Kejadian ini saya alami beberapa waktu lalu ketika bepergian dari Jakarta ke Garut minggu lalu melalui tol Japek dilanjutkan dengan Padaleunyi. Saat memasuki tol BSD-Bintaro kartu e-money yang telah diisi uang 300.000 Rupiah dapat di-tap dengan baik tanpa ada masalah. Lalu kami sempat keluar tol Ciledug untuk menjemput teman dan kembali masuk tol, semua berjalan lancar tanpa hambatan berarti.
Masalah baru terjadi ketika memasuki gerbang tol Cikarang Utama, kartu yang sama gagal dibaca oleh mesin pemindai kartu alias card reader. Beberapa kali supir mencoba tap namun tetap saja gagal.Â
Sementara mobil-mobil yang antri di belakang mulai gerah dan ramai-ramai membunyikan klakson. Tak tampak satu batang hidung petugaspun di dekat lokasi membuat saya harus berteriak dan mungkin karena ramai klakson akhirnya seorang petugas bergegas menghampiri mobil kami.
Jujur saja kami agak was-was karena sering mendengar denda tol yang sangat mahal, dua kali lipat dari tarif tol terjauh. Kebayang kan kalau sudah terkoneksi tol Trans Jawa, berapa denda yang harus dibayar kalau tarif tol terjauhnya mencapai 500 Ribu Rupiah. Kebetulan jalanan macet berat dan nyaris berhenti sehingga kami memutuskan untuk keluar gerbang tol Cibatu.Â
Di gerbang keluar tol mesin pemindai kartu kembali error, dan petugaspun bertanya masuk dari gerbang tol mana. Kami jawab dari gerbang tol Cikarut. Petugaspun tidak mampu mendebet kartu sehingga kami diminta membayar tunai senilai harga tol dari Cikarut ke Cibatu. Rupanya petugas sudah mahfum bahwa beberapa kartu tidak dapat digesek di gerbang tol Cikarut sehingga kami tak perlu membayar denda.
Kami kembali masuk gerbang tol Karawang Barat setelah melalui jalan menyusuri Kalimalang untuk menghindari macet berkepanjangan. Lagi-lagi kartu gagal di-tap, dan petugas kembali membuka palang pintu tol sambil menyampaikan hal yang sama yaitu kartu error saat hendak membayar di gerbang keluar.
Benar saja, di gerbang tol Cileunyi kartu gagal di-tap karena dari gerbang masuk sudah tak bisa dipindai. Kami sudah mengantisipasi bakal terjadi hal tersebut dan segera merapat ke gerbang paling kiri agar bisa dilakukan pembayaran secara tunai.Â
Untunglah petugas sudah mahfum dan tak curiga ketika kami katakan masuk dari gerbang tol Karawang Barat. Namun tetap saja harus membuang waktu di gerbang tol dan mengakibatkan mobil-mobil di belakang ramai-ramai membunyikan klakson.
* * * *
Di satu sisi, penggunaan uang elektronik memang dilakukan dalam rangka efisiensi sekaligus mengurangi kebocoran yang selama ini sering terjadi saat pembayaran masih menggunakan uang tunai. Namun tampaknya pengelola jalan tol lalai dalam melakukan tera ulang terhadap mesin pemindai sehingga ada beberapa kartu yang tidak dapat terbaca. Sementara petugas di lapangan juga semakin terbatas jumlahnya sehingga cukup kelimpungan bila timbul kasus dalam waktu yang bersamaan.