Muntok atau kadang disebut Mentok memang benar-benar mentok di ujung barat pulau Bangka. Tempat ini merupakan jembatan penyeberangan ke pulau Sumatera melalui pelabuhan ferry Tanjung Kalian yang terhubung dengan Tanjung Api-Api di Palembang.Â
Namun ternyata Muntok tidak hanya sekedar menjadi kota penghubung saja, melainkan pernah juga menjadi tempat singgah Bung Karno selama hampir enam bulan lamanya pasca Agresi Militer kedua Belanda pada akhir Desember 1948. Bung Karno dan beberapa tokoh politik lainnya diasingkan ke Pulau Bangka agar sulit berhubungan dengan dunia luar.
Walau tak terlalu jauh dari pantai, suhu disini cukup sejuk di siang hari dan katanya dingin di malam hari. Di dalam bangunan terdapat ruang tamu, ruang rapat, dan kamar yang pernah ditempati oleh Bung Karno. Selain itu terdapat mobil tua berplat BN-10 yang pernah digunakan Bung Karno selama di Bangka.Â
Demikian pula dengan tempat tidur, meja dan kursi, serta foto-foto dokumentasi selama masa pengasingan terpampang rapi dalam bangunan tersebut.
Sementara itu walau hanya terdiri dari satu tingkat, kita bisa naik hingga ke atap dan menikmati pemandangan kota Muntok yang terletak di bawah. Di setiap sudut dipasang bendera merah putih pertanda RI tetap tegak berdiri walau Bung Karno pernah diasingkan disitu.Â
Konsekuensinya perawatan bangunan lain di sekitar gedung menjadi agak terbengkalai tidak terawat dengan baik. Bung Karno sendiri tidak lama tinggal di pesanggrahan tersebut karena suhunya terlalu dingin sehingga beliau pindah ke Wisma Ranggam yang terletak di tengah kota Muntok.
Di sini sekarang tinggal seorang penjaga yang menerangkan secara detil kronologis peristiwa yang terjadi sekitar pengasingan Bung Karno dan sejarah Bangka sejak masa Raffles hingga kemerdekaan. Di wisma tersebut setiap kamar diberi nama sesuai dengan nama tokoh yang pernah menghuni seperti Soekarno, Hamengkubuwono, Agus Salim, dan beberapa tokoh lain yang mendampingi Bung Karno.Â