Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksi Islami

Honorer Menanti THR Tak Kunjung Sampai

30 Mei 2018   09:15 Diperbarui: 1 Juni 2018   07:23 1216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Somad sebenarnya juga ragu, mengingat bos yang satu ini termasuk pelit dan cuma bisa perintah saja. Jangan-jangan dia cuma minta tolong saja, namun ga enak kalau bicara di telepon. Tapi karena mantan bos, ga enak juga kalau tidak ditemui, toh kafenya ga jauh-jauh amat.

"Pa kabar Mad? Baik-baik aja kau kan?" sapa pak Dirman.

"Baik pak. Maaf, dengan tidak mengurangi rasa hormat, ada apa ya sebenarnya Bapak memanggil saya kemari," tanya Somad keheranan.

"Begini Mad. Aku sebenarya ingin mengucapkan terima kasih atas pertolonganmu dulu. Kalau kau tak simpan dokumen itu, mampuslah aku,"

Somad mencoba mengingat kasus yang menimpa bosnya dulu. Benar, bosnya nyaris masuk bui gara-gara difitnah mengatur hasil lelang dengan memenangkan PT Angin Ribut yang notabene mengalahkan PT Semrawut milik seorang petinggi partai berkuasa. Untung semua dokumen disimopan dengan rapi oleh Somad dan ditunjukkan di depan pengadilan sehingga pak Dirman lolos dari jeratan hukum.

"Itulah makanya kenapa aku pelit sama anak buah. Sadar koq aku diomongin di belakang. Aku tak mau terima titipan apapun, dan tak mungkin pula gajiku buat bayar THR kelen to waktu itu." jelas pak Dirman mengapa dia selama ini dikenal pelit sama anak buahnya. Beda dengan bosnya sekarang yang royal sama pimpingan tinggi dan anak buah.

"Aku bersyukur, tahun ini pensiunan dapat THR, sama seperti kelen. Sebagai rasa syukur aku berikan semua pensiun dan THR bulan ini buat kau. Ambillah!!" ujar pak Dirman seraya menyerahkan amplop berisi uang kepada Somad.

"Kalau ingat kasus itu, aku selalu ingat kau. Berdosa rasanya aku selama ini tidak perhatikan kau selama jadi pimpinan. Inilah saatnya aku harus tebus dosa itu," jelas pak Dirman.

"Terima kasih banyak Pak. Saya tidak menyangka sama sekali, maaf pak, saya tadi su'udzhon sama Bapak. Saya kira Bapak ada perlu apa gitu," Somad tersipu malu, sudah berburuk sangka duluan sebelum bertemu.

"Tak apa Somad. Aku tahu kau sedang butuh-butuhnya bulan ini. Lagipula aku sudah bekerja di konsultan, sudah ada pemasukan lagi setelah pensiun. Jadi itu bisa buat kaulah," jawab pak Dirman.

"Baik pak, sekali terima kasih atas kebaikan Bapak," mata Somad berkaca-kaca sambil memeluk Pak Dirman. Waktu berbuka puasa tiba, dan mereka melanjutkan nostalgia sambil tersenyum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Fiksi Islami Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun