Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Keterlambatan Kereta Ternyata Juga Terjadi di Jepang

27 Januari 2018   23:05 Diperbarui: 27 Januari 2018   23:21 1458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jepang selama ini dikenal sebagai negara paling tepat waktu, bahkan dalam hitungan detik sekalipun. Boleh dibilang nyaris tanpa cela, tidak ada ampun untuk keterlambatan barang semenitpun. Semua sudah dikalkulasi dengan matang hingga dalam hitungan detik tidak ada keterlambatan sama sekali. Sejak mendarat di bandara Haneda hingga menjelang pulang kembali ke tanah air, boleh dibilang nyaris sempurna ketepatan waktunya.

Setelah selesai berkeliling sekitar stasiun Tokyo sambil menunggu jadwal kereta, saya kembali ke stasiun untuk bersiap menaiki kereta bandara menuju Narita. Seperti biasa saya sudah memesan tiket NEX (Narita Express) sehari sebelumnya untuk pukul 10.33 pagi karena saya terbang pukul 13.25 siang. Sekitar pukul 10.00 saya menuju jalur kereta NEX yang letaknya lumayan jauh di bawah tanah serta agak pusing juga mencari jalan yang benar sebelum akhirnya bertanya kepada petugas. Maklum, stasiun Tokyo merupakan pusat segala pergerakan kereta jadi banyak sekali jalurnya, ada Shinkansen, ada reguler, ada pula metro.

Gerbong Sambungan Baru Tiba (Dokpri)
Gerbong Sambungan Baru Tiba (Dokpri)
Sampai di jalur NEX sekitar pukul 10.10, saya melihat ada kereta yang stand by di jalur menuju bandara. Awalnya saya pikir ini kereta pukul 10.33, tapi saya agak curiga karena masih sekitar 20 menitan kereta sudah nangkring di jalurnya. Selama di Jepang saya belum pernah menemukan kereta nangkring lebih dari 20 menit, apalagi ini kereta komuter, bukan reguler. Jadi agak aneh melihat kereta begitu lama nangkring di jalur penumpang.

Sayapun memberanikan diri bertanya kepada petugas apakah ini kereta yang pukul 10.33. Petugas menggelengkan kepala seraya menjelaskan bahwa ini kereta pukul 10.03. Saya cukup kaget karena baru sekali ini mendengar ada kereta terlambat. Petugas kemudian menjelaskan bahwa kereta ini menunggu sambungan gerbong dari Yokohama yang mengalami keterlambatan. Namun petugas enggan menjelaskan kenapa keterlambatan itu terjadi.

Sekitar pukul 10.15 kereta dari Yokohama datang dan langsung disambungkan dengan kereta yang sudah nangkring dari tadi. Sekitar 2 menit kereta baru selesai disambungkan, dan petugas memperbolehkan saya naik ke gerbong non-reserved daripada menunggu kereta berikutnya. Blessing in disguise tentunya buat saya, karena harusnya berangkat pukul 10.33, tapi karena keterlambatan kereta sebelumnya dan kebetulan tidak terlalu penuh membuat saya bisa lebih cepat berangkat menuju bandara. Tepat pukul 10.20 kereta diberangkatkan menuju Bandara Narita dengan keterlambatan sekitar 17 menit dari waktu yang dijadwalkan semula, namun lebih cepat 13 menit buat saya. Untung tidak terjadi sebaliknya, bisa-bisa saya terlambat check in di bandara.

Interior Kereta NEX (Dokpri)
Interior Kereta NEX (Dokpri)
Agak sedikit mengherankan karena ternyata ada juga kejadian keterlambatan kereta di Jepang. Saya tidak membayangkan bila keterlambatan terjadi pada kereta Shinkansen, mengingat interval waktu antar keretanya hanya sekitar 5 -10 menit saja pada jalur yang sama dengan kecepatan tinggi sekitar 300 Km/jam atau 5 Km/menit! Satu kereta berhenti saja bisa mengacaukan jadwal seharian penuh karena menggunakan jalur yang sama. Kesimpulannya, tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun