Pemerintah sedang gencar-gencarnya membangun infrastruktur khususnya jalan tol untuk mengejar ketertinggalan dari negeri tetangga sekaligus mempercepat aksesibilitas orang dan barang.Â
Salah satunya adalah Jalan Tol Medan-Kualanamu-Tebingtinggi (MKT) yang menjadi bagian dari rencana Jalan Tol Trans-Sumatera, yang bersambung ke Jalan Tol Belmera dan Medan-Binjai. Jalan tol ini telah rampung sekitar 70% lebih, tinggal menyambungkan dari Sei Rampah ke Tebingtinggi, dan dari outlet Tol Belmera ke Perbarakan yang direncanakan selesai akhir bulan April ini.
Kondisi lalu lintas antara Medan hingga Tebingtinggi sudah termasuk padat, bahkan macet terutama setelah melalui Kota Lubukpakam hingga Perbaungan lanjut ke Pasar Bengkel karena jalan menyempit dan ada persimpangan rel kereta api, serta banyaknya truk yang melintasi jalan sempit ini.
Waktu yang dihemat bisa sekitar 1-2 jam perjalanan dibanding melalui jalan biasa terutama di siang hari. Adanya tol ini juga bisa menghemat waktu tempuh ke Danau Toba sehingga kita tidak perlu menginap di sana bila berangkat setelah subuh dan bisa pulang sekitar jam 3-4 sore atau paling lambat setelah mentari terbenam.
Saya sendiri berkesempatan menjajal jalan tol ini bersama rombongan dalam satu bis menuju Danau Toba. Berangkat sekitar pukul setengah enam melalui Tol Belmera, kemudian keluar tol melalui jalan Lintas Sumatera karena belum tersambung, lalu masuk kembali setelah melewati kota Lubukpakam.Â
Kondisi jalan tol relatif mulus karena memang masih benar-benar baru dan perjalanan berjalan lancar dengan waktu tempuh hingga keluar tol di Sei Rampah sekitar 35 menit dengan jarak sekitar 33 Km dari pintu masuk ke pintu keluar tol. Bila menggunakan mobil pribadi mungkin bisa lebih cepat lagi, sementara bila menggunakan jalan lama bisa menempuh waktu 1-2 jam tergantung kondisi lalu lintas.
Sayangnya belum ada rest area di jalan tol ini karena memang belum selesai seluruhnya, sehingga bahan bakar harus diisi minimal setengah penuh agar tidak mogok di tengah jalan.
Sebagian kendaraan terutama truk-truk besar masih banyak yang memilih melalui jalan biasa ketimbang jalan tol, sehingga lalu lintas masih didominasi oleh kendaraan pribadi atau travel dan bus malam. Mungkin karena tarif tolnya masih mahal dengan jarak sependek itu sehingga para supir berpikir dua kali sebelum masuk tol.
Konstruksi jalan tol sendiri menggunakan beton agar lebih kuat ketahanannya walaupun kurang lentur dibandingkan dengan aspal. Risikonya ban pengguna memang cepat habis dibandingkan bila melintas di jalan aspal.Â
Namun ketahanan lebih penting karena menyangkut pemeliharaan dan masa konsesi pengelolaan jalan tol. Dengan konstruksi beton, umur jalan bisa lebih panjang dan kuat bila dilalui beban berat.
Adanya jalan tol ini juga diharapkan dapat memacu pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan animo wisatawan untuk berkunjung ke Danau Toba, walau perlu dilakukan pembenahan sarana angkutan umumya terutama dari Bandara Kualanamu yang langsung menuju ke Parapat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H