Mesin Ketel Uap di Depan Gedung Siola (Dokpri)
Mumpung masih ada waktu setengah jam, saya sempatkan untuk mampir ke
Taman Budaya Jawa Timur yang letaknya tak jauh dari gedung Siola. Taman Budaya ini merupakan bekas kantor pemerintah Kabupaten Surabaya sebelum dilikuidasi. Di depan ada bangunan pendopo, lalu di belakangnya bangunan bekas kantor Bupati yang menjadi gedung Sawunggaling. Lalu di sampingnya tampak seperti bangunan baru bernama gedung Cak Durasim, seorang tokoh ludruk Surabaya yang berjuang bersama Dr. Soetomo dan kawan-kawan untuk meraih kemerdekaan.
Pendopo Taman Budaya Jatim (Dokpri)
Waktu menunjukkan pukul sepuluh, saya harus segera ke
terminal Bungurasih untuk naik bus bandara
Juanda. Dari Siola saya naik bis kota Damri jurusan Bungurasih yang ber-AC dengan tarif 6000 Rupiah saja. Lumayan dingin di tengah panas teriknya kota Surabaya, sepanas persaingan Cak Imin dengan Bu Khofifah yang akan ditentukan pada hari itu. Bis juga tidak penuh penumpang sehingga berjalan agak lambat dengan harapan bisa menjaring penumpang di halte selanjutnya.
Gedung Terminal Bungurasih (Dokpri)
Memasuki terminal Bungurasih, saya agak sedikit pangling karena ada sedikit perubahan setelah sepuluh tahun lebih terakhir berkunjung. Bangunan terminal sudah berlantai dua dan calon penumpang diwajibkan naik ke lantai atas untuk turun di platform sesuai jurusan yang dituju. Namun tampaknya masih kurang optimal karena masih banyak penumpang yang menunggu di ujung terminal, serta masih banyaknya calo membuat terminal tersebut tetap kurang nyaman bagi para penumpang.
Jalan Menuju Platform atau Jalur Bis Antarkota (Dokpri)
Untunglah calo-calonya tak seganas dulu. Saya bisa lebih rileks mengelilingi terminal sebelum naik bis Damri tujuan bandara Juanda. Selain gedung bertingkat itu, tidak ada perubahan berarti dalam pengelolaan terminal. Kios penjualan tiket bis antarkota masih dikuasai para calo sehingga malas untuk sekedar bertanya-tanya. Mungkin karena letaknya di Sidoarjo membuat Bu Risma agak segan hendak turun langsung membereskan terminal, walaupun sebenarnya masih menjadi milik bersama Kabupaten Sidoarjo dan Kota Surabaya.
Tempat Tunggu Bis Bandara di Samping Kedatangan Bis Antarkota (Dokpri)
Setelah puas berkeliling gedung, saya segera naik bis Damri menuju bandara yang letaknya berada di area kedatangan bis antarkota di luar gedung. Sebenarnya rute Damri ini juga tanggung karena jarak dari Bungurasih ke
Bandara Juanda tidak terlalu jauh, kalau lancar tak sampai setengah jam sampai, bila macetpun paling lama satu jam lebih sedikit juga sudah tiba. Agak aneh juga mengapa tidak diperpanjang rutenya hingga ke Perak atau Joyoboyo misalnya.
Gedung Bandara Juanda (Dokpri)
Benar saja, hanya setengah jam saya sudah sampai bandara Juanda yang semakin tampak tua. Bangunannya mulai kusam pertanda selain tua juga perawatan semakin berkurang. Bandara ini merupakan lapangan terbang teramai kedua setelah Soekarno Hatta, antrian untuk cetak boarding pass pun mengular hingga mendekati pintu pemindaian barang. Karena masih dua jam lagi boarding, saya sempat berkeliling bandara dan nangkring sejenak di sebuah warung kopi di luar bandara. Harganya masih agak murah dibanding Soetta atau Kuala Namu, walau tetap saja mahal bila dibandingkan warung kopi di mall tengah kota Surabaya.
Ruang Check In Bandara (Dokpri)
Selesailah sudah liburan selama enam jam di Surabaya. Sebenarnya saya masih ingin extend barang sehari lagi, namun panggilan mendadak membuat saya harus segera berangkat ke Bandung untuk melaksankan tugas rutin. Di zaman modern ini, jarak tak lagi menjadi halangan untuk bepergian. Sekarang ke Surabaya rasanya tak jauh beda dengan ke Monas atau ke Taman Mini misalnya. Banyak moda transportasi cepat dan mudah untuk mencapai ke sana.
Jasmerah, jangan sekali-kali melupakan sejarah. Beruntunglah Surabaya dipimpin oleh orang yang peduli terhadap sejarah bangsa. Beberapa bangunan dan gedung maupun kampung yang masih tersisa dijadikan obyek wisata sekaligus tempat menyimpan benda-benda bersejarah. Semoga ke depan langkah beliau ditiru oleh pemimpin daerah lainnya di negeri ini.
(selesai)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Trip Selengkapnya