Mohon tunggu...
Diyarilma Anggun Ratu Innayah
Diyarilma Anggun Ratu Innayah Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWI UNIVERSITAS MERCU BUANA | PRODI S1 AKUNTANSI | NIM 43223010203

Mata Kuliah: Pendidikan Anti Korupsi dan Kode Etik UMB. Dosen Pengampu: Prof. Dr. Apollo Daito, S.E, Ak, M.Si., CIFM., CIABV., CIABG

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ranggawarsita Tiga Era: Kalasuba, Katatidha, Kalabendhu, dan Fenomena Korupsi di Indonesia

31 Oktober 2024   21:28 Diperbarui: 31 Oktober 2024   23:55 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

3. Masa Depan (Wewaktu)

Masa depan adalah hasil dari apa yang kita lakukan sekarang dan merupakan konsekuensi dari masa lalu. Ranggawarsita mengajarkan bahwa masa depan dapat dipengaruhi oleh tindakan baik atau buruk yang kita lakukan di masa lalu dan sekarang. Dengan prinsip karma, masa depan adalah cerminan dari sikap dan tindakan kita: bila kita berbuat baik, dampak positif akan dirasakan di masa depan; sebaliknya, jika tindakan kita buruk, masa depan juga bisa penuh dengan kesulitan.

Hubungan Tri Wikrama dengan Hukum Karma

Konsep Tri Wikrama berhubungan erat dengan hukum karma, yang menyatakan bahwa setiap tindakan membawa dampak, baik positif maupun negatif, sesuai dengan perbuatan tersebut. Ranggawarsita menggunakan konsep waktu untuk menunjukkan bahwa segala tindakan kita akan berdampak dan kembali kepada diri kita sendiri. Dengan kata lain, apa yang kita lakukan di masa lalu membentuk kehidupan saat ini, dan apa yang kita lakukan sekarang akan membentuk masa depan.

Melalui evaluasi Tri Wikrama, Ranggawarsita mengingatkan kita akan pentingnya kesadaran moral dalam setiap tindakan. Konsep ini mengajarkan bahwa kebahagiaan dan penderitaan adalah tanggung jawab kita sendiri, hasil dari keputusan dan perbuatan yang kita pilih sesuai dengan hukum karma.

Fenomena Korupsi di Indonesia dalam Perspektif Ranggawarsita

Korupsi yang melanda Indonesia menggambarkan kondisi dalam era Kalabendhu, di mana integritas, kejujuran, dan keadilan semakin terkikis oleh kepentingan pribadi. Melalui siklus zaman ini, Ranggawarsita menyoroti bagaimana kemerosotan moral dalam masyarakat dapat terjadi, serta pentingnya peran pemimpin dalam menjaga nilai-nilai luhur demi kesejahteraan bersama.

Ranggawarsita mengingatkan bahwa siklus kehancuran akan terus terulang sampai masyarakat menyadari perlunya kembali kepada nilai-nilai moral yang kuat. Pesan ini sangat relevan dalam menghadapi korupsi di Indonesia: diperlukan reformasi moral dan komitmen dari setiap elemen masyarakat, termasuk pemimpin, untuk menghidupkan kembali keadilan sosial dan integritas.

 

DAFTAR PUSTAKA

Ranggawarsita, R. N. (2001). Serat Kalatidha. Jakarta: Balai Pustaka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun