Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Buruk Muka Golput Dibelah

30 Januari 2019   12:07 Diperbarui: 1 Februari 2019   11:11 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Golput | FOTO ANTARA/Fanny Octavianus

Para pendukung penantang memang sudah cinta mati terhadap dukungannya, jadi tak akan bergeser sedikitpun, sementara para pendukung petahana mulai jengkel karena terlalu mengakomodir lawan politiknya.

Di sisi lain, penantang tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk merangkul para swing voter atau pendukung yang kecewa, malah cenderung melakukan kamikaze dengan pernyataan-pernyataan bombastis tanpa dukungan data sama sekali. Berbagai kontroversi mulai dari kasus Ratna Sarumpaet hingga Ahmad Dhani masuk penjara semakin menunjukkan minimnya nuansa positif dari kampanye mereka.

Anehnya, justru golput yang menjadi tersangka dalam carut marut pemilu kali ini. Dalam Inpres Nomor 7 Tahun 2018 tentang Rencana Aksi Nasional Bela Negara, Golput dan Apatisme Politik dianggap sebagai ancaman negara yang harus 'diperangi'. 

Alih-alih menyadari sambil memperbaiki diri, pemerintah justru malah menganggap golput seperti partai terlarang yang harus dibasmi, bukannya memberikan edukasi dengan contoh dan teladan yang baik dalam mengelola negara.

Ibarat hukum ekonomi, golput akan punah dengan sendirinya apabila penguasa dan politisi serta partai politik telah menunjukkan kinerja yang baik, korupsi berkurang signifikan, program-program pemerintah benar-benar menyentuh hati rakyat.

Jadi tak perlu lagi cara-cara stick and carrot di mana lebih banyak stick daripada carrot-nya diterapkan, tapi tunjukkanlah perilaku dan teladan yang baik dari para politisi dan penguasa.

Golput tak akan hilang selama cara-cara "kekerasan" masih dipraktikkan oleh kedua kubu. Tanpa rangkulan dan senyuman, jangan harap golput akan berkurang, justru malah semakin bertambah besar gemanya. Jangan karena buruk muka, golput dibelah, disalahkan, di-bully, bahkan diajukan ke ranah pidana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun