ketiga bagian tersebut.
Bisa juga memakai minyak angin atau balsem untuk membantu mengeluarkan angin dari perut. Jangan lupa bawa balsem atau minyak angin sebagai pengganti obat anti mabuk.
* * *
Bila waktu berbuka tiba di atas kapal, segeralah berbuka dengan makanan ringan dan minum teh atau air putih hangat untuk membuang angin yang tersisa di perut yang kosong.
Hindari minuman dingin karena justru membuat perut cepat bereaksi dan berpotensi lebih cepat buang air besar. Sebelum makan besar ada baiknya perut diberi jeda waktu setelah berbuka dengan makanan kecil, untuk menghindari mual akibat goncangan dalam kapal. Misalnya sholat Maghrib terlebih dahulu, bersantai sejenak sambil mengaji baru makan besar.
Selamat mencoba, dan apabila sudah tidak tertahankan lagi untuk muntah karena mual dan pusing kepala, sebaiknya terpaksa berbuka sebelum waktunya daripada memaksakan diri berpuasa. Namun tetaplah diupayakan untuk menghindari mual dengan cara-cara yang telah saya tulis di atas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H