Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sa Pi Makan Kambing, Itu Su!

13 Mei 2018   23:25 Diperbarui: 14 Mei 2018   05:42 671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Patung Sasando di Kupang (Dokpri)

Saat pertama kali mendarat di Kupang tujuh tahun lalu, ada sedikit perasaan aneh ketika mendengar orang-orang lokal berbincang. Walau menggunakan Bahasa Indonesia, tapi logatnya agak sedikit berbeda dengan daerah lain yang pernah saya kunjungi. "Kaka, sa pi makan kambing," jawab seorang kawan ketika saya tanya darimana dia. Awalnya saya agak bingung mendengar jawabannya, tapi mau tertawa ga enak, takut tersinggung. "Masa sapi makan kambing," gumam saya.

Selang beberapa saat, kawan itu sadar melihat saya terbengong-bengong, lalu dijelaskan bahwa dia baru saja pergi makan sate kambing di sebuah warung. Kontan saya tertawa terpingkal-pingkal mendengar penjelasannya. Rupanya dia baru menyadari kalau saya orang baru di Kupang dan belum terbiasa mendengar Bahasa Indonesia logat Kupang.

Sapi Hewan Khas NTT (Dokpri)
Sapi Hewan Khas NTT (Dokpri)
Sebenarnya hampir sama dengan daerah lain di Indonesia Timur, ciri khas logat Kupang adalah memotong suku kata, misal Saya jadi Sa, Pergi jadi Pi, Sudah jadi Su, dan seterusnya. Namun ada juga yang sedikit membedakan dari Indonesia Timur lainnya, misalnya kata Tidak, kalau di Maluku dibilang Seng, kalau di Papua dibilang Tra, kalau di Timor diucapkan Sonde. 

"Sonde ada oto ko?" tanyaku pada kawan yang mencarikan kendaraan buat keliling. "Su ada Kaka, itu sudah," jawabnya. Artinya sudah tersedia kendaraan yang siap mengantar. Biasanya kalau kita bertanya kadang-kadang diakhiri kata "Ko?" atau "To?" untuk memperjelas pertanyaan atau pernyataan. Jawabannya pun juga biasanya diakhiri dengan kata "Itu sudah," atau kalau disingkat menjadi "Itu Su."

"Dong pung oto baku lari deng kaka punya," kira-kira artinya mereka punya mobil sedang balapan dengan kita di jalan. Jalanan di Timor rata-rata sempit, tapi supir-supir disana cukup kencang juga larinya, tidak kalah hebat dengan supir bis di Jawa, padahal belum ada jalan tol sama sekali.

Di samping Bahasa Indonesia, mereka juga menggunakan bahasa lokal yang saya tidak bisa pahami sampai sekarang. Namun karena banyaknya suku dengan bahasa yang berbeda-beda, maka digunakanlah Bahasa Indonesia logat Kupang sebagai pemersatunya. Ada dua bahasa besar yang masih digunakan sehari-hari, bahasa Dawan untuk daerah Timor bagian Barat dan bahasa Tetum (tetun) untuk Timor bagian Timur, termasuk menjadi bahasa resmi Timor Leste di samping Bahasa Porto. 

Bahasa Indonesia sejatinya memang kaya kosa kata dan logat. Masing-masing daerah mempunyai dialek tersendiri walau sama-sama menggunakan Bahasa Indonesia. Itulah indahnya Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda logat namun tetap satu bahasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun