Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Pasar Dadakan di Jalanan, Solusi atau Masalah?

27 Mei 2018   09:41 Diperbarui: 27 Mei 2018   09:56 691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Pasar Malam Dadakan di Tengah Jalan (Dokpri)

Menjelang bulan Ramadhan hingga hari lebaran tiba, di lingkungan sekitar rumah di daerah Kreo Ciledug biasanya timbul pasar dadakan. Selain pasar dadakan di sekitar rumah juga ada pasar dadakan mingguan yang tempatnya berputar dari satu jalan ke jalan lain. Bila dua hal ini bersatu, klop sudah kemacetan yang terjadi dan akhirnya jalan pun ditutup sementara saking penuhnya manusia.

Normalnya aktivitas jual beli dilakukan di pasar atau toko-toko yang buka secara resmi dan dilindungi oleh pemerintah. Di sisi lain permukiman baru terus tumbuh sehingga menimbulkan ledakan penduduk yang tidak diantisipasi dengan pembangunan sarana dan prasarana baru seperti pasar dan warga harus menuju pasar lama untuk berbelanja. Akibatnya pasar lama semakin penuh terutama di bulan Ramadhan sehingga membuat sebagian orang malas untuk bergerak alias mager.

Hal inilah yang ditangkap oleh para spekulan untuk membuka pasar dadakan di jalanan. Mereka melakukan sistem jemput bola alias membuka pasar di jalanan kawasan permukiman agar lebih dekat menjangkau pembeli. Pembeli tak perlu pusing cari parkiran di mal atau pasar serta tak lelah berdesak-desakan memilih barang. Pasar dadakan muncul karena semakin sempitnya lahan untuk berjualan dan semakin tingginya kebutuhan konsumen yang tidak bisa menunggu pasar lama kosong. Lagipula di bulan puasa kita gampang sekali lelah sehingga semakin malas untuk pergi ke pasar beneran.

Barang-barang yang dijual di pasar dadakan juga bervariasi, persis seperti di pasar beneran. Ada sembako, daging, sayur mayur, ada pula pakaian, kelontong, jemuran, bahkan DVD gelap pun tersedia. Kalau di hari biasa barang jualannya lebih banyak kebutuhan sehari-hari dan aneka pakaian, namun di bulan Ramadan jenis dagangannya bertambah menjadi takjil dan aneka makanan berbuka maupun persiapan buat sahur, termasuk bahan makanan mentah yang siap dimasak. Boleh dibilang semua kebutuhan sehari-hari tumplek semua di pasar dadakan. Lagipula harganya bisa ditawar sesuai dengan ukuran kantong kita, tidak seperti di pasar swalayan yang harganya sudah pasti.

Padatnya Pasar Dadakan Membuat Mobil Sulit Melintas (Dokpri)
Padatnya Pasar Dadakan Membuat Mobil Sulit Melintas (Dokpri)
Sekilas, hal ini jelas menguntungkan konsumen terutama yang mager karena tidak perlu jauh-jauh dari rumah mereka, juga menghemat energi dan biaya pergi ke pasar serta barangnya bisa ditawar. Namun di sisi lain, seperti saya yang biasa menggunakan mobil untuk beraktivitas, hal ini tentu mengganggu kelancaran lalulintas karena harus berebut jalan dengan pedagang dan pembeli serta semrawutnya parkir motor. Kadang karena jalan ditutup saya harus putar balik mencari jalan lain yang lebih jauh karena tidak ada jalan alternatif di sekitarnya. Pasar dadakan juga menumbuhkan bentuk premanisme baru dan menambah panjang daftar orang-orang malas, tidak hanya pembeli tapi juga warga sekitar yang mendadak jadi petugas keamanan.

Pemerintah daerah selaku penguasa di wilayah terutama aparat kecamatan harus mencari solusi bersama dengan warga untuk mencari tempat yang layak untuk dijadikan pasar dadakan, tidak memakan tempat di pinggir jalan. Misalnya dengan menggunakan taman bermain, halaman masjid, halaman kantor kelurahan atau kecamatan. Pedagang juga didata dan ditertibkan, tidak semua orang semaunya sendiri menumpukkan barang dagangan tanpa menghiraukan kepentingan para pengguna jalan. 

Ke depan, seharusnya setiap izin perumahan baru harus menyertakan sarana pasar di dalam rencana tapaknya agar para calon pedagang terakomodasi di sana, tidak lagi berjualan di sembarang tempat apalagi saat bulan puasa seperti ini. Sebagai warga negara yang baik, kita juga harus mulai belajar tertib lingkungan agar tercipta suasana kondusif terutama di bulan Ramadhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun