Kejadian itu berdampak dengan tewasnya penumpang dan awak yang berjumlah 298 orang, dan bangkai pesawatnya bertebaran di Torez, tak jauh dari kota Donetsk, Ukraina.
Kedua musibah dalam waktu hampir bersamaan tentu membuat limbung Malaysia Airlines, bukan hanya sekedar kehilangan pesawat tapi juga harus menyelesaikan urusan dengan para penumpangnya, walau tentu sudah di-cover sebagian lewat asuransi.
Namun hebatnya, dalam kurun waktu empat tahun terakhir ini, Malaysia Airlines kembali bangkit dengan bendera baru Malaysia Airlines Berhad di bawah kendali Khazanah Nasional yang merupakan grup BUMN terbesar di Malaysia.
1. Sempat Menggunakan CEO Asing
Untuk mengejar ketertinggalan akibat musibah beruntun tadi, MAB merekrut Christoph Mueller yang telah berpengalaman di dunia penerbangan selama lebih dari 20 tahun sebagai CEO.
Namun hanya setahun bertahan, Mueller diganti koleganya yang juga ikut bersamanya membangun MAB, Peter Bellew yang berasal dari Irlandia.
Di tangan Bellew Malaysia Airlines berubah total menjadi perusahaan yang mulai memperoleh keuntungan dari awalnya yang selalu merugi.
Memang penggunaan CEO asing juga sempat ditentang oleh kalangan tertentu di Malaysia, namun seiring dengan majunya perusahaan, konflik tersebut reda dengan sendirinya.
Sayangnya Bellew hanya bertahan satu setengah tahun sebelum digantikan oleh orang lokal yang juga mantan direksi MAS.
2. Harga tiket murah