Saat pertama kali ditugaskan ke Kota Sorong, hal pertama yang menjadi pertanyaan adalah dimana tempat sholat Jumat yang lumayan besar.Â
Dalam bayangan saya, jumlah masjid yang bagus mesti tidak banyak mengingat umat Islam bukanlah mayoritas di Papua dan Papua Barat. Saya punya perbandingan ketika bertugas di NTT, betapa sulitnya mencari masjid apalagi di daerah pedalaman. Di kota Kupang sendiri jumlah masjid tidak terlalu banyak dan tidak ada masjid besar seperti di Jawa.
Namun selepas mendarat di Bandara Sorong dan berangkat menuju hotel, pandangan saya mulai berubah. Menurut supir yang mengantar saya, Kota Sorong termasuk heterogen, tidak hanya mayoritas orang Papua saja.Â
Di kota ini banyak suku tinggal, mulai dari Ternate yang terdekat, lalu Bugis, Makassar, Bajo, hingga suku Jawa ada di sini. Kalau orang Sulawesi dan Ternate merupakan pelaut ulung, maka orang Jawa kebanyakan adalah transmigran yang sudah menetap lama dan beranak pinak di kota tersebut.
Tidak heran kalau di Sorong ternyata tidak terlalu sulit menemukan masjid karena sebagian besar pendatang rata-rata beragama Islam. Di sini ternyata juga ada masjid besar yang bisa menampung lebih dari seribu jamaah bernama Masjid Raya Al Akbar. Dari pemberian namanya saja sudah menjelaskan betapa besarnya masjid ini.Â
Masjid ini terletak di tepi jalan Ahmad Yani yang merupakan jalan utama di Kota Sorong sehingga langsung terlihat dari kendaraan yang saya tumpangi. Usianya relatif masih muda, baru sekitar 18 tahun berdiri namun sudah menjadi salah satu ikon di Kota Sorong.
Kubahnya sendiri walaupun tampak bulat di luar namun ternyata dari dalam membentuk segi lima. Masjid ini juga dilengkapi dua buah menara yang letaknya sejajar di bagian belakang sebelah kiri dan kanan.Â
Di dalam kompleks masjid juga terdapat aula atau convention center dan fasilitas lain seperti sekolah dan poliklinik yang leta
knya terpisah dari bangunan masjid.