Di dunia pendidikan dikenal istilah brain drain atau berpindahnya para intelektual ke luar negeri daripada bekerja di negeri sendiri. Meminjam istilah tersebut dalam dunia travelling juga sekarang ini mulai kecenderungan travel drain alias lebih banyak wisatawan Indonesia yang melancong ke luar negeri daripada berwisata di negerinya sendiri.
1. Harga tiket pesawat lebih murah
Saya coba bandingkan harga tiket JKT-KUL (Kuala Lumpur) dengan JKT-JOG (Jogjakarta) pada hari yang sama, terkadang malah lebih murah ke KUL daripada JOG, padahal airport tax ke luar negeri dua kali lipat dari domestik. Bahkan harga tiket kereta api kelas eksekutif ke Jogja pun sudah lumayan mahal, mendekati 400 - 500 ribu rupiah, hampir sama dengan harga tiket pesawat sekali jalan ke KUL. Bagi yang punya paspor tentu lebih menarik pergi ke luar negeri daripada berwisata di negeri sendiri. Jangan tanya lagi harga tiket ke Raja Ampat dari Jakarta, masih lebih murah ke Hong Kong atau Tokyo.
2. Kemacetan luar biasa
Kemudahan kredit mobil serta mahalnya tiket transportasi umum menyebabkan orang lebih memilih naik mobil ke luar kota, apalagi sekarang banyak jalan tol yang sudah mulai beroperasi. Akibatnya mudah ditebak, saat libur panjang kemacetan luar biasa terjadi pada jalur mudik. Hal ini tentu menyebalkan karena waktu libur yang hanya 3-4 hari terpotong 1-2 hari di jalan. Baru tiba di tujuan esoknya sudah harus kembali lagi ke tempat asal. Tentu ini melelahkan dan ongkos yang ditanggung juga tidak sedikit. Hal ini tentu membuat sebagian wisatawan domestik mengalihkan perhatiannya ke luar negeri yang transportasi umumnya sudah lebih maju dan tidak terlalu macet seperti di sini.
3. Kemudahan buat paspor
Layanan paspor online membuat orang semakin mudah memperoleh paspor tanpa harus melalui jasa perantara atau calo. Waktu pembuatan juga semakin cepat, tidak sampai seminggu sudah jadi sehingga minat orang membuat paspor semakin tinggi. Hal ini dibuktikan ketika ada beberapa kali festival imigrasi selalu penuh dengan orang mengantri untuk membuat paspor. Dengan berbekal paspor kita sudah bisa melenggang ke sekitar 57 negera yang bebas visa, atau meluangkan waktu sedikit untuk mengurus visa ke kedutaan.
4. Kenyamanan wisata
Sudah menjadi rahasia umum, berwisata di negeri sendiri terkadang kurang nyaman, banyak pedagang keliling dan scam alias tukang palak. Apalagi kalau obyek wisatanya ramai pengunjung. Ini tentu mengganggu kenyamanan wisatawan yang memang berniat untuk refreshing malah menjadi pusing menghadapi hal-hal seperti itu. Lebih baik ke luar negeri yang sudah maju seperti Singapura atau Malaysia, lebih nyaman berbelanja dan wisata tanpa banyak gangguan semacam itu.
5. Bosan
Bisa jadi sebagian orang sudah bosan mengunjungi Bandung atau Jogjakarta, toh isinya itu-itu juga. Perlu variasi lain yang mungkin tidak diperoleh di dalam negeri sehingga sesekali harus ke luar negeri untuk mencari suasana baru yang lebih segar.
Namun demikan, pemerintah perlu memperbaiki transportasi umum luar kota serta mengendalikan harga tiket, bila perlu beberapa rute tertentu disubsidi untuk menarik wisatawan dalam negeri. Hal ini agar masyarakat terbiasa menggunakan transportasi umum untuk mengurangi kemacetan di jalan sekaligus juga mendongkrak potensi wisata yang selama ini tertidur pulas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H