Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Ponsel Pintar, Penyelamat saat Kudeta Turki

10 Desember 2016   00:40 Diperbarui: 10 Desember 2016   00:58 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jembatan Bosphorus Sesaat Setelah Blokir Terbuka (Dokpri)

Kecanggihan alat elektronik sebagai pendukung travelling atau perjalanan saya ternyata sangat bermanfaat. Hal ini terasa saat saya sedang travelling di Turki, tiba-tiba terjadi kudeta yang tidak diduga-duga sama sekali. Beberapa jam sebelum peristiwa itu terjadi, saya sempat berjalan-jalan di Taksim Square dan tidak ada tanda-tanda ke arah kudeta. Semua berjalan seperti apa adanya, hanya sedikit agak ketat karena beberapa minggu sebelumnya bandara Attaturk dibom dan ada kejadian penabrakan mobil berisi bom di Nice.

Suasana Kudeta terekam di TV Lokal (Dokpri)
Suasana Kudeta terekam di TV Lokal (Dokpri)
Saya sendiri mengetahui adanya kudeta justru dari ponsel pintar yang saya bawa yaitu ASUS Padfone dan Xperia ZR saat browsing FB menjelang tengah malam saat hendak menuju bandara. Saya mencoba menuju halte terdekat untuk naik bis bandara terakhir, namun tidak ada tanda-tanda bakal berangkat, sementara supirnya hanya nongkrong dan tidak bisa berkata apa-apa. Sayapun kembali ke hotel dan langsung menyalakan televisi untuk melihat apa yang terjadi. Benar saja, di layar televisi tampak pasukan pemberontak berusaha menguasai bandara dan bergerak menuju Taksim Square.

Suasana Mencekam Saat Kudeta (Dokpri)
Suasana Mencekam Saat Kudeta (Dokpri)
Sayapun merekam kejadian di televisi melalui kedua ponsel pintar secara bergantian untuk menghemat memori. Sesaat saya mencoba keluar hotel, namun baru beberapa langkah tiba-tiba terdengar suara tembakan dari arah Taksim Square, membuat saya lari terbirit-birit kembali menuju hotel. Sejak saat itu saya tidak berani sekalipun melangkah keluar kamar hingga tertidur, sambil tetap berdoa semoga ada jalan keluar besok pagi, dan sudah terbayang di kepala kalau bakal lebih lama lagi tinggal di Turki menanti kudeta usai. Sayapun mencoba menghubungi Konsulat Jenderal (Konjen) RI di Istanbul melalui ponsel pintar, dan disarankan untuk merapat ke kedutaan karena kendaraan diplomatik masih digunakan untuk menjemput WNI yang masih terjebak di bandara Attaturk.

Suasana Rakyat Berpesta Setelah Kudeta (Dokpri)
Suasana Rakyat Berpesta Setelah Kudeta (Dokpri)
Esok paginya, saat membuka jendela kamar saya melihat sepasang kekasih membawa koper masing-masing keluar hotel. Sayapun menuju resepsionis dan tampak sang penjaga masih tertidur lelap, sementara kunci tergeletak begitu saja di meja. Setelah mandi dan mengepak tas, sejam kemudian saya memberanikan diri untuk check out setelah menanyakan situasi terakhir dengan resepsionis yang baru saja bangun. Karena tak ada angkutan umum beroperasi pagi itu, saya terpaksa menggunakan taksi menuju bandara Sabiha Gokcen yang berada sekitar 60 Km dari Taksim dan terletak di wilayah Asia, serta harus menyeberangi selat Bosphorus. Saya agak was-was juga mengingat semalam kedua jembatan sempat diblokir pemberontak, dan melalui ponsel pintar saya coba cek jalur yang masih mungkin dilalui. Hampir semua tampak warna merah dan tanda blokir masih menyala di aplikasi Google Maps yang tersematkan di ponsel pintar saya.

Kemacetan Menjelang Jembatan Bosphorus (Dokpri)
Kemacetan Menjelang Jembatan Bosphorus (Dokpri)
Ternyata benar, jembatan Bosphorus 1 masih terblokir saat kami coba melintas sehingga harus memutar melalui jembatan Bosphorus 2. Beruntung blokir sudah dibuka sehingga kami bisa melintas, namun belum lagi senang, jalan tol ternyata macet total sehingga kami harus keluar melalui wilayah Kadikoy agar bisa tiba di bandara sesuai arahan dari Google Maps. Untungnya jalanan relatif lancar hingga menjelang pintu masuk bandara. Di sini jalan tertutup oleh ratusan kendaraan yang tertahan karena tidak dapat masuk ke bandara. Sayapun terpaksa keluar dari taksi dan berjalan kaki menuju bandara yang berjarak sekitar dua km dari tempat berhenti tadi.

Setiba di bandara, tubuh yang sudah lemah semakin lemas karena ternyata konter check in Qatar Airways tutup hingga waktu yang belum ditentukan. Bahkan kantornyapun ikut tutup, dan setelah bertanya pada beberapa penumpang dengan tujuan sama, dapat info bahwa keberangkatan ditunda hingga tanggal 22 Juli atau saat kondisi sudah normal. Karena tidak jelas, saya berusaha menghubungi KBRI, dan diminta untuk berlindung disitu. Jujur saya agak bingung mengingat harus kembali lagi ke pusat kota dengan kondisi jalan macet total. Setelah beberapa jam luntang lantung ga karuan di bandara, saya putuskan nekad kembali ke pusat kota Istanbul melalui ferry dari Kadikoy, dengan resiko tidak ada jadwal penyeberangan di hari itu.

Berjalan Kaki Menuju Bandara (Dokpri)
Berjalan Kaki Menuju Bandara (Dokpri)
Dengan taksi saya meluncur ke pelabuhan ferry Kadikoy untuk menuju Konjen RI yang berada di seberang. Syukurlah ternyata ferry sudah beroperasi kembali sore hari itu, dan gratis lagi tanpa harus menggesekkan Istanbul Kard. Setiba di Eminonu ternyata trem juga sudah beroperasi secara gratis pula dan saya langsung menuju kembali ke Taksim Square untuk menemui Konsul yang telah menunggu di sana. Ternyata setiba di sana konsul sudah kembali ke Konjen RI dan saya diminta menyusul. Karena tidak tahu persis lokasinya, saya cek di aplikasi dan diantar taksi menuju Konjen RI yang terletak di kawasan Eyup.

Suasana Taksim Square Pasca Kudeta (Dokpri)
Suasana Taksim Square Pasca Kudeta (Dokpri)
Setiba di konjen saya disambut hangat oleh konsul, dan mereka mencoba membantu pemulangan kita dengan mengantar ke bandara dan bernegosiasi dengan maskapai. Sayangnya maskapai Qatar Airways masih belum juga buka di bandara Attaturk dan pihak Konjen RI tidak menyiapkan anggaran karena belum terlalu mendesak, sehingga saya terpaksa harus mencari tiket sendiri. Dengan bantuan ponsel pintar saya coba mengecek tiket, dan harganya sudah terkerek tinggi, bahkan hingga 1500 USD karena memanfaatkan situasi. Akhirnya saya putuskan untuk memotong rute dari Istanbul ke KL atau Bangkok, baru kemudian menuju Jakarta.

Suasana Antrian di Bandara Attaturk (Dokpri)
Suasana Antrian di Bandara Attaturk (Dokpri)
Akhirnya saya dapat tiket termurah melalui aplikasi pemesanan tiket online di ponsel pintar, dan untungnya pas sekali dengan sisa limit kartu kredit, yaitu Istanbul - Bangkok transit di Bahrain seharga 6.180.000 Rupiah dan Bangkok - Jakarta seharga 2.900.000 Rupiah. Esoknya saya diantar petugas Konjen RI menuju bandara Attaturk dengan beberapa WNI lain yang kebetulan juga terjebak di Konjen RI. Saat check in ternyata ada sedikit masalah karena tiket tidak dicetak, sehingga sempat terjadi perdebatan dengan petugas. Untungnya dibantu penjelasan konsul mereka bisa mengerti, dan sayapun selamat keluar dari kekacauan kudeta di Istanbul.

Hikmah dari kejadian tersebut, dengan ponsel pintar kita bisa memanfaatkan aplikasi dan fitur-fitur yang ada, seperti:

  • mencek kondisi sekitar kita melalui media sosial atau situ berita online;
  • merekam kejadian baik melalui foto maupun video;
  • menemukan rute tercepat menghindari macet atau jalan ditutup melalui aplikasi peta;
  • memesan tiket penerbangan melalui aplikasi tiket online;
  • bermain game saat transit atau menunggu pesawat;
  • dan tentunya fungsi utama telepon yaitu menghubungi KBRI/Konjen RI dan juga keluarga di tanah air.

Kebetulan ponsel pintar yang saya miliki termasuk sudah perlu diganti, dan seri terbarunya ternyata sudah tersedia di website Electronic City yaitu Xperia Z3 baik warna hitam atau putih, dan Asus Zenfone Selfie dengan harga yang masih terjangkau. Semoga ada rezeki akhir tahun untuk mengganti kedua ponsel saya tersebut sehingga lebih canggih lagi dalam merekam kejadian dan menggunakan aplikasi yang lebih up to date di masa datang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun