Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mengintip Kepiting di Hutan Mangrove Bali

14 Januari 2018   21:00 Diperbarui: 27 Januari 2018   17:22 1964
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalan Masuk ke Hutan Mangrove (Dokpri)

Bali tak hanya memiliki obyek wisata pantai yang eksotis, atau budaya Hindu yang religius, tetapi juga wisata alam seperti hutan mangrove yang masih dipelihara dengan baik. Hebatnya lokasi hutan mangrove masih berada di dalam kota Denpasar, tepatnya di jalan by-pass I Gusti Ngurah Rai dekat dengan perempatan Dewa Ruci dan waduk Muara Tukad.

Jalan Masuk ke Hutan Mangrove (Dokpri)
Jalan Masuk ke Hutan Mangrove (Dokpri)
Untuk masuk ke hutan mangrove ini lebih mudah dari arah pantai Sanur karena tidak perlu memutar balik. Dari jalan besar mobil bisa masuk ke dalam sekitar satu kilometer menuju tempat parkir. Dari situ kita bisa masuk ke dalam setelah membayar tiket masuk. Untuk masuk ke hutan mangrove kita harus melalui jembatan kayu yang terbentang sepanjang sekitar dua kilometer lebih hingga mendekati arah pantai.

Jembatan Kayu Mengelilingi Hutan Mangrove (Dokpri)
Jembatan Kayu Mengelilingi Hutan Mangrove (Dokpri)
Walau berada di kota, namun hutan mangrovenya masih rindang dan penuh dengan pepohonan bakau yang masih terjaga dengan baik. Keunikan dari hutan mangrove ini adalah tumbuhnya habitat kepiting yang berkembang biak dengan bebas di antara lebatnya hutan mangrove. Ratusan kepiting muda tampak berlarian ketika saya hendak mengambil gambar di antara pepohonan bakau, sebuah pemandangan yang mengasyikkan.

Menara Pandang di Tengah Hutan Bakau (Dokpri)
Menara Pandang di Tengah Hutan Bakau (Dokpri)
Di dalam hutan bakau juga terdapat menara pandang setinggi 10,5 meter yang dapat dinaiki maksimal 20 orang sekaligus. Dari atas menara pandang kita bisa melihat hutan bakau di sekelilingnya. Sayangnya menara kurang tinggi sehingga sulit untuk melihat jalan tol laut Benoa -bandara Ngurah Rai. Selain itu kurangnya tempat sampah menyebabkan sebagian pengunjung membuang sampah sembarangan di tangga atau pojokan menara.

Hutan Mangrove yang Masih Asri (Dokpri)
Hutan Mangrove yang Masih Asri (Dokpri)
aaHutan mangrove ini bisa menjadi alternatif wisata di Bali setelah penat melihat keramaian pantai Kuta atau Sanur dan macetnya Ubud. Mungkin karena belum banyak orang tahu, tidak banyak orang berkunjung di obyek wisata ini. Tempat ini juga cocok buat jogging di pagi atau sore hari mengingat udaranya masih segar dan angin sepoi-sepoi karena pertukaran udara di tengah rindangnya hutan.

Berjalan Kaki di atas Jembatan Kayu dalam Hutan Mangrove (Dokpri)
Berjalan Kaki di atas Jembatan Kayu dalam Hutan Mangrove (Dokpri)
Bagi saya sendiri berjalan kaki menyusuri hutan mangrove cukup melelahkan juga, namun terbayar dengan kesegaran tubuh dan bisa menikmati udara bersih di tengah kota Denpasar yang tingkat polusinya cukup tinggi. Hanya kita harus sedikit berhati-hati karena ada beberapa kayunya yang sudah mulai lapuk sehingga rawan untuk terpeleset ke lubang di tengah jembatan kayu. Saya sendiri berkeliling sekitar satu jam lebih sebelum kembali ke parkiran.

Sampah Ditinggalkan Begitu Saja di Sudut Tangga Menara (Dokpri)
Sampah Ditinggalkan Begitu Saja di Sudut Tangga Menara (Dokpri)
aaSayangnya, seperti diuraikan di atas, tempat sampah menjadi barang langka sehingga pengunjung terpaksa membuang sampah sembarangan di dalam. Namun demikian suasananya masih benar-benar murni, tidak ada bangunan permanen kecuali menara pandang sehingga tampak masih alami. Semoga ke depan pengelola bisa menyediakan tempat sampah lebih banyak lagi dan terjangkau mengingat orang kita paling malas membuang sampah di tempat sampah.

Papan Petunjuk Hutan Mangrove (Dokpri)
Papan Petunjuk Hutan Mangrove (Dokpri)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun