Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Berburu Takjil dari Kupang Hingga ke Singapura

17 Mei 2018   18:36 Diperbarui: 17 Mei 2018   19:08 1765
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Otak-Otak dan Pempek Takjil Khas Sumbagsel (Dokpri)

Berburu takjil memang asyik, apalagi kalau sedang dalam perjalanan. Seringnya jalan-jalan membuat saya harus siap berbuka puasa dimana saja. Beberapa kali saya terjebak untuk berbuka puasa di jalan, baik di kota sendiri atau berada di luar kota asal saat sedang berdinas atau berlibur. Kalau sudah begitu terpaksa harus cari masjid terdekat atau beli takjil di tepi jalan. Kalau di daerah saya selalu mengusahakan ketemu makanan lokal walaupun kadang agak sulit juga, namun kalau tidak sedang pergi saya biasanya berburu takjil dekat rumah saja biar praktis.

Lapak Penjual Takjil di Kupang (Dokpri)
Lapak Penjual Takjil di Kupang (Dokpri)
Sewaktu bertugas di Kupang dulu, hampir tiap sore hari saya biasanya jalan-jalan ke sekitar Jalan Timor - Jalan A. Yani karena di dekat bengkel mobil terdapat lapak-lapak yang menjual takjil. Menunya sih biasa saja, es buah dan gorengan tahu tempe serta sambalnya yang enak. Kadang-kadang saya juga nangkring di masjid Al-Muttaqien Kelapa Lima, menunggu tukang cilok yang enak banget rasanya. Biasanya tukang cilok nangkring setiap jumatan, tapi kalau bulan Ramadan tiap hari mangkal di depan masjid.

Otak-Otak dan Pempek Takjil Khas Sumbagsel (Dokpri)
Otak-Otak dan Pempek Takjil Khas Sumbagsel (Dokpri)
Bila sedang berdinas di Sumatera bagian Selatan seperti Palembang dan Pangkalpinang, makanan khas yang cocok sebagai camilan atau takjil pas buka puasa adalah pempek beserta variannya atau otak-otak. Sebenarnya tidak baik juga langsung makan pempek karena cukanya mengandung asam kuat, namun karena perut sudah lapar saya lebih senang ngemil pempek adaan atau lenjer kecil. Kadang kalau ada otak-otak saya embat juga karena sambalnya berbeda dengan pempek, sambal kacang yang tidak terlalu pedas.

Sate Padang Khas Sumbar (Dokpri)
Sate Padang Khas Sumbar (Dokpri)
Pernah juga saya berada di Padang dan Pekanbaru, apalagi kalau bukan menu takjilnya Sate Padang. Memang seharusnya termasuk makanan berat, tapi karena sudah seharian survey lapangan, perut keburu lapar dan perlu segera diisi. Paling saya pesan setengah porsi dan lontong satu biji saja untuk sekedar mengganjal perut. Sambil makan sate padang saya ditemani teh tarik untuk menghangatkan perut. Makan beratnya tentu di restoran Padang dengan menu prasmanannya yang terkenal itu.

Kurma dan Kari Khas India di Singapura (Dokpri)
Kurma dan Kari Khas India di Singapura (Dokpri)
Lain lagi saat berkunjung ke Singapura, saya sempat berbuka puasa di Masjid Sultan yang terletak di daerah Kampung Arab sekitar Bugis Street. Di sini ternyata hampir sama dengan Indonesia, ada lapak-lapak yang menjual makanan takjil untuk berbuka puasa. Bedanya tidak ada tahu dan tempe goreng, lebih banyak gorengan ala India seperti pastel atau samosa, atau makanan Jepang seperti Takoyaki dan western berupa kentang goreng dan sosis.

Saya sendiri makan takjil yang disediakan dari masjid yaitu bubur kari dan nasi lemak dengan daging sapi serta kurma. Saking besarnya porsi nasi akhirnya pada terbuang percuma karena rata-rata hanya bisa menghabiskan separuhnya saja.

Lapak Takjil Dekat Rumah (Dokpri)
Lapak Takjil Dekat Rumah (Dokpri)
Terakhir, kalau sedang di rumah, saya biasanya berburu takjil di tepi jalan dekat rumah. Agar tidak mengantri, biasanya saya keluar rumah jam empat sore karena kalau kesorean antrian semakin panjang. Makanan yang biasa dibeli seperti gorengan tahu, martabak, tempe mendoan, dan lontong untuk mengganjal perut sebelum makan besar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun