Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Bola featured Pilihan

Belajar Membiasakan Harga BBM Naik-turun

17 Januari 2015   16:57 Diperbarui: 1 April 2016   15:40 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Antrean BBM Akibat Kelangkaan Pasokan (koleksi pribadi 1/4/2016)"][/caption]Presiden Jokowi hari Jumat kemarin kembali mengumumkan penurunan harga BBM mulai Senin besok mengikuti perkembangan harga BBM di pasaran dunia, setelah pada November sempat dinaikkan dan diturunkan lagi pada awal tahun baru. Rupanya pemerintah belajar dari Malaysia, di mana subsidi BBM nilainya tetap sebesar RM 0,75 per liter. Jadi, kalau harga BBM dunia naik, harga BBM ikut naik, demikian pula sebaliknya, yang tetap adalah nilai subsidinya. Sekarang ini pemerintah menetapkan besaran nilai subsidi tetap sebesar Rp. 1000 per liter untuk solar dan premium sudah tidak disubsidi lagi.

Pada masa pemerintahan lalu Indonesia justru terbalik. Harga BBM tetap, sementara subsidi turun-naik mengikuti harga BBM dunia. Akibatnya, ketika harga BBM dunia naik subsidi jebol, sehingga bila anggaran pemerintah tidak kuat lagi, terpaksa dinaikkan. Pengumuman kenaikan harga BBM menjadi semacam ritual tersendiri bagi pemerintah di mana rakyatnya berbondong-bondong memenuhi SPBU untuk memenuhi tangki bahan bakarnya. Para penimbun dan penyelundup BBM berpesta pora, sementara inflasi langsung meningkat tajam. Harga barang melonjak sekaligus semakin melemahkan nilai rupiah terhadap mata uang lain. Kenaikan harga BBM menimbulkan efek domino sehingga tidak sehat bagi perekonomian bangsa. Selain itu di samping naik, BBM terutama di luar Jawa sering terjadi kelangkaan.

Mulai tahun ini, pemerintah ingin membiasakan harga BBM naik-turun seperti negeri tetangga agar sehat bagi perekonomian serta tidak terlalu menimbulkan gejolak inflasi yang berlebihan. Belajar dari Negeri Jiran sendiri, naik-turunnya BBM tidak terlalu mempengaruhi harga barang dan jasa. Ongkos angkutan relatif tetap, misalnya dari bandara KLIA ke pusat kota KL sebesar RM 10, walaupun harga BBM-nya naik turun. Ongkos bis kota juga tetap RM 1 untuk jarak dekat. Karena harga BBM naik-turun, keuntungan ongkos angkutan saat harga BBM turun dapat mensubsidi penurunan keuntungan ketika harga BBM naik.

Membuat perubahan tentu tidak mudah, namun harus segera dimulai agar perekonomian kita lebih sehat. Masyarakat dan pelaku usaha harus mulai terbiasa dengan naik-turunnya harga BBM sehingga tidak ada lagi penimbunan BBM dalam skala besar serta antrean panjang saat pengumuman kenaikan harga BBM. Di samping itu, penyelundupan BBM juga semakin berkurang karena tidak ada keuntungan ekonomis lagi dan kelangkaan BBM akibat penyelundupan menjadi teratasi. Pemerintah juga tidak perlu lagi mengadakan acara seremonial untuk mengumumkan kenaikan harga BBM sampai presiden harus turun tangan. Cukup pejabat setingkat Menteri ESDM atau Eselon 1 saja yang mengumumkan naik-turunnya harga BBM. Toh selama ini juga tidak ada pengumuman secara resmi di televisi naik turunnya harga Pertamax, cukup pemberitahuan saja di setiap SPBU.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun