Dilema Kangen Konser Offline

Sejak masa krisis pandemi Covid-19, seluruh sektor peindustrian menjadi lumpuh sementara sampai waktu yang tidak ditentukan. Bahkan hingga awal Januari 2021 ini, kasus positif pasien Covid-19 tak kunjung menurun. 

Banyaknya masyarakat yang semakin egosentris justru menjadikan tahun baru ini sebagai ajang untuk liburan tanpa memikirkan masyarakat yang menahan diri untuk sama sekali tidak keluar rumah, dengan besar harapan bahwa kasus ini segera mereda. 

Tentu saja situasi seperti ini tidak mudah, bagi siapapun. Pengusaha sukses, pegawai biasa sampai pekerja serabutan kewalahan memutar cara agar tetap bertahan hidup di tengah situasi sulit ini. 

Salah satunya, pegiat di sektor industri event yang dituntut untuk adatif dalam kehidupan yang transformatif. Telah dipastikan seluruh kegiatan pertunjukan dibatalkan akibat pandemi. 

Pada 2019 banyak sekali event konser dari berbagai acara yang saling bahu membahu memberikan guest star yang terbaik demi kesuksesan acara yang diselenggarakan. 

Sebut saja wadah musik berskala nasional dengan menginsiasi program #GerakanBersama yaitu Synchronize Festival, atau acara The Sounds Project dan Soundfest Music yang banyak digemari kalangan muda.

Semenjak pandemi hadir, hal tersebut berubah drastis. Seluruh aktivitas yang memiliki sifat berkumpul harus dialihkan menjadi virtual. Penikmat musik memiliki batasan dalam menyalurkan hal yang disuka. 

Dengan kemajuan teknologi yang pesat, mendukung pada kreator untuk tetap terus membuka pintu berkarya lengkap dengan batasan yang tersedia. Konser online menjadi solusi dari keresahan sebagian orang untuk tetap menikmati karya seniman di tengah pandemi. 

Namun melalui konser online tidak dapat menjadi jawaban sepenuhnya bagi mereka yang merindukan konser offline. 

Banyak juga musisi yang tidak siap dengan konser virtual, karena dianggap tidak dapat mempresentasikan ritual ataupun kebiasaan yang dilakukan selama konser berlangsung. 

Vibes yang dirasakan tentunya tidaklah sama bahkan jauh berbeda. Biasanya sebelum acara musik dimulai, untuk menukarkan tiket harus desak-desakan demi mendapatkan tempat paling depan dan dengan tenang menikmati setiap alunan musik yang diperlihatkan, tak jarang harus sikut-sikutan dengan orang lain. 

Atau biasanya menikmati musik dengan teman-teman dekat dan diakhiri dengan mengabadikan momen bersama, hal itu tak dapat dilakukan di masa pandemi ini. 

Dapat dikatakan tidak hanya rindu menonton konser offline, namun rindu dengan segala hal di dalamnya seperti ikut bernyanyi bersama penonton lainnya, membidik alat potret ke musisi dan menyebarkannya melalui sosial media.

Bahkan tidak jarang mendapatkan teman baru, menghargai setiap karya yang dibuat oleh musisinya langsung, hingga ikut serta menyukseskan acara yang digelar. Tak lupa momen-momen nonton konser bersama teman-teman. 

Meskipun konser virtual bisa menjadi solusi kangen konser kebutuhan masyarakat masa pandemi, tapi hidup seperti sedia kala merupakan harapan yang terpenting bagi setiap pribadi. 

Mungkin kita kangen hiburan konser offline, namun dengan menghargai karya musisi secara virtual juga merupakan segalanya bagi mereka yang susah payah memberikan solusi agar masyarakat tetap bisa mendapatkan hiburan selama pandemi.