Setelah cek in dan menaruh ransel di kamar hotel, perjalanan dilanjutkan berkeliling kota sambil melihat sejauh mana persiapan Sail Raja Ampat. Tampak beberapa bangunan baru telah selesai dikerjakan, seperti toilet umum, rumah pintar, penginapan, dan pantai WTC sendiri sudah dirapikan jalan masuknya. Demikian pula dengan Masjid Agung Waisai yang masih terasa bau catnya, dan kantor Bupati Raja Ampat yang telah direnovasi untuk menyambut hajat besar negeri ini.
Puas berkeliling kota hingga menjelang Maghrib, badan terasa penat dan kamar hotel menjadi tujuan terakhir jalan-jalan di hari pertama. Esok paginya sebelum keliling ke daerah sekitar, disempatkan dulu untuk foto-foto do pantai WTC. Sayang karena posisinya menghadap ke arah selatan, sunrise tidak tampak jelas, hanya sayup-sayup terlihat di sebelah timur tertutup oleh perbukitan. Tenda-tenda prajurit telah berdiri dan siap mengawal kehadiran tamu VIP, sementara halaman pantai tampak bersih dari sampah, walau masih ada perbaikan sedikit di sana sini.
Setengah jam lebih berkeliling pantai, tukang ojek rupanya telah siap di depan hotel. Segeralah kita meluncur ke pantai Waiwo dan Saleo, dua obyek wisata terdekat dari kota Waisai. Di pantai Waiwo kita bisa menyelam atau sekedar snorkling untuk melihat keindahan bawah laut. Pantai Waiwo sendiri masih dikelola oleh Pemkab Raja Ampat bekerja sama dengan pengelola penyelaman. Hanya tampak beberapa saung untuk bersantai dan menginap, serta dermaga untuk menyeberang ke pulau lain di sekitarnya. Sayang mengingat waktunya pendek karena harus kembali ke Sorong pukul 11.00, niat tersebut diurungkan dan hanya berfoto-foto di seputaran pantai saja. Demikian pula di pantai Saleo yang kondisi masih kurang terawat dibandingkan dengan pantai Waiwo.Kondisi pantainya tidak sebersih Waiwo dan masih memerlukan penataan lebih lanjut.
Mengingat belum pesan tiket, setelah sekitar dua jam berkeliling, buru-buru ojek mengarahkan motornya menuju ke pelabuhan agar masih kebagian tiket di pagi hari. Benar saja, tiket kapal sudah setengah penuh dipesan karena pada hari Sabtu, banyak pegawai pulang ke Sorong. Padahal hari itu hanya ada satu kali perjalanan, dan bila tidak kebagian tiket, terpaksa harus sewa speed boat dengan ongkos setara tiga drum solar! Syukurlah masih dapat tiket pulang, dan masih ada waktu sedikit untuk berbelanja oleh-oleh ala kadarnya. Setelah kembali ke hotel untuk mengangkut kembali ransel, perjalanan dilanjutkan kembali ke pelabuhan melalui jalan yang berbeda dengan jalan utama kota saat datang kemarin. Rupanya jalan ini merupakan jalan asli yang mengitari bukit, sementara jalan utama baru dibuat menjelang sail dengan membelah bukit yang menutupi pelabuhan dengan kota. Disini pulalah terletak kantor sekretariat Sail Raja Ampat, sedikit tersembunyi dan terhindar dari hiruk pikuk kota.
Akhirnya tibalah saatnya meninggalkan Raja Ampat, walau sayang belum sempat mengeksplorasi pulau-pulau lainnya yang lebih indah. Menurut penduduk setempat, untuk mencapai pulau-pulau tersebut, terutama Wayag yang keindahannya sudah mendunia, hanya bisa sewa speed boat dengan tarif sekitar 8 - 12 juta Rupiah. Cukup mahal untuk perjalanan solo travelling dan sangat tidak disarankan untuk pergi sendiri. Lebih baik bila berwisata ke Raja Ampat dilakukan dengan rombongan 10 - 20 orang untuk menekan biaya perjalanan di sana.