Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Terdampar di Bandara Istanbul (Terima Kasih Konjen RI)

23 Juli 2016   16:11 Diperbarui: 23 Juli 2016   16:24 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Taksim Square Beberapa Jam Setelah Kudeta (Dokpri)

Cerita ini merupakan sambungan dari artikel sebelumnya disini. Setelah kondisi dipastikan aman, saya beranjak dari hotel menuju Taksim Square dimana taksi mulai ngetem dengan aman. Kondisi Taksim Square terlihat sepi dan bersih, tidak ada bekas-bekas kejadian kudeta semalam, apakah mobil terbakar, atau sampah bekas perayaan kemenangan. Tampak suasana kembali seperti sediakala, tak ada sisa-sisa jejak pertempuran semalam, padahal baru beberapa jam saja lapangan itu ramai oleh massa.

Jembatan Bosphorus 2 Beberapa Jam Setelah Kudeta (Dokpri)
Jembatan Bosphorus 2 Beberapa Jam Setelah Kudeta (Dokpri)
Saya bergerak menuju bandara Sabiha Gokcen yang terletak di seberang Selat Bosphorus dan berjarak sekitar 60 Km dari Taksim (setara Jakarta - Bogor). Untuk mencapainya kami harus melalui jembatan Bosphorus yang semalam sempat ditutup oleh tank-tank tentara pemberontak. Benar saja, jembatan Bosphorus 1 masih ditutup untuk umum, sehingga kami harus memutar lagi menuju jembatan Bosphorus 2 yang letaknya lebih jauh ke utara. Syukurlah, walau agak macet, jembatan tersebut sudah mulai dibuka untuk satu jalur. 

Dari arah barat (Eropa, termasuk Taksim) lalu lintas tidak terlalu ramai, namun sebaliknya, antrian sangat panjang untuk melintasi Bosphorus 2 karena hanya dibuka satu jalur saja, dan masih dalam proses pembersihan. Ada sekitar 5 Km panjang antrian dari arah timur (Asia) berebut memasuki jembatan. Tak sampai 5 Km setelah lewat jembatan, giliran kami terjebak macet di jalan tol arah ke Ankara, sehingga kami keluar tol menuju arah Pendik melalui jalan biasa.

Kemacetan Menjelang Jembatan Bosphorus 2 (Dokpri)
Kemacetan Menjelang Jembatan Bosphorus 2 (Dokpri)
Jalan relatif lancar hingga menjelang pintu masuk bandara Sabiha Gokcen. Rupanya pintu masuk bandara masih ditutup sehingga banyak mobil tertahan. Akhirnya saya putuskan untuk keluar taksi dan berjalan kaki menuju bandara yang masih berjarak sekitar dua kilometer. Alangkah kagetnya ketika ongkos yang saya hitung sekitar 70 USD, ditolak supir taksi, padahal ongkos taksi cuma 156 TR (sekitar 55 USD) dan tol sekitar 30 TR (10 USD), dan air mineral yang dibelikan saat isi bensin tak lebih dari 2 TR (kurang dari 1 USD). Alasannya dia susah balik lagi ke Istanbul akibat macet. Sudah begitu sopirnya juga tidak mengerti bahasa Inggris, sehingga satu demi satu uang 5 Dollar keluar dari amplop diberikan hingga habis 100 USD, sopir tetap menolak. Akhirnya kutunjukkan amplop telah kosong, baru dia mengerti dan bergegas aku keluar taksi.

Mobil Tertahan di Depan Gerbang Bandara Sabiha Gokcen (Dokpri)
Mobil Tertahan di Depan Gerbang Bandara Sabiha Gokcen (Dokpri)
Jalanan sangat panas, sementara para calon penumpang lain sama-sama berjalan kaki menuju bandara, berpapasan dengan para penumpang yang baru saja bisa lolos dari perangkap bandara semalam. Tampak wajah-wajah kuyu penuh ketakutan buru-buru keluar dari bandara untuk mencegat taksi karena tidak ada bis yang beroperasi pagi itu. Di sisi lain tampak sebuah tank tersisa dan kontainer menghalangi jalan akses menuju bandara. Terlihat beberapa polisi berjaga-jaga dengan senjata senapan laras panjang siap siaga memantau keadaan.

Para Calon Penumpang Berjalan Kaki Menuju Bandara, Tampak Truk Menutup Jalan (Dokpri)
Para Calon Penumpang Berjalan Kaki Menuju Bandara, Tampak Truk Menutup Jalan (Dokpri)
Bandara sendiri penuh dengan manusia yang menanti penerbangan yang sempat ditunda akibat peristiwa kudeta semalam. Penerbangan yang menggunakan maskapai lokal seperti Turkish Airlines, Anadolu, dan Pegasus sudah mulai melayani penumpang. Sementara maskapai luar seperti Emirates, Etihad, maupun Qatar Airways masih menutup loketnya. 

Beberapa penumpang hanya bisa pasrah sambil menanti kapan loket tersebut dibuka untuk reschedule jadwal yang telah hangus seperti yang saya alami. Saya sendiri hanya bisa duduk termenung di salah satu bangku kosong, lalu jalan dari ujung ke ujung bandara yang tidak terlalu luas, sambil menelepon adik minta tolong carikan tiket lewat internet, karena tidak ada sinyal wifi gratis di bandara. 

Rupanya tiket penerbangan hari itu sudah habis terjual, dan belum tentu juga berangkat menurut agen travel di Jakarta yang dihubungi adik saya. Saya mulai cemas ketika seorang penumpang yang senasib satu penerbangan dengan saya menyampaikan informasi bahwa maskapai yang kita tumpangi baru ada penerbangan lagi setelah tanggal 22 Juli karena tiket penerbangan sebelum itu sudah overbooked.

Para Penumpang Menanti Konter Tak Kunjung Buka (Dokpri)
Para Penumpang Menanti Konter Tak Kunjung Buka (Dokpri)
Sambil menunggu shalat dzuhur, saya tiduran sebentar di bangku panjang yang kosong di lantai bawah bandara. Namun karena tidak bisa tidur tenang, sayapun kembali mondar mandir dari lantai bawah ke lantai atas sambil melongok kios maskapai yang tak kunjung buka, lalu kembali turun lagi sampai akhirnya terdampar di musola bandara sambil menanti azan karena lelah. 

Saya coba hubungi istri dan adik untuk tetap mencarikan tiket pengganti, karena limit kartu kredit saya mulai terbatas dan tidak cukup untuk membeli tiket penerbangan hari itu. Akan tetapi hasilnya tetap nihil, sementara pemakaian pulsa semakin membengkak membuat saya harus minta tolong isi hingga beberapa kali.

Tram Sudah Mulai Beroperasi (Dokpri)
Tram Sudah Mulai Beroperasi (Dokpri)
Setelah sholat dzuhur yang dijamak asar, saya beranikan diri untuk kembali ke Istanbul lewat Kadikoy, walau tidak jelas apakah kapal ferry sudah beroperasi atau belum, karena tidak mungkin melalui jembatan Bosphorus yang masih macet panjang. Lagi-lagi taksi menjadi pilihan karena hingga siang itu tak satupun bis beroperasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun