Pendidikan UNESA
Mahasiswa S3 TeknologiGuru SMKN 1 Kediri
Dalam era Kurikulum Merdeka, paradigma pendidikan tidak hanya mengedepankan penyampaian materi, tetapi juga menekankan pengembangan kemampuan siswa untuk mengelola dan mengarahkan pembelajaran mereka secara mandiri (Student Agency). Melalui filosofi "menumbuhkan padi", Ki Hajar Dewantara mengingatkan, bahwa dalam mewujudkan pembelajaran yang berpusat pada murid, maka secara terencana kita harus membangun ekosistem yang mendukung pembelajaran, sehingga mampu menumbuhkan mereka sesuai dengan kodratnya.
Pada konteks ini, pemahaman terhadap gaya kognitif siswa menjadi hal yang sangat penting. Gaya konitif adalah cara seseorang memproses informasi dan belajar. Gaya kognitif merupakan karakteristik individu yang relatif stabil. Artinya gaya kognitif tidak mudah berubah, namun dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu seperti pengalaman, budaya, dan lingkungan (Akhmad & Wibowo, 2022). Gaya kognitif dapat mempengaruhi banyak aspek kehidupan seseorang, termasuk belajar. Orang yang gaya kognitifnya sesuai dengan karakteristik materi yang dipelajarinya cenderung menjadi pembelajar yang lebih sukses. Misalnya, orang dengan gaya kognitif field independent cenderung lebih berhasil dalam mempelajari konten yang abstrak dan kompleks (Ariyanti & Kurniawati, 2021).
Gaya kognitif dapat dikategorikan ke dalam beberpa dimensi, yaitu: Field dependence-independence, Field Dependence- Independence, Impulsivity-Reflectivity, dan Verbal-Imagery. Field Dependence-Independence merupakan dimensi yang menggambarkan bagaimana seorang individu memproses informasi dari lingkungan (Nurhayati & Mulyaningsih, 2022). Orang yang bergantung pada domain cenderung memperhatikan konteks dan latar belakang, sedangkan orang yang tidak bergantung pada domain cenderung memperhatikan objek dan detail. Impulsivity-Reflectivity merupakan dimensi yang menggambarkan bagaimana individu mengambil keputusan. Orang yang impulsif cenderung mengambil keputusan dengan cepat tanpa berpikir panjang, sedangkan orang yang reflektif cenderung mengambil keputusan secara perlahan dan dengan pertimbangan yang matang. Verbal-Imagery merupakan dimensi yang menggambarkan bagaimana orang memproses informasi secara verbal atau visual. Orang yang verbal cenderung mengandalkan informasi verbal, sedangkan orang figuratif cenderung mengandalkan informasi visual.
Gaya kognitif dapat mempengaruhi pembelajaran individu dalam berbagai hal, seperti efektivitas belajar, strategi belajar, dan motivasi belajar. Individu dengan gaya kognitif yang sesuai dengan karakteristik materi yang dipelajari cenderung lebih berhasil dalam belajar. Individu dengan gaya kognitif tertentu juga cenderung lebih mengandalkan strategi belajar tertentu. Gaya kognitif juga berpengaruh positif terhadap motivasi belajar. Hal ini ditunjukkan dengan siswa yang memiliki gaya kognitif yang sesuai dengan materi pembelajaran cenderung lebih termotivasi untuk belajar.
Motivasi belajar memainkan peran sentral dalam keberhasilan siswa. Motivasi belajar adalah faktor kunci yang memengaruhi tingkat keterlibatan dan usaha siswa dalam pembelajaran. Siswa cenderung lebih termotivasi ketika materi disajikan dengan cara yang sesuai dengan preferensi gaya kognitif mereka. Ini menandakan pentingnya pendekatan pembelajaran yang memperhitungkan gaya belajar individu dalam memelihara motivasi siswa.
Selain itu, gaya kognitif juga dapat mempengaruhi strategi SRL (Self Regulated Learning) yang digunakan oleh individu. SRL adalah kemampuan siswa untuk secara aktif mengatur, mengawasi, dan mengontrol proses pembelajaran mereka sendiri. Hal ini mencakup pemilihan tujuan pembelajaran, penggunaan strategi pembelajaran yang efektif, dan penilaian diri terhadap hasil belajar. Perlu diketahui bersama, dimensi SRL melibatkan regulasi kognitif, metakognisi, dan motivasi intrinsik.
Pemahaman pengaruh gaya kognitif terhadap SRL dan motivasi belajar berimplikasi pada pembelajaran. Guru dapat menggunakan pengetahuan ini untuk mengembangkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan gaya kognitif siswa, membantu siswa mengembangkan keterampilan SRL yang sesuai dengan gaya kognitif mereka, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar (Nurhayati & Mulyaningsih, 2022).
Dalam Kurikulum Merdeka, yang menempatkan siswa sebagai Student Agency dalam proses pembelajaran, SRL menjadi keterampilan kunci. Siswa diberdayakan untuk mengambil peran aktif dalam mengelola pembelajaran mereka, termasuk menentukan jalannya pembelajaran, menetapkan tujuan, dan mengevaluasi pencapaian mereka. Hal ini sejalan dengan prinsip-prinsip dasar Kurikulum Merdeka yang mengejar pembelajaran yang lebih kontekstual, relevan, dan dapat diadaptasi secara individual.
Penyelarasan antara gaya kognitif, SRL, dan motivasi belajar menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung perkembangan holistik siswa. Pendidik perlu memainkan peran aktif dalam mendekati setiap siswa secara individual, memastikan bahwa gaya kognitifnya diakomodasi, dan SRL serta motivasi belajarnya ditingkatkan. Dengan demikian, Kurikulum Merdeka dapat benar-benar menjadi tonggak dalam membentuk generasi yang mampu mengatur pembelajaran mereka sendiri dengan penuh motivasi dan kesuksesan.