Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Turut Menyukseskan Asian Games dengan Meramaikan Cabor Sepi Penonton

1 September 2018   10:27 Diperbarui: 1 September 2018   10:27 746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gelantungan di Bis Shuttle Transjakarta (Dokpri)

Asian Games kali memang benar-benar meriah lebih dari yang diperkirakan banyak orang. Strategi panitia dalam "menjual" Asian Games patut diacungi jempol karena membuat masyarakat bisa ikut menikmati kemeriahannya tanpa harus menonton seluruh pertandingan dan perlombaan di arena Asian Games. Lingkungan GBK dibuat tertutup dan para pengunjung dikenakan tiket festival sebesar Rp 10.000 untuk masuk ke area tanpa harus menonton. Sementara untuk pemegang tiket pertandingan diperbolehkan langsung masuk tanpa harus membeli tiket festival lagi.

Tiket Festival (Dokpri)
Tiket Festival (Dokpri)
Saya berkesempatan keliling seharian di GBK kemarin menjelang penutupan Asian Games. Sayang rasanya event yang belum tentu terjadi lagi di negeri ini dilewatkan begitu saja. Sayapun mencoba mencari tiket pertandingan yang tidak terlalu banyak penonton, sekadar ikut meramaikan dan menyukseskan Asian Games. Kalau pertandingan seperti basket, voli, bulutangkis sudah pasti penuh dan agak malas juga mengantri tiket offline.

Pemindaian Sebelum Masuk GBK (Dokpri)
Pemindaian Sebelum Masuk GBK (Dokpri)
Harga tiketnya memang cukup mahal, untuk pertandingan beregu antara 150-300 Ribu Rupiah, sementara untuk pertandingan atau perlombaan perorangan berkisar antara 100 - 200 Ribu Rupiah. Selain itu juga karena menjelang hari terakhir tiket sudah banyak yang habis, tinggal tersisa beberapa cabor yang sepi penonton. Akhirnya saya memilih menonton baseball karena masih banyak tersedia tiket dan memang belum pernah menyaksikan siaran di stadion sebelumnya.

Zona Bhin-Bhin (Dokpri)
Zona Bhin-Bhin (Dokpri)
Pagi-pagi saya ke GBK dengan menggunakan busway agar tidak perlu bermacet-macet ria serta susah memperoleh parkiran. Agar tidak terlalu jauh saya turun di halte GBK dan langsung menyeberang menuju pintu 6. 

Sebelum masuk saya tunjukkan tiket pertandingan baseball, jadi tak perlu lagi beli tiket festival. Setelah itu saya melalui gerbang pemeriksaan seperti di bandara, namun tidak terlalu ketat karena tidak perlu memindai hape dan mencopot rompi yang saya kenakan.

Antrian Masuk Toko Souvenir (Dokpri)
Antrian Masuk Toko Souvenir (Dokpri)
Tak jauh dari gerbang tersebut terletak zona Bhin-Bhin yang menjual aneka produk makanan di sebelah kiri dan di sebelah kanannya terdapat toko souvenir serta kios para sponsor utama Asian Games. Masya Alloh!! antrian pembeli souvenir begitu panjangnya, hampir sekitar 500 meter hanya untuk mendapatkan boneka dan pernak-pernik lain. Inilah satu kelemahan panitia yang hanya membuka satu toko khusus pada event sebesar ini. 

Seharusnya ada tiga hingga lima titik pembelian yang disebar di setiap sudut GBK agar antrian terpecah tidak hanya di satu titik saja. Dalam dua jam boneka habis, sementara dua jam berikutnya jaket dan thumbler juga habis, membuat pengantri kecewa berat sambil tetap berharap ada stok susulan.

Panjang Antrian Hingga ke Halte Bis (Dokpri)
Panjang Antrian Hingga ke Halte Bis (Dokpri)
Gelantungan di Bis Shuttle Transjakarta (Dokpri)
Gelantungan di Bis Shuttle Transjakarta (Dokpri)
Sambil menunggu pertandingan yang baru akan berlangsung jam dua siang, sayapun berkeliling GBK naik bis shuttle Transjakarta gratis ke seluruh area olahraga. 

Keberadaan bis ini cukup membantu mengingat jarak antar satu gedung cukup jauh dan bikin gempor kaki walaupun sebenarnya cukup rindang bila melalui hutan di sekeliling Stadion Utama GBK. 

Saya sengaja tidak turun bis dan kembali ke titik semula lagi karena hanya ingin melihat sampai di mana perputaran bis tersebut. Ternyata coverage areanya lumayan banyak yang bisa dilalui bis tersebut, jadi tak perlu khawatir jalan kaki terlalu jauh. Sayangnya jumlah bis tidak terlalu banyak sehingga menyisakan antrian panjang buat calon penumpangnya di halte utama dekat zona Bhin-Bhin.

Bareng Atlet Kazakhstan (Dokpri)
Bareng Atlet Kazakhstan (Dokpri)
Setelah itu saya keliling ke zona Atung dan Kaka. Di sini saya bertemu atlet-atlet dari Kazakhstan dan Malaysia yang sedang cuci mata setelah usai bertanding. Kesempatan ini tak saya sia-siakan untuk foto bersama para atlet dan mereka dengan senang hati bersedia untuk difoto. Sayang atret Malaysia keburu pergi sehingga saya tak sempat berfoto bersama mereka. 

Maklum cuaca panas sehingga mungkin mereka malas menunggu lama-lama untuk berfoto bersama. Sama seperti di zona Bhin-Bhin, di kedua zona ini juga sebagian besar menjual makanan dan ada beberapa kios milik sponsor yang ikut menjual produknya.

Zona Atung (Dokpri)
Zona Atung (Dokpri)
Zona Kaka (Dokpri)
Zona Kaka (Dokpri)
Sejam menjelang shalat Jumat saya menuju masjid Al-Bina untuk menunaikan Jumatan. Masjidnya lumayan besar dan dilengkapi pendingin udara yang cukup dingin suhunya. Sekarang rata-rata masjid di Jakarta memang sudah dilengkapi pendingin udara sehingga para jamaah semakin betah berada di dalamnya. 

Namun begitu azan dikumandangkan, tampak sekali masjid sudah penuh dan tidak mampu lagi menampung jamaah sehingga harus meluber hingga tepi jalan. 

Uniknya lagi, khotib membacakan khotbah dalam dua bahasa, Indonesia dan Inggris secara bergantian setiap paragraf berakhir, karena ternyata banyak atlet dan ofisial asing juga ikut sholat Jumat di masjid ini.

Masjid Al Bina (Dokpri)
Masjid Al Bina (Dokpri)
Selesai sholat Jumat saya berkeliling stadion utama GBK lalu beranjak menuju stadion Baseball yang berada di sudut GBK dekat pintu 3. Karena pertandingan belum dimulai saya menyambangi gerai salah satu sponsor utama dan mencoba main bola menggunakan VR (Virtual Reality). Ternyata agak susah juga bermain bola dengan VR karena gerakannya terlambat sepersekian detik dari bola yang sudah ditendang. Alhasil gawang saya sering kebobolan.

Kaldron Asian Games (Dokpri)
Kaldron Asian Games (Dokpri)
Setengah jam sebelum pertandingan akhirnya saya masuk ke stadion. Di sini suporter Korea dan Tiongkok yang akan bertanding dipisahkan tempat duduknya, dan saya ikut ke zona Tiongkok karena lebih sepi dibanding Korea yang ramai didukung oleh suporternya. 

Setelah masuk ke stadion, tampak sekali ketimpangan pendukung antara Tiongkok dan Korea. Para pendukung Korea memenuhi 90% kursi stadion dan tampak kompak membawa peralatan musik sambil bernyanyi riang, sementara para pendukung Tiongkok nyaris tak tampak, hanya beberapa gelintir dan tidak terorganisir dengan baik.

Dukungan Supporter Korea di Bangku Seberang (Dokpri)
Dukungan Supporter Korea di Bangku Seberang (Dokpri)
Dukungan supporter rupanya berpengaruh besar terhadap pemain, karena Korea akhirnya menang telak 10-1 atas Tiongkok. Saya sendiri sebenarnya tidak mengerti cara bermain baseball dan hanya ikut berteriak saja meramaikan suasana. Pertandingan berlangsung sekitar dua jam di tengah cuaca panas terik. 

Stadionnya sendiri cukup berkelas dengan papan monitor elektronik yang canggih sehingga kita bisa mengetahui pemain yang bertanding, skor sementara, dan berapa base yang sudah diduduki lawan. Kursi penonton sendiri tertutup sehingga tidak perlu khawatir saat hujan atau panas karena dilindungi atap dan jaring untuk menghindari lemparan bola ke arah penonton.

Pertandingan Berlangsung Seru (Dokpri)
Pertandingan Berlangsung Seru (Dokpri)
Tak terasa hari sudah sore, badan sudah letih karena berkeliling arena, padahal sebenarnya masih ingin menyaksikan minimal satu pertandingan di malam hari. Dengan menumpang bis shuttle saya kembali menuju zona Bhin-Bhin dari stadion Baseball, karena sudah tak kuat lagi berjalan kaki dari belakang ke depan. 

Suasana makin ramai di sore hari dan antrian masih tampak panjang walaupun sudah berkali-kali diingatkan petugas kalau barang yang dicari sudah habis. Memang bangsa ini punya karakter penasaran sebelum melihat sendiri kalau memang barangnya sudah tak lagi tersedia di dalam.

* * * *

Menyukseskan Asian Games tak hanya memberikan dukungan pada atlet Indonesia yang bertanding saja, tapi juga pada penyelenggaraan acaranya dengan menghadiri festival serta menonton cabang olahraga yang sepi penonton. 

Ramainya penonton di setiap cabang menandakan bahwa kita berhasil menyelenggarakan Asian Games secara kaffah, tidak hanya atletnya yang berjaya di lapangan, tapi juga panitia yang telah bersusah payah membangun dan menjaga agar event ini dapat berlangsung dengan baik. 

Kios APP Sinarmas di GBK (Dokpri)
Kios APP Sinarmas di GBK (Dokpri)
Dukungan pemerintah, swasta, dalam hal ini APP Sinarmas yang berkontribusi sebagai official partner Asian Games 2018 turut menentukan suksesnya acara Asian Games, baik dari sisi penyelenggaraan maupun dari jumlah medali yang diraih atlet Indonesia. 

Ke depan, kita bisa menatap untuk penyelenggaraan olimpiade atau piala dunia dengan portofolio penyelenggaraan Asian Games kali ini. Selamat buat semua pihak yang telah berperan serta menyukseskan Asian Games sekaligus membuka mata dunia bahwa Indonesia mampu menyelenggarakan event besar ini.

Istora Senayan (Dokpri)
Istora Senayan (Dokpri)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun