[caption id="attachment_394688" align="aligncenter" width="448" caption="Selamat Datang di Labuan (Kolpri)"][/caption]
Nama Labuan ternyata tidak hanya ada di Indonesia saja, tapi juga nama sebuah pulau di Malaysia, tepatnya di sebelah barat Sabah dan sedikit di utara Brunei Darussalam. Awal 2015 ini saya berkesempatan untuk kembali traveling ke Borneo Utara, dan hari pertama dimanfaatkan untuk menjelajahi Pulau Labuan yang juga merupakan Batam-nya Malaysia, karena disini merupakan daerah bebas pajak alias duty free sehingga banyak toko menjual minuman keras dan parfum merk terkenal tanpa dikenai pajak. Namun bukan berarti bisa dibawa berton-ton karena tetap saja dibatasi pembeliannya bila keluar dari wilayah tersebut dan hanya untuk digunakan sendiri, bukan untuk dijual lagi.
[caption id="attachment_394706" align="aligncenter" width="448" caption="Salah Satu Toko Bebas Pajak (Kolpri)"]
[caption id="attachment_394694" align="aligncenter" width="252" caption="Peta Lokasi Wisata di Labuan (Kolpri)"]
Setiba di terminal 2 KKIA Kota Kinabalu pukul satu malam hari, setelah menginap di sebuah backpacker hostel dekat situ, esok paginya saya langsung menuju Labuan melalui terminal 1 KKIA karena kebetulan dapat tiket promo MAS. Daripada naik jetty selama tiga jam dengan selisih ongkos ga jauh beda, saya pilih pesawat ke Labuan agar ada waktu lebih untuk mengeksplorasi pulau tersebut sebelum menyeberang ke Brunei Darussalam pukul satu setengah siang. Tepat pukul 8 pesawat tiba di bandara Labuan dan langsung menuju pelabuhan ferry untuk memesan tiket ferry sebelum melanjutkan jalan-jalan keliling pulau.
[caption id="attachment_394696" align="aligncenter" width="448" caption="Muzium Marin Labuan (Kolpri)"]
[caption id="attachment_394709" align="aligncenter" width="252" caption="Menara Jam Labuan (Kolpri)"]
Setelah tiket di tangan dan sarapan sejenak di kedai depan pelabuhan, saya langsung menghampiri supir taxi yang nangkring di depan pelabuhan. Beliau menawarkan ongkos RM 60 per jam untuk antar keliling, lalu saya tawar saja RM 100 untuk dua jam dan jadilah kita berkeliling pulau. Kunjungan pertama ke Muzium Marin yang terletak di sebelah timur pulau. Dahulunya bekas pelabuhan lama yang diubah jadi musium. Di sini terdapat koleksi ikan-ikan yang hidup di sekitar Pulau Labuan, dan sejarah beberapa kapal karam akibat menabrak atol yang bertebaran di sekitar pulau. Musium ini buka setiap hari dari jam 9.00 - 18.00 dan masuknya percuma alias gratis, tidak dipungut bayaran. Di depan musium terdapat taman jam Labuan tempat warga berolahraga dan bersantai.
[caption id="attachment_394698" align="aligncenter" width="448" caption="Makam Prajurit Sekutu (Kolpri)"]
[caption id="attachment_394708" align="aligncenter" width="252" caption="Nama-Nama Prajurit Sekutu yang Dimakamkan Disini (Kolpri)"]
Kunjungan berikutnya adalah makam para prajurit sekutu terdiri dari Australia, New Zealand, dan India yang tewas dalam Perang Dunia II. Labuan sendiri merupakan salah satu batu loncatan sekutu untuk meraih Filipina sekaligus merebut Borneo dari tangan Jepang. Ribuan prajurit tewas dan dimakamkan dalam satu lapangan besar seluas sekitar 2 Ha dan dibuatkan tugu peringatan untuk mengenang arwah mereka. Setelah foto-foto, perjalanan dilanjutkan ke Chimney, tempat pertama kali tambang batubara ditemukan di Labuan tahun 1847 hingga tahun 1911. Jam buka musium juga sama dan tetap percuma masuknya. Di musium ini terdapat diorama sejarah pertambangan di Labuan dan Malaysia yang dimulai zaman batu hingga pertambangan modern. Namun yang unik adalah bangunan berbentuk cerobong yang terdapat di luar gedung musium.
[caption id="attachment_394700" align="aligncenter" width="252" caption="Cerobong Asap Chimney (Kolpri)"]
Obyek berikutnya adalah taman burung alias Bird Park, sayangnya hari Jumat tutup sehingga saya hanya mengambil foto depannya saja. Kemudian perjalanan dilanjutkan menyusuri pantai utara pulau. Di sana terdapat resort untuk bersantai dan leyeh-leyeh, namun karena ombaknya cukup kencang sehingga agak berbahaya untuk berenang. Suasana pantai sangat sepi karena kebetulan hari itu hari Jumat, dan baru ramai dikunjungi pada hari Sabtu dan Minggu saja.
[caption id="attachment_394702" align="aligncenter" width="448" caption="Gerbang Taman Burung (Kolpri)"]
Kunjungan berikutnya adalah taman damai (Peace Park) yang dibangun dengan bantuan Jepang dalam rangka memperingati Perang Dunia II di Labuan, sekaligus titik penyerahan Jepang kepada Sekutu atau Surrender Point. Di tempat inilah Jepang menyerahkan penguasaan Pulau Borneo kepada Sekutu yang ditandai dengan tugu bertuliskan Komandan Divisi 9 Australia menerima penyerahan Divisi 37 Tentara Jepang. Walaupun kecil, pulau ini merupakan salah satu teater penting dalam kancah Perang Dunia II dan menjadi batu loncatan sekutu untuk menyerang Jepang di tanah kelahirannya.
[caption id="attachment_394703" align="aligncenter" width="448" caption="Plakat Peringatan Penyerahan Jepang Kepada Sekutu (Kolpri)"]
[caption id="attachment_394711" align="aligncenter" width="448" caption="Taman Damai (Peace Park) (Kolpri)"]
Mengingat waktu sewa taksi hampir habis, saya putuskan kembali ke pusat kota dan minta diturunkan di depan Muzium Labuan. Di tengah perjalanan saya sempatkan sejenak untuk mengambil foto Masjid Jamek Labuan. Muzium Labuan sendiri berisi tentang sejarah Pulau Labuan dari zaman batu, Kerajaan Brunai, hingga menjadi bagian dari Malaysia serta mendapatkan pengakuan sebagai Wilayah Persekutuan sendiri lepas dari Sabah. Jam buka musium sama dengan dua musium sebelumnya dan gratis. Di depan musium terdapat alun-alun kota yang disebut Labuan Square atau Dataran Labuan. Inilah kunjungan terakhir saya sebelum kembali ke pelabuhan jetty yang berada tak jauh dari alun-alun. Setelah Jumatan, saya langsung masuk pelabuhan untuk naik ferry menuju Brunai Darussalam.
[caption id="attachment_394705" align="aligncenter" width="448" caption="Muzium Labuan (Kolpri)"]
[caption id="attachment_394710" align="aligncenter" width="448" caption="Labuan Square (Kolpri)"]
(bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H