Sekitar 300 meter dari gereja ke arah barat, terdapat masjid yang sudah berumur 600 tahun lebih bernama Masjid Wapaue di Negeri Kaitetu. Konon kabarnya masjid ini merupakan pindahan dari atas bukit karena seringnya gangguan dari penjajah Belanda. Di dalam masjid ini masih tersimpan aneka peninggalan seperti tongkat khutbah, penakar zakat fitrah, kain, dan kepingan logam berbentuk burung di pintu asli masjid yang bertuliskan Laa Ilaa ha Illallah. Masjidnya sendiri masih tampak rapi dan terpelihara dengan baik oleh jamaah yang merupakan penduduk asli kampung tersebut.
Setelah mengunjungi tiga tempat bersejarah tersebut, saya melanjutkan perjalanan mengitari setengah pulau Ambon ke arah barat. Dalam perjalanan terdapat satu masjid bersejarah di kampung Seith yang usianya konon juga ratusan tahun. Masuk kampung Larike ada obyek wisata unik yaitu kolam belut, namun saya tak sempat mampir karena sudah sore. Kemudian terdapat batu karang kembar di bibir pantai barat laut Pulau Ambon yang tetap tegar berdiri walau sering dihempas gelombang. Namun yang perlu diwaspadai adalah banjir bandang yang kerap menimpa warga di Jazirah Leihitu. Banjir bandang terakhir tahun 2013 meluluhlantakkan sebagian Negeri Lima dan hanya menyisakan batu-batu berserakan, padahal dahulunya penuh dengan rumah warga.
Ketika melalui Negeri Allang, terdapat satu bangunan bersejarah lagi berupa Baleo Negeri Allang yang juga telah berdiri sekitar 600 Tahun lalu. Kayunya masih kokoh berdiri beratapkan rumbia dari sagu. Negeri Allang merupakan kampung halaman dari Gubernur Maluku terdahulu yaitu Karel Albert Ralahalu. Selepas kampung Allang, perjalanan dilanjutkan menuju ke arah Bandara Pattimura yang berjarak sekitar 20 Km. Selesailah sudah perjalanan menyusuri Jazirah Leihite yang bersejarah karena menjadi tempat masuknya berbagai peradaban mulai dari Arab, Portugis, hingga Belanda, disamping penduduk asli yang berasal dari Moluko Kie Raha (Maluku Utara). Semoga jejak sejarah tersebut tetap terpelihara dengan baik seperti kondisi saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H