Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pertahankan Nuansa Tradisional Derawan

2 Februari 2018   21:24 Diperbarui: 2 Februari 2018   21:33 1141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pulau Derawan saat ini menjadi destinasi wisata laut yang mulai populer di blantika mancanegara. Pulau yang awalnya hanya permukiman nelayan Bugis saat ini menjadi tujuan wisata unggulan yang memancing rasa penasaran wisatawan domestik maupun internasional. Fenomena alam bawah lautnya menjadi incaran turis untuk dikunjungi karena masih relatif alami dan bersih.

Rumah Nelayan Masih Tradisional (dokpri)
Rumah Nelayan Masih Tradisional (dokpri)
Namun tulisan ini tidak akan membahas pesona bawah air tersebut, tapi lebih kepada aspek penataan ruangnya. Dibanding obyek wisata lain seperti Gili Trawangan atau Rote yang sudah mulai tampak eksklusif dan modern, kondisi di pulau Derawan masih tampak kental unsur tradisionalnya walaupun ada satu resort modern di dalamnya. Penginapan yang sebagian besar berdiri di atas laut masih menyatu dengan penduduk setempat dan dikelola oleh mereka sendiri.

Penginapan Tradisional di Tepi Pantai (dokpri)
Penginapan Tradisional di Tepi Pantai (dokpri)
Suasana lingkungan jalan dan rumah-rumah penduduknya juga masih tampak alami, hanya ada jalan pasir walau ada beberapa gang yang sudah dibeton. Hampir tidak tampak bahwa pulau tersebut merupakan destinasi wisata mancanegara, semua masih terlihat alami dan tradisional. Ini tentu menjadi keunggulan tersendiri disamping wisata bawah lautnya yang memang layak dikunjungi.

Suasana Jalan Lingkungan Masih Alami (dokpri)
Suasana Jalan Lingkungan Masih Alami (dokpri)
Rumah-rumah khas nelayan masih tetap dipertahankan walaupun di belakangnya berdiri penginapan. Konstruksi penginapannyapun masih tradisional berupa kayu galam yang ditanam ke dalam laut, serta bentuk kamarnya masih sederhana. 

Lingkungan pantainya juga relatif bersih walaupun ada saja wisatawan yang buang sampah sembarangan di laut. Penduduk lokal masih rajin membersihkan lingkungannya karena mereka sadar pentingnya kebersihan dalam menjaga ekosistem laut.

Makam Bernisan Kuda (dokpri)
Makam Bernisan Kuda (dokpri)
Pulau tersebut juga menyimpan situs sejarah yang unik. Ada satu makam bernisan kuda, dan ada sumur tua sebagai tanda bahwa pulau tersebut sudah lama dihuni. Pulau seluas sekitar 442 Ha tersebut dapat dikelilingi dengan berjalan kaki selama sekitar satu jam saja sambil mampir ke situs bersejarah tersebut. Kita bisa menyewa sepeda bila lelah berjalan kaki serta untuk mempertahankan udara bersih di pulau tersebut.

Sumur Tua (dokpri)
Sumur Tua (dokpri)

Hanya kekhawatiran akan godaan uang besar perlu diwaspadai. Di beberapa pulau kecil yang sudah jadi destinasi wisata internasional, sering kita dengar pengelolaan penginapan diambil alih orang luar, bahkan pihak asing yang membuat lingkungan obyek wisata menjadi eksklusif dan semakin mahal. 

Sangat disayangkan apabila hal ini terjadi di Derawan mengingat godaan tersebut sudah mulai bermunculan. Untungnya penduduk setempat masih berupaya mempertahankan identitas lokalnya dengan tidak mengeksklusifkan diri terhadap penginapan yang dimilikinya.

Sunrise di Pantai Derawan (dokpri)
Sunrise di Pantai Derawan (dokpri)
Mumpung belum terlambat, pemerintah khususnya pemda perlu membuat aturan khusus mengenai tata ruang pulau tersebut demi mempertahankan nuansa tradisional yang masih kental. Jangan sampai godaan uang mengikis kearifan lokal dengan menciptakan ruang eksklusif yang telah mengambil sedikit ruang di pulau tersebut. 

Dengan mengubah ruang menjadi resort eksklusif secara tidak langsung kedaulatsn negara mulai terancsm karena di tempat lain sahamnya sebagian besar sudah dimiliki orang asing walau mereka masih tetap tidsk boleh memiliki tanah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun