Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama FEATURED

Selamat Hari Perumahan Nasional

25 Agustus 2016   19:43 Diperbarui: 25 Agustus 2020   10:31 991
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pihak bank sulit mempercayai penghasilan mereka walaupun omzetnya terkadang telah melebihi pagu kredit, sehingga memerlukan jaminan lain untuk menjadi agunan kreditnya. Padahal sektor wirausaha merupakan pasar potensial rumah sederhana disamping PNS atau anggota TNI/POLRI.

Program Sejuta Rumah yang dicanangkan Presiden Jokowi tahun lalu juga belum mampu mendongkrak pasokan rumah, terbukti hingga akhir tahun hanya sekitar 700 Ribu unit rumah saja yang terbangun. 

Sementara anggaran pemerintah sendiri hanya mampu memasok kurang dari 100 Ribu unit, sisanya lebih banyak dukungan dari sektor swasta yang diwakili para pengembang di bawah naungan berbagai asosiasi seperti REI, Apersi, Apernas, dan sebagainya. HIngga akhir bulan Agustus ini, diperkirakan baru sekitar 400 Ribu unit saja yang sudah terbangun, masih jauh dari capaian target sejuta rumah per tahun.

Selain itu, membudayakan tinggal di rumah susun di kota-kota besar juga bukan perkara mudah. Kebiasaan tinggal di rumah landed walaupun sempit dan berdesakan membuat wajah kota semakin kumuh. 

Sementara rumah susun yang seharusnya bisa dimiliki ternyata banyak menjadi rumah sewa yang menjadi tempat tinggal sementara alias kos-kosan bagi para pekerja yang pada akhir minggu pulang ke rumah landed-nya. Demikian pula ratusan apartemen yang ada tingkat huniannya masih di bawah 50%, sebagian besar disewakan layaknya kamar hotel saja.

Itulah kira-kira permasalahan yang terjadi dalam penyediaan perumahan bagi rakyat, khususnya masyarakat berpenghasilan rendah. Sebaran penduduk yang tidak merata akibat terpusatnya pertumbuhan ekonomi di wilayah tertentu seperti di Pulau Jawa menyebabkan perolehan tanah semakin sulit dan ditengarai semakin menggusur lahan pertanian yang seharusnya dipertahankan dalam rangka ketahanan pangan.

Ironisnya di pulau-pulau yang kurang subur, pertumbuhan ekonomi juga lambat sehingga pertumbuhan penduduk dan rumah tidak terlalu besar, padahal lahan masih luas dan murah. Inilah tantangan pemerintahan baru untuk menciptakan pusat pertumbuhan baru di luar Jawa sehingga memeratakan pertumbuhan ekonomi khususnya pertumbuhan rumah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun