[caption id="attachment_401650" align="aligncenter" width="448" caption="Pulau Maitara Seperti Gambar di Uang Seribu Rupiah (Kolpri)"][/caption]
Tidak seperti saudaranya Pulau Ternate dengan Gunung Gamalama dan Morotai dengan Sail Morotai yang mulai dikenal dunia luar, Pulau Tidore masih tertidur lelap dan cenderung kurang diperhatikan, padahal dari sisi sejarah tidak kalah dengan Ternate. Pada abad ke-15 sebelum Portugis masuk ke Maluku Utara, Kesultanan Tidore termasuk kerajaan Nusantara terkuat dan bersaing dengan Kesultanan Ternate. Bahkan di bawah kepemimpinan Sultan Nuku yang merupakan raja Tidore pada awal abad ke-19 berhasil menghalau VOC dari wilayah kerajaannya, sehingga diangkat menjadi pahlawan nasional atas jasa-jasanya dalam perjuangan menentang penjajah.
[caption id="attachment_401651" align="aligncenter" width="448" caption="Selamat Datang di Kota Tidore Kepulauan (Kolrpi)"]
Namun kemasyhuran Tidore mulai pudar seiring dengan berkembangnya Ternate sebagai pusat perdagangan di wilayah Maluku Utara, bahkan sempat menjadi ibu kota provinsi sebelum dipindahkan ke Sofifi yang notabene masuk dalam wilayah Kota Tidore dan Kepulauan. Saat ini Tidore hanyalah sebuah wilayah administratif yang beribu kota di Soa Siu yang terletak di pantai timur, dengan wilayah seluruh Pulau Tidore ditambah sebagian Halmahera di wilayah Sofifi yang sekarang menjadi pusat pemerintahan Provinsi Maluku Utara. Kondisi Soa Siu maupun Sofifi jauh lebih sepi dibandingkan dengan Ternate yang menjadi simpul distribusi perdagangan dan transportasi wilayah Maluku Utara.
[caption id="attachment_401652" align="aligncenter" width="336" caption="Masjid Kesultanan Tidore (Kolpri)"]
Perjalanan ke Pulau Tidore ditempuh selama kurang lebih 40 menit menggunakan speed boat dari Pelabuhan Bastiong di Ternate. Di sebelah barat Tidore tampak Pulau Maitara yang terkenal sebagai lukisan pada uang kertas seribu rupiah. Setelah tiba di Pelabuhan Rum di Tidore, kami berkeliling pulau dengan tujuan pertama Kota Soa Siu. Di sini terdapat obyek wisata sekaligus cagar budaya Masjid Kesultanan Tidore dan Istana Kerajaan Tidore yang masih terpelihara rapi, namun sayangnya kurang dioptimalkan sehingga hanya tampak sekedar bangunan saja tanpa pernak-pernik seperti obyek wisata lain. Bahkan istana Sultan Tidore sendiri lebih tampak seperti rumah biasa ketimbang istana. Tak jauh dari Kota Soa Siu terdapat Pantai Dufa-Dufa, namun saya tak sempat berlama-lama hanya selewat saja sambil jalan mengitari pulau karena sangat sepi pada hari biasa.
[caption id="attachment_401653" align="aligncenter" width="448" caption="Istana Sultan Tidore (kolpri)"]
Pulau Tidore sendiri merupakan gunung berapi Kei Marubu yang sudah tidur ratusan tahun, beda dengan saudaranya Gunung Gamalama yang masih aktif hingga saat ini. Pantainya sendiri masih bersih dan dilindungi oleh hutan bakau untuk mengurangi abrasi, walau di beberapa tempat mulai tergerus. Kondisi jalannya juga relatif mulus namun di beberapa tempat terutama di bagian timur menyempit karena hanya berupa perkampungan yang curam sehingga sulit untuk melebarkan jalan. Sementara sisi barat pulau relatif lebih landai dan jalannya lebih lebar karena merupakan jalur utama dari pelabuhan menuju Soa Siu.
[caption id="attachment_401655" align="aligncenter" width="448" caption="Makam Sultan Tidore (kolpri)"]
Sebenarnya Pulau Tidore menyimpan potensi besar sebagai salah satu daerah kunjungan wisata alternatif selain Ternate dan Morotai. Selain potensi wisata sejarah kebesaran Kerajaan Tidore, juga wisata alam seperti pantai dan gunung yang dapat dikembangkan. Namun karena bukan terletak pada jalur transportasi utama seperti Ternate, Tidore seperti terlupakan dan nyaris tertidur lelap. Alangkah sayangnya potensi wisata yang cukup menarik ini disia-siakan begitu saja, padahal alamnya masih relatif perawan dibandingkan pulau-pulau lain yang mulai dijamah investasi asing dan cenderung mulai jenuh alias crowded. Semoga pemerintah pusat dan daerah di masa datang lebih memperhatikan potensi tersebut.
[caption id="attachment_401656" align="aligncenter" width="448" caption="Hutan Bakau Pelindung Pantai (kolpri)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H