Ini bisa jadi penyakit atau modus penipuan gaya baru, namun bisa juga memang benar-benar lupa sehingga tidak bisa dipindai. Akibatnya kendaraan di belakangnya harus mundur dan pindah gerbang tol kalau tidak ingin memberikan pinjaman kartu. Dampaknya malah menambah panjang kemacetan karena harus mengatur ulang antrian di belakangnya.
5. Petugas kurang sigap membantu
Dampak dari penggunaan sistem e-toll adalah berkurangnya jumlah petugas jaga di gerbang tol. Padahal justru dengan penggunaan e-toll ini petugas harus lebih sigap untuk mengantisipasi berbagai kegagalan pemindaian seperti ditulis di atas. Saya pernah mengalami antrian panjang karena harus menunggu petugas jaga datang membantu pengemudi untuk membuka palang secara manual karena e-toll-nya bermasalah sehingga harus membayar tunai untuk mengganti kartu yang dipegang petugas. Ini tentu menjadi anomali karena seharusnya memang tidak perlu ada petugas lagi bila semua sudah berjalan lancar tanpa hambatan.
Setidaknya lima hal itulah yang saya temukan saat menggunakan e-toll, mungkin ada hal lain yang belum ditulis namun dialami oleh konsumen pengguna jalan tol. Kesimpulan sementara saya sih, penggunaan e-toll belum signifikan mengurangi antrian dan kemacetan, malah menambah beban pengelola tol karena harus menyiapkan petugas yang siap membantu apabila terjadi sesuatu dengan mesin pemindai.Â
Belajar dari negara-negara maju, penggunaan OBU (On Board Unit) justru lebih efektif karena cukup menggunakan CCTV sebagai pemindai dan kendaraan bisa terus berjalan tanpa harus berhenti di gerbang tol. Sistem pembayarannya juga bisa menggunakan auto-debit dari tabungan atau disekaliguskan dengan pembayaran pajak tahunan seperti di Turki, jadi tidak perlu setiap saat harus isi ulang kartu yang justru menjad tidak efisien bagi konsumen.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H