"Ability is of little account without opportunity."
-Napoleon- (Goodreads)
Kemampuan tak ada gunanya tanpa diberi kesempatan, itulah yang terjadi pada Dalic. Nasibnya hampir sama dengan Roberto Martinez, dari pemain biasa jadi pelatih tersukses di Kroasia. Lama di padang gurun, akhirnya kesempatan datang kala Kroasia sedang dalam krisis setelah ditahan Finlandia 1-1 di depan pendukungnya sendiri di Rijeka.Â
Situasi menjadi kritis karena dalam empat pertandingan terakhir penyisihan grup Kroasia hanya memperoleh nilai empat dari maksimal 12, sehingga memiliki nilai sama dengan Ukraina, hanya unggul selisih gol saja. Kegagalan ini dimanfaatkan Islandia untuk menyodok ke puncak klasemen setelah menang atas tim tangguh Turki 3-0 di Eskisehir.
Gawatnya lagi pertandingan terakhir berlangsung di Kiev dimana tuan rumah lebih diunggulkan daripada tamunya. Kroasia memang hanya butuh hasil seri untuk masuk ke babak play off, namun tuan rumah tentu memiliki semangat tinggi untuk memenangkan pertandingan. Setelah hasil seri melawan Finlandia, Davor Suker, presiden Sepakbola Nasional Kroasia, memecat pelatih Ante Cacic yang dianggap tak mampu lagi mengangkat moral pemain Kroasia yang tengah jatuh.
"We have analyzed the situation and decided to hire Dali, who accepted the offer without hesitation. HNS wanted a Croatian coach, and now we have to support him and believe in a positive outcome in Ukraine. This will be a heroic decider, and we hope that our players, true professionals, will 'explode'.
-Davor Suker, presiden Sepakbola Nasional Kroasia - (HNS)
Hari itu juga, Sabtu 7 Oktober 2017, Zlatko Dalic langsung diumumkan sebagai pengganti Cacic, dengan tugas berat memenangkan pertandingan melawan Ukraina pada hari Senin tanggal 9 Oktober 2017.Â
Jadi Dalic hanya punya waktu dua hari untuk mempersiapkan tim sebelum bertanding melawan Ukraina di kandang mereka. Beruntung, Kramaric berhasil mencetak dua gol di babak kedua pada menit ke-62 dan 70 untuk memastikan satu tempat di babak play-off, karena di saat bersamaan Islandia menang atas tim lemah Kosovo 2-0 sehingga berhak lolos langsung ke putaran final piala dunia.
* * * *
Sebagai pemain, prestasi Dalic boleh dibilang biasa-biasa saja, hanya berpindah-pindah klub di seputar Liga Yugoslavia, mulai dari klub beken Hajduk Split, sebentar ke Titograd dan Velez Mostar, kemudian agak lama sekitar empat musim di Varteks, lalu kembali lagi ke Split, sebelum mengakhiri karirnya di Varteks. Di klub inilah Dalic naik pangkat jadi asisten manajer dari tahun 2000 hingga 2005 dan sempat membantu Blazevic selama dua musim terakhir, sebelum menggantikannya jadi manajer penuh pada bulan Mei 2005. Di tahun pertamanya Varteks finish di urutan ketiga Liga Kroasia dan menjadi runner-up Piala Kroasia.
Dua tahun di Varteks, Dalic pindah ke Rijeka, klub yang mengalahkan Varteks di final Piala Kroasia dua tahun sebelumnya. Namun hanya bertahan setahun, setelah menduduki peringkat keempat liga Dalic mencoba peruntungan di negeri tetangga Albania dengan melatih Dinamo Tirana. Di klub tersebut Dalic mempersembahkan Albania Supercup, namun setengah tahun kemudian berhenti setelah kalah derbi dengan Tirana dan Partizan. Setelah itu Dalic melatih klub Slaven Belupo selama semusim, sebelum akhirnya hijrah ke padang gurun.
Musim pertama Dalic melatih Al Faisali, sebuah klub Liga Profesional Arab Saudi dan membawanya lolos ke King's Cup, serta menjadi pelatih terbaik musim 2010-2011. Tahun berikutnya Dalic pindah ke Al Hilal B, namun tak sampai setengah tahun naik tingkat ke tim utama Al Hilal menyusul dipecatnya manajer sebelumnya Antoine Kombuare, dan membawanya jadi juara Prince Cup serta runner up Liga Profesional Arab Saudi.
Namanya mulai bersinar setelah pindah ke Al Ain, sebuah klub di Uni Emirat Arab, walau sebelumnya sempat menolak tawaran klub lamanya Hajduk Split. Di klub ini Dalic mempersembahkan UAE President Cup 2013-14, Arabian Gulf League 2014-15, dan Arabian Gulf Super Cup 2015. Prestasi besarnya adalah membawa Al Ain menjadi runner up Liga Champions Asia tahun 2016 setelah kalah di final melawan Jeonbuk Hyundai Motors dengan agregat 3-2.
* * * *
Sukses di padang gurun berlanjut ketika berhasil membawa Kroasia lolos babak play off setelah menghempaskan Yunani dengan skor 4-1 di kandang sendiri dan berhasil menaham imbang tanpa gol di kandang lawan. Di awal piala dunia, penampilan Kroasia semakin mengejutkan. Setelah mengalahkan Nigeria dengan skor 2-0, Kroasia tampil impresif saat menghempaskan favorit juara Argentina tiga gol tanpa balas dengan memanfaatkan kesalahan kiper Willy Caballero serta kurang disiplinnya pertahanan Argentina. Kroasia akhirnya bertemu lagi dengan Islandia yang menjadi musuh bebuyutan di kualfikasi grup I zona Eropa, dan menang tipis 2-1 untuk memastikan langkah mereka di babak kedua.
Di perdelapan final, Kroasia memulangkan Denmark melalui adu penalti 3-2 setelah skor tetap 1-1 di akhir perpanjangan waktu. Di perempat final, pertarungan lebih seru karena Rusia sempat unggul lebih dulu melalui Cheryshev lewat tendangan maut dari luar kotak penalti. Kramaric menyamakan kedudukan melalui sundulan kepala di babak kedua dan pertandingan dilanjutkan dengan perpanjangan waktu. Giliran Kroasia unggul setelah sundulan Vida membobol gawang Akifeev, namun dibalas oleh Fernandez lima menit sebelum bubaran. Penalti akhirnya menjadi penentu kemenangan Kroasia setelah menang dramatis hingga tendangan terakhir Rakitic membuat skor penalti menjadi 4-3.
Setelah itu justru Kroasia menguasai jalannya pertandingan, beberapa kali Modric, Mandzukic, Rakitic nyaris membobol gawang Pickford yang bermain gemilang malam itu. Pemain Inter MIlan Ivan Perisic akhirnya memecah kebuntuan setelah berhasi menyamakan kedudukan di menit ke-68. Pertandingan dilanjutkan melalui perpanjangan waktu, dan sepuluh menit sebelum peluit berakhir sontekan Mandzukic berbuah gol akibat kesalahan koordinasi pertahanan Inggris mengantisipasi sundulan Perisic.
Sukses luar biasa ini tentu mengejutkan bahkan oleh Dalic sendiri yang tidak menyangka bakal melangkah sejauh itu. Di awal piala dunia, pasar taruhan bahkan hanya memasang 33:1 untuk Kroasia juara dan 12:1 bila masuk final, jauh dari tim-tim favorit yang keburu tumbang seperti Brasil yang diunggulkan 4:1 jadi juara dan 9:4 bila masuk final, sementara juara bertahan Jerman diunggulkan di angka 9:2 untuk juara dan 9:4 bila melaju ke final. Seperti kata pepatah, kemampuan bisa ditunjukkan bila diberi kesempatan, dan itulah yang tak disia-siakan oleh Dalic.
"We all remember Lilian Thuram 20 years ago. This may be our opportunity to respond, but both teams deserved to reach the World Cup final. We'll do the best we can, even though France is a top team with world-class individuals. It will be a tough, great match to enjoy. Against England, we were the better side and took control, even after conceding.Â
..... Croatia enjoyed this match, showing incredible strength and energy......Â
With every game in this World Cup, they were gaining more mental strength - and this tournament will be won by a disciplined, organized team rich in team spirit. Despite France having more days to rest, we will no seek excuses, but give our best. No alibis. This is a historic moment for Croatia and Croatian football. We have a heart, we have pride, we have quality players"Â
-Zlatko Dalic- after semifinal match againts England (HNS)
Ingat, jangan nonton bola tanpa kacang garuda. Tak ada alasan untuk kalah, itulah pesan dari Dalic yang akan dibuktikan pada partai final melawan Perancis nanti. Ibarat turun gunung dari padang pasir ke medan salju, itulah sosok Dalic sang konseptor sukses Kroasia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H