Jambi mungkin bukanlah destinasi wisata utama di Indonesia. Tidak terlalu banyak obyek wisata yang diandalkan untuk menarik wisatawan ke sini. Namun demikian, diantara yang sedikit itu terdapat mutiara wisata yang demikian hebat bila dikelola dengan baik.
Peta Kompleks Percandian Muaro Jambi (Dokpri)
Kompleks
Candi Muaro Jambi memiliki luas sekitar 260 Hektar dan terdiri dari sekitar 82
candi (sumber
disini), konon katanya melebihi luas Angkor Wat yang 'hanya' seluas 162 Hektar saja (sumber
disini). Namun demikian candi yang tampak jelas sudah dipugar baru sembilan buah saja, sisanya masih dalam penelitian lebih lanjut berupa pembukaan permukaan tanah yang menutupi situs bersejarah tersebut.
Penampakan Candi Tinggi (Dokpri)
Ditilik dari luasannya, kompleks percandian ini merupakan perwujudan sebuah kota kuno seperti Hierapolis di Turki atau Trowulan di Majapahit. Letaknya di tepi Sungai Batanghari menunjukkan adanya aksesibilitas dari dan ke luar kompleks percandian, bahkan hingga ke perairan Selat Malaka. Namun saat saya berkunjung akhir tahun lalu, masih banyak misteri yang belum terkuak hingga saat ini.
Penampakan Candi Tinggi I (Dokpri)
Dalam kompleks utama tampak tiga buah candi yang telah dipugar yaitu Candi Gumpung, Candi Tinggi, dan Candi Tinggi I, serta kolam Telago Rajo yang diduga merupakan reservoir zaman dulu. Sementara cand-candi lainnya terletak menyebar hingga radius sekitar 3-4 km dari kompleks utama. Oleh karena itu terdapat penyewaan sepeda untuk berkeliling kompleks percandian tersebut.
Kolam Telago Rajo (Dokpri)
Dari kota Jambi kompleks percandian ini berjarak sekitar 30 Km ke arah timur laut dan dapat ditempuh sekitar 40 - 60 menit saja. Namun sayangnya tidak ada angkutan umum yang langsung menuju situs tersebut, sehingga harus menyewa kendaraan atau naik angkutan umum jurusan Tanjung Jabung lalu disambung ojek di pertigaan jalan menuju pintu masuk kompleks.
Tempat Penyewaan Sepeda (Dokpri)
Kondisi sekitar kompleks masih relatif alami dan terdapat perkampungan penduduk di sekitarnya, belum tersentuh pengelolaan modern seperti di Angkor Wat. Tarif masuknyapun jauh lebih murah dari Angkor Wat atau Borobudur, sehingga tidak perlu berharap lebih fasilitas yang tersedia. Papan petunjuk tampak sekedarnya, dan bangunan musium yang mulai kusam kurang terawat dengan baik.
Gerbang Masuk Kompleks (Dokpri)
Alangkah sayangnya potensi wisata yang luasnya melebihi Angkor Wat ini belum dikelola dengan baik. Masih perlu pembenahan di sana sini untuk menjadi obyek wisata seperti Borobudur yang sudah dikelola secara profesional. Padahal kompleks ini sudah masuk dalam usulan UNESCO Heritage Site untuk menjadi situs bersejarah dunia (sumber
disini).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya