Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Antara UI, ITB, Unpad, dan UGM

17 Mei 2016   16:02 Diperbarui: 17 Mei 2016   18:46 11212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belajar di sini lebih mirip seperti di UI namun dalam skala Bandung. Di sini juga sebagian besar mahasiswanya berasal dari Bandung yang gaya hidupnya lebih modis khas urang Sunda. Nuansa Jawa Barat sangat kental disini, baik dari bahasa, budaya, maupun sopan santunnya, walaupun sekarang ini sudah mulai luntur digantikan oleh keberadaan FO dan kafe yang lebih bernuansa barat.

Seperti di UI juga, kehadiran menjadi salah satu patokan utama kelulusan suatu mata kuliah. Kurang dari 75% siap-siap saja mengulang tahun depan. Tapi disini mahasiswanya cenderung lebih kompak satu angkatan atau satu jurusan, jadi bisa saling tolong menolong termasuk dalam hal titip absen. Suasana pergaulannya cukup cair, tidak terlalu terlihat gap antara orang Bandung dan pendatang, 

Suasana kuliahnya agak nyantai, tidak terlalu tegang seperti tetangganya. Cuma udara dingin kadang bikin ngantuk terutama kuliah di siang hari, jadi kompensasinya ngariung seusai jam pelajaran, atau main basket, sesekali main bola di stadion Unpad atau menyewa di Pussenif. Di Unpad juga jarang terdengar mahasiswa DO, kecuali benar-benar malas atau kuliah ganda di perguruan tinggi lain.

Kuliah di UGM

Seperti jargonnya, UGM adalah kampus kerakyatan, memang benar-benar merakyat. Kampusnya saja dilalui bis dan jalan umum, jadi mudah diakses dari mana saja, tidak eksklusif seperti kampus lain. Warga kampusnya juga miniatur Indonesia mini walaupun didominasi oleh Indonesia bagian timur dan tentunya orang Jawa sendiri. Hidup di Jogja juga murah meriah, kalau lagi bokek bisa makan nasi kucing. Di Jogja asal punya keahlian juga lebih mudah cari duit, tinggal iklan saja di kampus atau perpus, order akan datang dengan sendirinya.

Soal kekompakan, UGM boleh dibilang nomer satulah dibanding kampus lain. Mungkin budaya gotong royong masih kental disini sehingga saat mau ujianpun kita bisa belajar bareng sampai pagi. Kehadiran, seperti di kampus lain, tetap harus di atas 75%, tapi sesekali bisa juga sih titip absen tetangga, asal jangan keseringan saja, karena dosennya juga jarang mengabsen ulang. Bahkan kita sempat patungan rame-rame sewaktu ada teman yang belum bayar uang kuliah.

Penutup

Kira-kira seperti itulah gambaran umum masing-masing perguruan tinggi dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Yang terpenting adalah: tetaplah jadi diri sendiri, jangan mudah terpengaruh oleh pergaulan yang tidak jelas yang akhirnya menyebabkan kita dikeluarkan dari kampus. Rata-rata yang DO dari kampus bukanlah karena bodoh, tapi karena malas dan terjebak pergaulan yang negatif. Ada juga karena ketiadaan biaya, tapi biasanya masih dapat ditanggulangi melalui beasiswa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun