Tanpa banyak publikasi di luar, negeri tetangga Malaysia ternyata telah merevolusi jaringan kereta apinya serta mengoperasikan kereta cepat sejak tahun 2010.Â
Bermula dari rute pertama Ipoh ke Seremban, lalu rutenya meluas dari Padang Besar di perbatasan Malaysia-Thailand hingga ke stasiun Gemas di selatan. Sementara rute dari Gemas ke Johor sedang dalam tahap konstruksi dan diharapkan selesai tahun 2021.
ETS menjadi kereta api tercepat di dunia yang mampu melaju di atas rel kereta api biasa tersebut dengan kecepatan maksimal mencapai 140-145 Km per jam. Di Indonesia dengan lebar rel sama, kecepatan tertinggi kereta diesel yang menghela gerbong Argo berkisar 100-110 Km per jam saja.
ETS sendiri memiliki tiga kelas yaitu platinum yang dikategorikan sebagai kereta ekspress karena hanya berhenti di stasiun tertentu saja, kelas gold yang berhenti di beberapa stasiun, lalu kelas silver yang berhenti di hampir setiap stasiun.
Bedanya kalau KA Argo Parahyangan Premium posisi kursi tengahnya saling berhadapan, di ETS kebalikannya saling bertolak belakang. Jumlah kursinya 76 penumpang, sementara Argo Parahyangan 80 kursi.Â
Kursinya sendiri mengadopsi kursi pesawat yang memiliki tempat makan di belakang kursi, dan sedikit lebih lebar jarak antar kursinya. Sayangnya tidak ada colokan listrik seperti di kereta di Indonesia.
Dengan adanya ETS, waktu tempuh tersebut berhasil dipangkas hingga menjadi enam jam saja dengan harga tiket 76 RM atau kurang lebih 280 Ribu Rupiah, cukup murah untuk jarak sekitar 520 Km (setara Jakarta - Jogja). Sebagai perbandingan, tarif Argo Lawu saja masih di kisaran 450-500 Ribu Rupiah untuk jarak yang hampir sama.
Jalurnya sendiri masih menggunakan jalur lama yang diberi elektrifikasi, dan kereta diesel yang sebelumnya digunakan untuk menghela KA Senandung Langkawi diistirahatkan berikut rangkaian gerbongnya dan dialihkan ke jalur Johor - Tumpat yang belum dialiri jaringan listrik.Â