3. Kalabendhu (Era Penderitaan dan Kemerosotan)
Kalabendhu adalah masa yang penuh penderitaan dan krisis moral yang memuncak. Pada zaman ini, menurut Ranggawarsita, kondisi sosial didominasi oleh ketidakadilan, korupsi, dan penyalahgunaan kekuasaan, yang membawa penderitaan bagi masyarakat. Di masa Kalabendhu, masyarakat mengalami kemerosotan etika yang parah, dan ikatan sosial pun menjadi semakin rapuh. Ranggawarsita mengingatkan bahwa Kalabendhu akan terjadi bila nilai-nilai luhur diabaikan, sehingga era ini mencerminkan konsekuensi dari mengutamakan kepentingan pribadi. Masa ini juga sering dikaitkan dengan situasi kolonial yang semakin kuat di Nusantara, yang membawa penderitaan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Korupsi pada era Kalabendhu dianggap mencapai titik tertinggi, ditandai dengan para pemimpin yang menyalahgunakan kekuasaan dan merugikan masyarakat secara luas. Situasi ini relevan dengan kondisi di Indonesia, di mana korupsi sering kali melibatkan sejumlah pemimpin dan pejabat tinggi negara.
Melalui konsep tiga era ini, Ranggawarsita menunjukkan bahwa perubahan moral dan tatanan sosial adalah bagian dari siklus yang terus berulang. Dia juga mengingatkan pentingnya menjaga nilai-nilai luhur dalam menghadapi perubahan zaman, sekaligus memperingatkan risiko yang akan muncul jika nilai-nilai tersebut ditinggalkan.
Evaluasi Diri Tri Wikrama Ranggawarsita: Makna dan Relevansi dengan Waktu serta Hukum Karma
Konsep Tri Wikrama
Tri Wikrama dalam pandangan Ranggawarsita adalah konsep untuk memahami dan mengevaluasi diri melalui tiga dimensi waktu: masa lalu, masa kini, dan masa depan. Evaluasi ini bertujuan agar seseorang dapat memetik pelajaran dari masa lalu, menyadari tindakan di masa kini, dan mempersiapkan masa depan yang lebih baik. Ketiga dimensi waktu ini berhubungan erat, dengan penekanan bahwa tindakan di masa lalu dan masa kini akan mempengaruhi masa depan, sesuai dengan hukum karma.
1. Masa Lalu (Purwa)
Dalam Tri Wikrama, masa lalu dilihat sebagai waktu di mana berbagai tindakan telah dilakukan dan membentuk kondisi saat ini. Ranggawarsita menekankan pentingnya belajar dari masa lalu, baik dari kesalahan maupun keberhasilan, untuk bisa membangun kehidupan yang lebih baik. Melihat masa lalu memberikan pelajaran tentang mana yang sebaiknya diulang dan mana yang harus dihindari, karena masa lalu merupakan fondasi dari kehidupan sekarang.
2. Masa Kini (Waktining Saiki)
Masa kini, menurut Tri Wikrama, adalah kesempatan untuk memperbaiki diri dan mengambil keputusan yang baik. Ranggawarsita percaya bahwa tindakan yang dilakukan saat ini menentukan masa depan. Dalam kaitannya dengan hukum karma, masa kini adalah waktu yang paling penting untuk berbuat baik dan menghindari perbuatan buruk agar dampaknya positif, baik bagi kehidupan saat ini maupun masa depan.