Kalaupun luput dari mata saya, pasti posisinya (lagi-lagi) tidak eye catching alias terlihat saat sedang berkeliling  seperti di perkampungan adat Desa Pasaoran. Padahal cerita sejarah walau singkat penting untuk diketahui pengunjung. Kita hanya bisa bertanya kepada pemangku adat di sana mengenai cerita sejarah perkampungan tersebut.
Hotel dan penginapan di daerah Parapat maupun Toba tampak semakin menua seiring dengan usianya, dan belum tampak ada tanda-tanda untuk direnovasi. Hal in jauh berbeda dengan Bali atau Lombok yang terlihat tampak modern dan menampilkan dua bahasa sebagai petunjuknya. Kami memilih untuk menginap di Medan karena melihat suasana penginapan yang kurang representatif untuk tamu.
Fasilitas pelabuhan ferry  masih belum ditata rapi dan tampak seperti sediakala. Demikian pula pelabuhan penyeberangan speed boat hanya sedikit dipoles tampilan luarnya saja. Kalau orang baru pertama kali mungkin agak kaget karena lokasinya lebih tepat disebut lapangan daripada pelabuhan. Transportasi daratnya juga masih menggunakan elf atau sewa bentor untuk keliling pulau, belum ada angkutan khusus untuk wisatawan.
* * * *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H