Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

"Travel Drain", Ketika Tiket JKT-KUL Lebih Murah daripada JKT-JOG

26 Januari 2018   22:56 Diperbarui: 27 Januari 2018   13:24 1712
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perbandingan Harga Tiket JKT-KUL dan JKT-JOG (Dokpri)

Di dunia pendidikan dikenal istilah brain drain atau berpindahnya para intelektual ke luar negeri daripada bekerja di negeri sendiri. Meminjam istilah tersebut dalam dunia travelling juga sekarang ini mulai kecenderungan travel drain alias lebih banyak wisatawan Indonesia yang melancong ke luar negeri daripada berwisata di negerinya sendiri.

Perbandingan Harga Tiket JKT-KUL dan JKT-JOG (Dokpri)
Perbandingan Harga Tiket JKT-KUL dan JKT-JOG (Dokpri)
Ini tentu paradoks bagi pemerintah yang sedang galak-galaknya mempromosikan pariwisata di negerinya sendiri. Mulai dari promosi besar-besaran di luar negeri dengan tagline "Wonderful Indonesia" atau Pesona Indonesia hingga pembebasan visa wisata bagi 164 negara untuk masuk ke Indonesia. Memang ada peningkatan turis asing masuk ke Indonesia, tapi sayangnya wisatawan lokal malah belum atau tidak digarap sama sekali. Beberapa hal yang membuat wisatawan kita memilih pergi ke luar negeri, walau sekedar ke negara tetangga antara lain:

1. Harga tiket pesawat lebih murah

Saya coba bandingkan harga tiket JKT-KUL (Kuala Lumpur) dengan JKT-JOG (Jogjakarta) pada hari yang sama, terkadang malah lebih murah ke KUL daripada JOG, padahal airport tax ke luar negeri dua kali lipat dari domestik. Bahkan harga tiket kereta api kelas eksekutif ke Jogja pun sudah lumayan mahal, mendekati 400 - 500 ribu rupiah, hampir sama dengan harga tiket pesawat sekali jalan ke KUL. Bagi yang punya paspor tentu lebih menarik pergi ke luar negeri daripada berwisata di negeri sendiri. Jangan tanya lagi harga tiket ke Raja Ampat dari Jakarta, masih lebih murah ke Hong Kong atau Tokyo.

2. Kemacetan luar biasa

Kemudahan kredit mobil serta mahalnya tiket transportasi umum menyebabkan orang lebih memilih naik mobil ke luar kota, apalagi sekarang banyak jalan tol yang sudah mulai beroperasi. Akibatnya mudah ditebak, saat libur panjang kemacetan luar biasa terjadi pada jalur mudik. Hal ini tentu menyebalkan karena waktu libur yang hanya 3-4 hari terpotong 1-2 hari di jalan. Baru tiba di tujuan esoknya sudah harus kembali lagi ke tempat asal. Tentu ini melelahkan dan ongkos yang ditanggung juga tidak sedikit. Hal ini tentu membuat sebagian wisatawan domestik mengalihkan perhatiannya ke luar negeri yang transportasi umumnya sudah lebih maju dan tidak terlalu macet seperti di sini.

3. Kemudahan buat paspor

Layanan paspor online membuat orang semakin mudah memperoleh paspor tanpa harus melalui jasa perantara atau calo. Waktu pembuatan juga semakin cepat, tidak sampai seminggu sudah jadi sehingga minat orang membuat paspor semakin tinggi. Hal ini dibuktikan ketika ada beberapa kali festival imigrasi selalu penuh dengan orang mengantri untuk membuat paspor. Dengan berbekal paspor kita sudah bisa melenggang ke sekitar 57 negera yang bebas visa, atau meluangkan waktu sedikit untuk mengurus visa ke kedutaan.

4. Kenyamanan wisata

Sudah menjadi rahasia umum, berwisata di negeri sendiri terkadang kurang nyaman, banyak pedagang keliling dan scam alias tukang palak. Apalagi kalau obyek wisatanya ramai pengunjung. Ini tentu mengganggu kenyamanan wisatawan yang memang berniat untuk refreshing malah menjadi pusing menghadapi hal-hal seperti itu. Lebih baik ke luar negeri yang sudah maju seperti Singapura atau Malaysia, lebih nyaman berbelanja dan wisata tanpa banyak gangguan semacam itu.

5. Bosan

Bisa jadi sebagian orang sudah bosan mengunjungi Bandung atau Jogjakarta, toh isinya itu-itu juga. Perlu variasi lain yang mungkin tidak diperoleh di dalam negeri sehingga sesekali harus ke luar negeri untuk mencari suasana baru yang lebih segar.

Namun demikan, pemerintah perlu memperbaiki transportasi umum luar kota serta mengendalikan harga tiket, bila perlu beberapa rute tertentu disubsidi untuk menarik wisatawan dalam negeri. Hal ini agar masyarakat terbiasa menggunakan transportasi umum untuk mengurangi kemacetan di jalan sekaligus juga mendongkrak potensi wisata yang selama ini tertidur pulas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun