Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Di Balik Keakraban Para Blogger

27 Oktober 2018   19:08 Diperbarui: 27 Oktober 2018   19:14 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya saya ngeblog sudah hampir 10 tahun lebih, mulai dari jaman wordpress, lalu muncul Kompasiana dan teman-temannya hingga sekarang. Namun saya baru intens bergaul dengan para blogger lainnya sekitar dua tahun terakhir, ketika ditunjuk menjadi admin salah satu komunitas di K. Sebelumnya walau cukup sering ikut nangkring dan lomba blog, namun saya termasuk jarang bergaul dengan sesama blogger lainnya dan hanya kenal beberapa orang saja sesama K-ers.

Kalau sedang ikut nangkring baik di K atau tempat lain, sekilas tampak para blogger akrab satu dengan lainnya dan saling melemparkan candaan tanpa harus membuat salah satu tersinggung. Suasana benar-benar ramai dan terbuka, seolah tak ada gesekan di antara mereka. Memang tak bisa dipungkiri, pasti ada pengelompokan sesuai minat obrolan masing-masing, namun tak tampak persaingan di antara kelompok tersebut. Semua berjalan sebagaimana mestinya.

Keanehan mulai muncul ketika saya bertemu dengan salah seorang blogger pada sebuah acara peresmian proyek. Kita yang biasanya akrab saat nangkring di K tiba-tiba seperti orang baru kenal. "Kamu ikut acara ini juga? Dari media mana?" pertanyaannya cukup mengagetkan. "Enggak, aku mendampingi bos aja, lha kamu?" saya tanya balik. "Oooo, enggak, aku ikut diundang yang punya proyek bikin testimoni," jawabnya ringkas. Tampaknya dia bersama rombongan, dan karena ga enak, saya pamit sekalian mengejar bos yang sudah lebih dulu jalan di depan.

Sepertinya ada yang disembunyikan, entah apa maksudnya. Saya sendiri tidak terlalu peduli sampai kemudian ketemu seseorang yang sedang curcol. Saya cukup kaget mendengar ceritanya ketika ada yang mengatakan kalau acara komunitas yang bertema menggunakan aplikasi Android disponsori oleh pemilik aplikasi tersebut. Padahal kami mengadakan acara tersebut hanya untuk memenuhi anggaran yang sudah diberikan sebuah platform agar bisa dipertanggungjawabkan, bukan karena ada sponsor. Boro-boro nyumbang, kenal aja enggak sama yang punya aplikasi.

Semakin banyak kenal para blogger ternyata semakin tampak 'rivalitas' di balik aktivitas menulis blog. Para blogger berlomba mengais rezeki bahkan hingga mengorbankan pertemanan demi meraih proyek yang nilainya mungkin tak terlalu besar. Apalagi kalau ada lomba blog atau pemilihan blogger, pasti akan timbul pro kontra walau belum berujung pada konflik fisik. Bahkan ada saja yang komplain kalau tak diundang acara nangkring, seperti kasus pertemuan dengan Presiden beberapa waktu lalu. Penulisan buku keroyokan pun tak luput dari kontroversi itu sehingga akhirnya memilih jalan masing-masing untuk menerbitkan buku.

Uang dan sejenisnya, termasuk kebanggaan, bahkan sekedar berburu goody bag, telah membuat sebagian blogger melenceng dari filosofi nge-blog itu sendiri. Sejatinya nge-blog itu lebih kepada menumpahkan isi hati dan kepala ke dalam tulisan, yang dulu biasanya disimpan dalam diary namun sekarang disimpan dalam server sebuah platform blog untuk dibagi kepada pembaca. Semakin banyaknya blog yang dibaca membuat tulisan tersebut menjadi bernilai alias dimonetisasi oleh pihak-pihak tertentu untuk menghasillkan uang.

Saya sendiri yang awalnya hanya menulis untuk sekedar melepas penat kerja, kadang menjadi ikutan terbawa suasana walau akhirnya sadar bahwa masih ada pekerjaan utama yang harus diselesaikan. Nge-blog akhirnya saya anggap sebagai sarana silaturahmi saja dengan sesama blogger sekaligus menuangkan tulisan santai seperti ini karena saya tidak ingin terlibat persaingan terlalu dalam dengan sesama blogger. Silakan saja bagi para blogger yang sudah mentahbiskan diri untuk full time, namun jangan pernah anggap saya sebagai saingan.

Sebenarnya masih banyak lagi cerita 'rivalitas' sesama blogger yang saya ketahui maupun alami, namun tak perlulah semuanya diceritakan di sini. Tulisan ini sekedar mengingatkan kita di hari Blogger Nasional bahwa kita nge-blog bukan sekedar untuk mengais rezeki, tetapi juga menjalin silaturahmi dan kolaborasi. Jangan lagi menganggap sesama blogger sebagai saingan, dalam sebuah lomba sekalipun. Semoga ke depan hal-hal seperti itu bisa diminimalisasi, berganti dengan integrasi dan kolaborasi antar sesama blogger. Selamat hari blogger.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun