Hari biasa apalagi, tak sampai belasan orang, padahal dulu Kelimutu merupakan favorit wisatawan setelah berkunjung ke Pulau Komodo.
Hotel-hotel di kota Kupang yang beberapa tahun terakhir mulai tumbuh dan berkembang, juga terlihat semakin sepi. Hanya satu dua hotel saja yang masih ramai, sisanya hanya mengandalkan belas kasihan para pilot dan pramugari yang menumpang nginap di hotel mereka untuk penerbangan esok hari.
Rapat-rapat pemerintah yang spanduknya biasa terpampang di depan hotel, kini nyaris tidak terlihat lagi tersangkut di tiang penyangga pengumuman. Bannerpun tak lagi tampak pertanda ada rapat besar di hotel itu.
Para sopir taksi di bandara El Tari pun senasib dengan rekannya di Soetta, menanti berjam-jam tanpa hasil, hanya menghabiskan uang jajan saja ketika nangkring di bandara. Penumpang yang turun dari pesawat lebih banyak orang lokal yang minta dijemput keluarganya di bandara, atau paling banter naik ojek, sementara hanya satu dua orang seperti saya ini yang masih menggunakan jasa taksi bandara.
Ini tentu sebuah ironi, dimana di satu sisi pemerintah berupaya menggalakkan sektor wisata sebagai pemasukan devisa negara, namun di sisi lain industri penerbangan yang seharusnya dimotori oleh BUMN malah justru 'membunuh' kebijakan pemerintah itu sendiri.
Saya sendiri tak habis pikir mengapa Badan Usaha yang notabene Milik Negara malah tidak mendukung tumbuhnya industri wisata, malah menghapus tarif promo bahkan untuk penerbangan beberapa bulan ke depan.
Jadi, sekali lagi meminjam istilah CEO BL, omong kosong kalau harga tiket pesawat sudah turun. Nyatanya masih bertengger di tarif batas atas yang diperbolehkan. Bagaimana wisata mau maju, terutama di luar Jawa, kalau harga tiket pesawat tidak kunjung turun.
Lalu sampai kapan mau begini terus?
Jangan heran kalau kunjungan ke luar negeri semakin meningkat karena frustasi menunggu harga tiket dalam negeri yang tak kunjung turun. Jangan kaget pula kalau nilai tukar Dollar pun kembali menguat karena banyaknya orang bepergian ke luar negeri ketimbang ke dalam negeri sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H