Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Tunda Dulu Liburan ke Sabang

18 Februari 2015   23:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:55 881
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_397822" align="aligncenter" width="448" caption="Selamat Datang di Sabang"][/caption]

Buat para travellers apalagi yang bakal berlibur ke Aceh, sebaiknya tunda dulu perjalanan ke Sabang. Kebetulan waktu kunjungan kesana sekitar bulan Desember lalu, Monumen Nol Kilometer yang merupakan ikon wisata Sabang sedang dalam perbaikan dan peningkatan kualitas sehingga masih banyak material bertumpuk di sana. Diperkirakan pekerjaan peningkatan kualitas tersebut baru akan selesai akhir tahun ini. Sayang kan kalau selfie di depan tumpukan material. Akan tetapi bila jalan-jalan ke Sabang untuk surfing atau snorkling dan menikmati pantai yang menghadap Samudera Hindia, justru saat liburan Imlek inilah waktu yang tepat. Di samping cuaca sedang pas, juga ramai pastinya.

[caption id="attachment_397823" align="aligncenter" width="252" caption="Tugu Sabang Merauke"]

1424251365446118976
1424251365446118976
[/caption]

Saya sendiri cuma berkesempatan keliling selama tiga jam karena jadwal kapal ferry hanya dua kali sehari, pagi pukul 09.00 dan siang pukul 14.30. Waktu tempuhnya sendiri sekitar 45 - 60 menit tergantung cuaca dan ombak. Setiba di pelabuhan Balohan, Sabang, saya langsung cari carteran bentor alias becak bermotor yang akan mengantar keliling selama tiga jam. Berhubung cuma sebentar, fokus kunjungan saya tentu ke kilometer nol terlebih dahulu sambil lewat kota, baru ke obyek lainnya. Dari pelabuhan ke kilometer nol berjarak sekitar 35 Km dan melewati Kota Sabang.

[caption id="attachment_397824" align="aligncenter" width="448" caption="Titik Nol Kilometer Indonesia"]

1424251429118072020
1424251429118072020
[/caption]

Di Kota Sabang saya berfoto sebentar di Tugu Persatuan Sabang - Merauke sebelum melanjutkan perjalanan. Perjalanan menuju titik kilometer nol setelah kota Sabang ternyata penuh liku-liku dan semakin sempit sehingga menyulitkan papasan dua kendaraan seukuran bis sedang. Kata supir becak, kalau saat liburan tiba, jalan menuju titik nol macet parah, bisa dua tiga jam karena ramainya papasan kendaraan baik yang menuju atau balik. Di sepanjang perjalanan tersebut juga terdapat pantai Iboih dan pantai Gapang yang juga ramai pengunjung saat liburan. Di sisi kiri kanan jalan mulai bertumbuhan hostel dan penginapan terutama yang dekat kedua pantai tersebut. Yang agak mengkhawatirkan adalah sebagian tanah-tanah di sekitar pantai sudah dikuasai orang asing yang berkongsi dengan penduduk setempat, untuk kedepannya akan dibuat semacam resort tepi pantai.

[caption id="attachment_397825" align="aligncenter" width="252" caption="Tugu Titik Nol Kilometer"]

14242514591801078091
14242514591801078091
[/caption]

Benar saja, setiba di titik kilometer nol, pembangunan kembali tugunya sedang berlangsung. Material dan timbunan tanah berserakan sehingga agak mengganggu pemandangan, apalagi buat selfie. Tapi karena sudah terlanjur kesana, apa boleh buat, terpaksa berfoto di antara tumpukan material dan rekahan bangunan lama. Beruntungnya, kita bisa dapat sertifikat tanda pernah berkunjung ke titik nol seharga 30 Ribu Rupiah saja. Lumayahlah buat kenang-kenangan. Tapi ga usah kuatir juga buat para selfier karena pemandangan lautnya tak kalah indah koq dari atas perbukitan, diiringi tingkah polah monyet yang bergelantungan di tepian tebing.

[caption id="attachment_397826" align="aligncenter" width="448" caption="Monyet Bersantai di Tepian Tebing"]

1424251484745443576
1424251484745443576
[/caption]

Setelah nyantai sejenak sambil ngopi Aceh, perjalanan dilanjutkan ke pantai Iboih. Di sini kita bisa nyeberang ke pulau Rubiah di depannya sekaligus snorkling melihat bawah laut. Berhubung saya ga terlalu bisa berenang, terpaksa di skip dulu, cuma ambil foto-foto saja sejenak. Pantainya masih relatif bersih dan sepi pada hari biasa. Tapi kalau sudah hari libur, kata salah satu penjaga warung, hotel-hotel penuh dan berjubel orang bersantai di pantai tersebut. Agak sebelah timur sedikit juga terdapat pantai Gapang, setali tiga uang kondisinya dengan pantai Iboih. Di sini juga banyak turis asing berkeliaran seperti di Iboih, dan itulah yang membedakan Sabang dengan Aceh daratan. Di Sabang peraturan Qanun tidak seketat di daratan, bule-bule masih bisa berbikini ria walau akhirnya terpaksa harus memindahkan sebagian penduduk Iboih ke atas bukit, karena takut anak-anak mereka terpengaruh budaya asing.

[caption id="attachment_397827" align="aligncenter" width="448" caption="Pantai Iboih dan Pulau Rubiah"]

1424251515685650715
1424251515685650715
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun