FINAL TANPA JUARA LIGA, IBARAT NGOPI TANPA GULA, PAHITTT MAN!!
Pertandingan terakhir Premier League atau Liga Inggris semalam kembali mentahbiskan Manchester City menjadi juara setelah mengandaskan Brighton HA 4-1 di kandang lawan. Sebagai finalis Champions League musim ini, Liverpool gagal menyalip City walau juga menang 2-0 atas Wolves, demikian pula dengan Spurs yang lebih dulu tercecer dari perburuan gelar sejak pertengahan musim ini.
Partai final Champions League yang bakal digelar di Stadion Wanda Metropolitano, Madrid bakal sedikit hambar karena para finalisnya bukanlah juara liga di negerinya. Liverpool terakhir merasakan gelar juara 29 tahun lalu sewaktu masih bernama First Division, Spurs bahkan jauh lebih lama lagi, terakhir tahun 1961 atau sekitar 58 tahun lalu.
Berkaca dari sejarah, Champions League awalnya bermula dari kejuaraan Champions Cup yang mempertemukan para juara masing-masing liga di Eropa. Artinya hanya para juaralah yang berhak bertarung dalam kompetisi ini, atau dengan kata lain juara Champions Cup adalah jawaranya para juara liga di Eropa.
Pertandingan dilangsungkan dengan sistem gugur hingga babak final hingga terakhir musim 1990-91. Setelah itu format berubah menjadi sistem grup di delapan besar setelah klub-klub tersebut lolos penyisihan yang masih menggunakan sistem gugur.Â
Kedua juara grup langsung bertarung di babak final, yang menghasilkan Barcelona juara untuk pertama kalinya tahun 1992. Tahun berikutnya nama berubah menjadi Champions League namun pesertanya masih juara liga di masing-masing negara, dengan juaranya saat itu Olympique Marseille juga untuk pertama kalinya mewakili Perancis sebagai juara.
Mengingat kejuaraan ini berpotensi mendatangkan pundi-pundi besar, sejak musim 1997-98 pesertanya diperluas dengan memperbolehkan runner-up liga ikut bertarung.Â
Hal ini membawa berkah bagi MU yang menjadi runner-up Premier League tahun 1998 untuk bertarung di Champions League musim berikutnya dan berhasil meraih treble winners tahun 1999, termasuk juara liga dan Piala FA. Bahkan tahun 1999-2000 ditambah lagi dengan peringkat tiga dan empat untuk liga-liga utama Eropa seperti liga Inggris, Spanyol, Jerman, Italia, dan Perancis, tergantung pada koefisien yang ditetapkan oleh UEFA dan bisa berubah setiap tahunnya.
Hal ini tentu menguntungkan klub-klub besar namun sulit untuk menjadi juara di liganya seperti Liverpool untuk ikut bertarung dan pernah merasakan gelar juara Champions League tanpa harus menjadi juara liga terlebih dahulu.Â
Bahkan klub-klub kelas menengah seperti Leverkusen dan Valencia pun ikut menikmati indahnya bertarung di partai puncak, walau harus kalah dari lawan-lawannya yang jauh lebih berpengalaman.