Saat pertama kali mendarat di Kupang tujuh tahun lalu, ada sedikit perasaan aneh ketika mendengar orang-orang lokal berbincang. Walau menggunakan Bahasa Indonesia, tapi logatnya agak sedikit berbeda dengan daerah lain yang pernah saya kunjungi. "Kaka, sa pi makan kambing," jawab seorang kawan ketika saya tanya darimana dia. Awalnya saya agak bingung mendengar jawabannya, tapi mau tertawa ga enak, takut tersinggung. "Masa sapi makan kambing," gumam saya.
Selang beberapa saat, kawan itu sadar melihat saya terbengong-bengong, lalu dijelaskan bahwa dia baru saja pergi makan sate kambing di sebuah warung. Kontan saya tertawa terpingkal-pingkal mendengar penjelasannya. Rupanya dia baru menyadari kalau saya orang baru di Kupang dan belum terbiasa mendengar Bahasa Indonesia logat Kupang.
"Sonde ada oto ko?" tanyaku pada kawan yang mencarikan kendaraan buat keliling. "Su ada Kaka, itu sudah," jawabnya. Artinya sudah tersedia kendaraan yang siap mengantar. Biasanya kalau kita bertanya kadang-kadang diakhiri kata "Ko?" atau "To?" untuk memperjelas pertanyaan atau pernyataan. Jawabannya pun juga biasanya diakhiri dengan kata "Itu sudah," atau kalau disingkat menjadi "Itu Su."
"Dong pung oto baku lari deng kaka punya," kira-kira artinya mereka punya mobil sedang balapan dengan kita di jalan. Jalanan di Timor rata-rata sempit, tapi supir-supir disana cukup kencang juga larinya, tidak kalah hebat dengan supir bis di Jawa, padahal belum ada jalan tol sama sekali.
Di samping Bahasa Indonesia, mereka juga menggunakan bahasa lokal yang saya tidak bisa pahami sampai sekarang. Namun karena banyaknya suku dengan bahasa yang berbeda-beda, maka digunakanlah Bahasa Indonesia logat Kupang sebagai pemersatunya. Ada dua bahasa besar yang masih digunakan sehari-hari, bahasa Dawan untuk daerah Timor bagian Barat dan bahasa Tetum (tetun) untuk Timor bagian Timur, termasuk menjadi bahasa resmi Timor Leste di samping Bahasa Porto.Â
Bahasa Indonesia sejatinya memang kaya kosa kata dan logat. Masing-masing daerah mempunyai dialek tersendiri walau sama-sama menggunakan Bahasa Indonesia. Itulah indahnya Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda logat namun tetap satu bahasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H