Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Antara "Page View, Unique View, dan Ghost View" Kompasiana

4 Juni 2018   22:55 Diperbarui: 4 Juni 2018   23:10 1314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Statistik di Kompasiana (Dokpri)

Sejujurnya, saya cukup kaget begitu membaca pengumuman siapa saja blogger yang mendapatkan THR dari Kompasiana. Tak ada nama saya disitu, padahal periode sebelumnya saya memperoleh hasil cukup lumayan, 488020 Rupiah alias 48802 views selama periode 23 Februari - 23 Maret 2018. Setelah membaca kolom komentar, banyak yang bergembira, ada pula yang kecewa termasuk saya. 

Belajar dari pengalaman periode sebelumnya, saya menangkap gambar (capture) statistik dari awal program dan akhir program. Minimal saya punya pegangan sebagai dasar perkiraan apakah saya dapat THR atau tidak. Asumsi saya, sialnya 50% dari angka statistik itu bisa jadi unique viewer seperti tertuang dalam persyaratan. Bahkan lebih apes lagi paling tidak 25% lah yang benar-benar unique viewer.

Statistik Awal Program THR (Dokpri)
Statistik Awal Program THR (Dokpri)
Namun asumsi saya salah besar. Tak ada nama saya dalam daftar penerima THR. Malah yang statistik viewernya jauh lebih rendah dan termasuk junior atau debutan malah memperoleh hasil yang lumayan besar. Berbagai dugaan pun bermunculan, apakah nomer mandiri e-cash saya hilang, namun setelah di cek ternyata ada. Saya jadi penasaran berapa sih sebenarnya jumlah unique viewernya sehingga berada di bawah 5000 viewer seperti yang disyaratkan. 

Statistik di Akhir Program (Dokpri)
Statistik di Akhir Program (Dokpri)
Daripada menimbulkan dugaan macam-macam dan cenderung membuat hoax serta kehebohan yang tidak perlu, lebih baik saya tabayyun sama pemberi nilai alias admin Kompasiana. Betul bahwa admin menggarisbawahi bahwa jumlah view yang dilihat adalah berdasarkan hasil validasi dari Google Analytics yang dihitung berdasarkan unique viewnya dengan angka minimal 5000 viewer. Jadi statistik yang ada di profil belum sepenuhnya divalidasi oleh Google.

Hasil Google Analytics (Dokpri)
Hasil Google Analytics (Dokpri)
Hasilnya memang cukup mengejutkan buat saya. Berdasarkan perhitungan statistik awal dan akhir program yang saya capture dari profil, tercatat selisih sekitar 43 Ribu viewers selama periode program. Rupanya setelah dianalisis oleh Google, hanya 15,258 page views dan 'hanya' 3982 unique views. Tentu selisihnya cukup jauh, bahkan tak sampai 10% dari statistik yang terdapat dalam profil. 

Saya terkejut karena bila dibanding periode sebelumnya, tentu ini merupakan penurunan yang sangat jauh sekali, dari 48 Ribu unique viewers melorot jadi 3900 viewers saja dalam rentang waktu kurang dari tiga bulan. Padahal jumlah penambahan artikel relatif signifikan, dari hanya 360 artikel di awal Februari menjadi 464 artikel di awal Juni. Seharusnya dengan semakin banyaknya artikel logikanya justru menambah viewer baru.

Lalu apa bedanya page view dan unique view? 

Page view didasarkan pada jumlah klik pada halaman tertentu di web tanpa memedulikan siapa yang mengklik, walaupun hanya satu orang bila membuka halaman tersebut 10 kali maka akan dihitung 10 view. 

Unique view memfilter asal klik berdasarkan akun atau IP address perangkat tertentu. Jadi kalau kita membuka suatu halaman berkali-kali dari satu akun atau IP address maka tetap dihitung satu view saja.

Sudah jatuh tertimpa tangga, sudah unique view, harus divalidasi oleh Google pula. Artinya, artikel baru harus menunggu validasi Google dulu sebelum dihitung sebagai unique view yang sah, seperti kutipan komentar dari Kaka Tilaria Padika di bawah ini:

Saya juga menduga begitu. Counted trafick hanya yang dari mesin pencarian. Itu sebabnya yang banyak terdata justru artikel2 lawas. Artikel yang ditulis pada periode lomba tidak otomatis terdata di google analytic.

Sistem yang seperti bisa jadi insentif orang menulis dengan teknik SEO. Jadinya kualitas artikel akan turun. 

Jadi seolah percuma menulis artikel baru kalau hanya untuk mengejar THR karena tidak langsung divalidasi oleh Google. Artikel baru hanyalah sebagai tabungan untuk program serupa di periode mendatang (kalau ada lagi). Bila diperhatikan, memang di antara yang mendapat THR lebih banyak artikel lawasnya daripada artikel baru.

Yang menjadi pertanyaan, kemana selisih antara statistik page view dengan unique view yang begitu besar? Jangan-jangan angka tersebut menjadi ghost view alias pembaca bayangan yang tidak jelas asalnya darimana. Ghost view yang membuat kita terlena seolah-olah populer di kalangan pembaca, padahal yang baca ya itu-itu saja orangnya. Ghost view memang misterius, tidak jelas siapa makhluk yang menggelembungkan view menjadi berlipat-lipat.

Saya jadi teringat komentar kaka Tilaria Padika lagi:

Pejabat tak perlu dapat, Pak. Wkwkwkwkw

Simpel, tapi penuh makna walau diakhiri dengan wakakakaw. Intinya, jangan serakah, berbagilah kepada yang lebih memerlukan. Toh, dua hari sebelumnya sudah dapat doorprize dua flashdisk plus duit dan voucher belanja, masak masih mengharap THR lagi hehehe ......

Semoga artikel ini membantu teman-teman yang belum beruntung, agar tidak penasaran lagi. Kalau masih penasaran, minta datanya ke admin, jangan bikin gosip apalagi hoax yak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun