Dalam perjalanan saya juga melewati tugu nol kilometer lama, yang terletak sekitar 10 Km dari tugu yang baru. Tadinya titik inilah yang dianggap sebagai titik nol kilometer Indonesia. Namun setelah GPS digunakan secara masif dan pengukuran semakin akurat, ternyata titik nolnya tidak berada di sini, tapi bergeser lagi ke arah barat seperti yang tadi diceritakan. Alhasil pemerintah terpaksa membangun tugu baru yang barusan saya kunjungi tadi. Sementara tugu lama masih dipertahankan sebagai bagian dari sejarah penghitungan titik nol Indonesia.
[caption id="attachment_397828" align="aligncenter" width="448" caption="Titik Nol Kilometer Lama"]
Tak terasa waktu sudah menjelang pukul dua, tanda kapal ferry menuju Banda Aceh akan segera berangkat. Sejenak mampir ke kota, namun karena hari itu hari Jumat, banyak toko-toko tutup karena sedang Jumatan. Terpaksa saya pulang dengan tangan hampa tanpa oleh-oleh, karena sertifikat kilometer nol tadi juga ternyata tertinggal di becak. Semoga suatu saat saya bisa kembali lagi kesana. Masih banyak obyek lain yang belum sempat saya kunjungi seperti benteng Portugis dan pertahanan Jepang serta museum di Sabang.
[caption id="attachment_397829" align="aligncenter" width="448" caption="Penginapan di Pantai Iboih"]
[caption id="attachment_397830" align="aligncenter" width="448" caption="Tepian Pantai Iboih"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H