Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Transjakarta Mengubah Perilaku Masyarakat Berkendaraan Umum

14 Oktober 2018   18:34 Diperbarui: 14 Oktober 2018   18:52 1157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak busway masuk ke Ciledug satu setengah tahun lalu, saya termasuk sering menggunakan moda transportasi busway walau tidak setiap hari untuk bekerja. Bila ada acara di tempat jauh atau macet atau sulit parkir, saya lebih baik menggunakan busway daripada terjebak kemacetan atau terlalu lelah karena jauh jaraknya dan susah cari parkir di tempat tujuan. 

Saat Asian Games lalu saya menjadi pelanggan setia busway karena lebih mudah naik turunnya daripada susah memperoleh parkir di sekitar Gelora Bung Karno. Saat menghadiri kondangan atau acara-acara seperti kopdar saya lebih memilih busway bila lokasinya tak jauh dari halte busway.

Naik busway jauh lebih nyaman karena semua kendaraan berpendingin udara dan tidak ada lagi pengamen yang coba-coba menyanyi dalam bus. Bicara keamanan juga tampak lumayan aman walau tetap harus waspada karena namanya copet tetap saja bergentayangan, namun tak bisa lagi turun di jalan seperti naik bus biasa.

Sepanjang pengamatan saya selama menjadi pengguna busway, tampak ada perubahan perilaku baik penumpang maupun pengemudinya. Perubahan tersebut cukup mencolok karena benar-benar mengubah kebiasaan masyarakat yang sulit untuk berubah seperti berhenti sembarangan di pinggir jalan. Ketertiban mulai terasa saat memasuki halte busway hingga keluar di tempat tujuan. Beberapa catatan mengenai perubahan perilaku tersebut terbagi atas dua sisi, dari penumpang dan pengemudinya.

Dari sisi penumpang, perilaku yang berubah antara lain:

1. Turun di halte yang telah ditentukan

Keberadaan halte khusus membuat busway berhenti pada tempat yang telah ditentukan. Penumpang tidak bisa lagi seenaknya turun di sembarang tempat walaupun dilalui jalur busway. Hal ini ternyata berlaku juga buat feeder busway walau tidak ada halte khusus namun tetap berhenti pada titik yang telah ditentukan yaitu terdapatnya plang bertanda tempat pemberhentian pengumpan busway. 

Lama kelamaan penumpang menjadi sadar kalau ingin naik busway maupun pengumpan harus berkumpul di halte atau titik perhentian tertentu, tidak lagi di sembarang tempat.

2. Tertib dalam antrian

Walaupun sering penuh, para penumpang tampak lebih tertib mengantri, dan apabila ada yang coba-coba menyalip kadang diteriaki oleh sesama calon penumpang untuk mengantri. Pintu masuk busway juga sudah ditentukan sesuai jurusan sehingga tidak ada lagi penumpang yang kesasar karena salah naik busway.

3. Duduk sesuai peruntukan

Di dalam busway ada tempat duduk khusus wanita dan orang dengan ketentuan khusus. Biasanya kondektur langsung menegur bila ada yang kesasar masuk ke area wanita, atau bila penuh selalu meminta penumpang yang lebih muda dan kuat untuk mengalah. Lama kelamaan sekarang banyak penumpang dengan sadar mulai mengalah apabila ada ibu hamil atau orang tua sakit untuk memberikan tempat duduknya. 

4. Menggunakan non tunai

Penggunaan kartu non tunai membuat masyarakat menjadi terbiasa menggunakan pembayaran dengan tap kartu. Kalau tidak punya kartu bisa dibeli di halte busway tertentu yang menyediakan pembelian kartu non tunai multifungsi, tergantung bank penerbit, yang bisa digunakan untuk keperluan lain seperti membayar tol selain digunakan untuk naik busway.

Dari sisi pengemudi:

1. Tidak menurunkan di sembarang tempat

Pengemudi busway maupun bus pengumpan tak bisa lagi menaikturunkan penumpang di sembarang tempat, karena rata-rata setiap bus telah dilengkapi GPS dan dimonitor keberadaannya sehingga mudah dilacak kalau menurunkan penumpang sembarangan. Sepanjang pengalaman saya naik bus pengumpang, pengemudi selalu berhenti di halte bus atau titik yang memiliki tanda 'perhentian bus pengumpan' bila tak ada halte fisik. 

Pengemudi bahkan berani menolak keinginan penumpang untuk berhenti di sembarang tempat dan diingatkan untuk turun di titik terdekat. Semoga ini bisa konsisten terutama untuk bus pengumpan saat tidak memasuki jalur busway.

2. Tidak ugal-ugalan karena kejar setoran

Karena pembayaran menggunakan non tunai dan dibayar langsung di halte, pengemudi santai saja membawa kendaraannya. Tidak ada kejar-kejaran antar busway karena memang sudah diatur waktu berhentinya di tiap-tiap halte. Pengemudi dan kondektur sudah digaji tetap oleh perusahaan sehingga tidak lagi mengejar setoran seperti supir bis biasa. Kita bisa memantau perkiraan kedatangan bus di papan informasi yang terdapat di beberapa halte tertentu sehingga kita bisa mengukur waktu hingga tiba di tujuan.

3. Tidak ada supir tembak

Pengemudi sudah ditentukan bus dan rutenya sehingga tidak ada lagi supir tembak atau pengganti yang biasanya digunakan menjelang masuk ke terminal karena supir utamanya malas mengantri dan lebih memilih ngopi dulu di warteg dekat terminal. Pengemudi juga tidak bisa lagi seenaknya memindahtangankan bus tanpa persetujuan pengawas lapangan.

4. Tidak putar balik bila kosong

Ini penyakit hampir sebagian besar angkutan umum kita, kalau hanya ada satu dua orang pasti diturunkan di tengah jalan atau di pindah dengan paksa ke angkutan lain sejenis. 

Hal ini tidak berlaku pada busway maupun bus pengumpan. Saya pernah cuma berdua saja satu bus hingga akhir perjalanan dan tidak ada niat pengemudi untuk memindahkan penumpang ke bus belakang. Bus tetap jalan seperti biasa hingga terminal bus dan selalu berhenti di tiap halte walau tampak kosong, padahal bisa saja dilewatkan untuk menghemat rem dan ban.

* * * *

Rupanya hal ini telah berjalan relatif konsisten selama hampir 15 tahun beroperasi, karena biasanya bangsa kita ini mudah sekali membangun tapi sulit untuk memelihara. Semakin banyak jalur yang sudah disterilisasi membuat perjalanan semakin cepat dan terukur waktu ketibaannya, sehingga kita bisa memperkirakan waktu tempuh dengan menggunakan busway, walaupun di saat tertentu juga kadang terlambat karena kemacetan yang tidak diduga seperti adanya banjir atau kecelakaan. Semoga konsistensi bertahan sampai kapanpun hingga berganti moda yang lebih modern, dan masyarakat juga mulai terbiasa untuk membawa kebiasaan di busway untuk diterapkan pada angkutan umum lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun