Sebagai travellers dan sering bertugas di luar kota, tentu membutuhkan energi ekstra apalagi bila sedang bekerja di lapangan, di tengah teriknya matahari tanpa tudung dan perut terisi. Walau dalam agama masih diberi ruang untuk berbuka sebelum waktunya saat bepergian jauh, namun saya tetap berpuasa dan alhamdulillah sampai hari ini belum pernah sekalipun membatalkan puasa di tengah perjalanan jauh.
Lalu bagaimana mengatur strategi agar tetap bisa berpuasa di tengah perjalanan yang terkadang macet, cuaca panas, tenggorokan kering, badan lemas apalagi pas jam dua siang saat terik-teriknya matahari menerpa tubuh? Berdasarkan pengalaman, ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat bepergian jauh di bulan puasa, antara lain:
1. Mengatur waktu keberangkatan/kepulangan
A. Menggunakan kendaraan roda empat
Kalau menggunakan kendaraan, terutama saat hendak mudik lebaran, saya biasanya berangkat tengah hari setelah dzuhur untuk jarak pendek dan menengah, misal ke Bandung atau Cirebon, dengan harapan tiba di tempat pas saat berbuka puasa. Kalaupun telat sedikit bisa tetap berbuka di jalan dan melanjutkan perjalanan.
Kalau jarak menengah seperti ke Semarang, saya upayakan berangkat malam hari setelah sholat Maghrib dan berharap tiba menjelang subuh atau setidaknya pagi hari. Untuk menghindari macet panjang, saya mencari jalan alternatif yang jarang dilalui kendaraan para pemudik lainnya. Namun seiring perkembangan teknologi, ternyata banyak juga pemudik yang menjajal jalan alternatif seperti disarankan oleh aplikasi peta seperti Google Maps atau Waze. Akibatnya jalan alternatif juga mulai dipadati pemudik.
Sekarang dengan adanya tol Trans Jawa dan aplikasi peta, perjalanan bisa dimulai siang hari dan berbuka di perjalanan dengan membawa bekal, karena biasanya rumah makan ramai dan padat pengunjung saat waktu berbuka puasa. Saya tidak menyarankan berangkat setelah sahur karena akan menghabiskan waktu lama di saat puasa dan berpotensi berbuka di tengah jalan, apalagi dalam keadaan macet parah.
B. Menggunakan pesawat
Saat menggunakan pesawat udara, saya biasanya berangkat pagi setelah sahur, atau lebih baik siang hingga menjelang sore. Untuk perjalanan udara selama 2-3 jam tidak terlalu menghabiskan energi sehingga waktunya bisa digunakan untuk bekerja di siang hari setelah mendarat, atau esok harinya bila perjalanan dilakukan sore hari. Untuk penerbangan ke arah timur, saya upayakan berangkat siang hari karena waktu berbuka lebih cepat satu hingga dua jam, lumayan mengirit waktu berbuka. Sebaliknya bila ke arah barat, sebaiknya pagi hari karena waktu berbuka lebih panjang sehingga bisa fokus untuk survei di lapangan, atau sekalian setelah berbuka puasa sehingga tidak perlu puasa di perjalanan.
2. Saat di lapangan atau di perjalanan