Mohon tunggu...
Diyah Ulan Ningrum
Diyah Ulan Ningrum Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Hobi saya adalah menulis, baik menulis artikel ataupun semacamnya. Saya memang orang yang dikategorikan sebagai pemikir. Oleh sebab itu, saya ingin sedikit berbagi bacaan kepada teman-teman semua.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Understand Yourself dengan Rekonstruksi Moralitas Melalui Lingkup Keluarga

19 September 2022   09:31 Diperbarui: 19 September 2022   09:36 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: matrapendidikan.com

Understand Yourself dengan Rekonstruksi Moralitas Melalui Lingkup Keluarga

Manusia merupakan makhluk yang diciptakan Allah Swt., dengan segala kesempurnaannya. Satu-satunya makhluk yang diberikan akal dan perasaan. Allah sungguh Maha Kuasa, penguasa langit dan bumi serta seisinya. 

Penciptaan manusia dengan segala kehendak-Nya mulai dari segumpal darah lalu berkembang menjadi bentuk layaknya manusia namun belum sempurna  dengan ditiupkannya ruh. Kemudian tumbuh menjadi janin yang telah memiliki bentuk sempurna dan saatnya dilahirkan kedunia. 

Tahapan perkembangan manusia jika diuraikan dalam ilmu psikologi perkembangan terdapat tujuh tahapan. Bermula dari sebelum dilahirkan, kemudian tumbuh menjadi anak usia dini lalu anak pertengahan. Setelah itu berlanjut masa remaja, masa dewasa awal, masa dewasa pertengahan dan yang terakhir masa manula.

Tahapan-tahapan ini memberikan kontribusi terhadap perubahan yang terjadi pada diri mereka. Perubahan yang melatih mereka agar lebih berkembang dimasa depan dan membawa kebaikan bagi diri mereka maupun masyarakat. Semua perkembangan yang terjadi tersebut tentu memberikan pengaruh. 

Karena perubahan didalam perkembangan itu terdapat perasaan yang berperan penting termasuk kesadaran, kepribadian, kemampuan kognitif dan juga moral itulah yang di hasilkan dari perasaan.

Berbicara mengenai tahapan manusia dalam perkembangan psikologisnya, tentu tidak luput dari peran orang tua dalam menanamkan sikap dan moral pada diri anaknya mulai kecil hingga dewasa. Belajar itu bukan melulu tentang pendidikan pengetahuan formal, namun pengetahuan moral itu sangatlah penting demi kehidupan anak kelak dalam bermasyarakat dan bersosialisasi. 

Penanaman moral mudah diterapkan pada anak dikala usia mereka masih menginjak balita. Mengapa? Karena pada masa ini, anak akan mudah menerima apa yang mereka dengarkan atau lihat. 

Mereka akan meniru apa yang diajarkan orang tua kepada dirinya. Misalnya, jika orang tua mereka mengatakan hal bohong maka kedepannya anak itu akan melakukan hal yang sama, mereka juga akan berbohong sama seperti yang dilakukan orang tua mereka. Karena pada masa kecilnya, mereka akan berpikir bahwa apa yang dilakukan dan dikatakan orang tua mereka semua adalah benar.

Orang tua dan anak memiliki keterikatan khusus dalam kehidupan mereka di keluarga. Masing-masing dari mereka memiliki aturan atau kita bisa menyebutnya sebagai adab. Adab sendiri itu yang nantinya akan membentuk sebuah moral. Dalam sebuah keluarga, adab itu ada dua, adab anak terhadap orang tua dan juga adab orang tua terhadap anaknya. 

Kita lebih sering mempelajari adab seorang anak terhadap orang tuanya. Oleh karena itu, saatnya kita mengulas beberapa adab orang tua kepada anaknya. Dalam kitab Adabul 'Alim Fii Nidhomil Usroh, adab pertama orang tua terhadap anaknya yaitu memberikan nama yang baik, dan bahkan bukan hanya sekedar adab namun kewajiban. 

Oleh karena itu dengan memberikan nama yang baik pada anak, diharapkan anak itu akan tumbuh dengan baik sesuai dengan namanya. Kemudian, adab memberikan perlindungan dan perhatian kepada anaknya. 

Adab selanjutnya adalah menanamkan pendidikan karakter pada anak. Pendidikan karakter ini mencakup sikap/ moral yang diajarkan orang tua kepada anaknya untuk senantiasa berbuat kebaikan, perilaku yang bijak dan menjalani pergaulan yang baik dalam masyarakat. Dalam hal ini, pergaulan yang baik itu pergaulan yang membawa diri seseorang itu untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Tuhan. 

Namun, seiring dengan perkembangan zaman yang semakin mudah karena arus globalisasi dan teknologi, tak jarang anak itu terjerumus pada pergaulan yang bebas. Tanpa memandang baik dan buruknya dari pergaulan mereka.

Berhubungan dengan pergaulan bebas (pergaulan bebas bukan hanya sekedar bergaul dengan lawan jenis, namun bergaul dengan semua orang tanpa melihat baik/ buruk perilaku orang tersebut) yang menjerumuskan seseorang pada moral dan sikap buruk. Banyak kasus yang terjadi akibat hal tersebut. 

Seperti yang sempat viral pada masa kini, yaitu berkaitan dengan judi chip domino atau orang desa menyebutnya sebagai ngechip yang dilakukan melalui android. Permasalahan ini muncul dan di pelopori dari berbagai kalangan, baik anak-anak, remaja, atau bahkan para orang tua, namun disini mayoritasnya adalah laki-laki. 

Ketika mereka telah bergeming dalam dunia perjudian online tersebut, mereka lupa dengan keluarganya. Mereka membeli chip dan setiap 1 B seharga kurang lebih 60 ribu dari agen penjualnya.

Belum lagi jika dalam satu kali permainan mereka membeli chip diatas 1 B, betapa banyak uang yang mereka keluarkan dalam sehari. Dan belum tentu dalam permainan tersebut mereka menang, jika mereka kalah akan rugi besar. Oleh karena itu banyak sekali remaja dan para orang tua yang terjerat hutang akibat dari permainan judi chip domino tersebut hingga tertangkap oleh pihak hukum. 

Dilansir dari radar koran Jawa Pos, Kapolres Lamongan AKBP Yakhob Silvana, menjelaskan bahwa pelaku perjudian chip itu memanfaatkan smartphone untuk bermain judi tersebut. Jika mereka menang, maka koin yang didapatkan atau dikumpulkan oleh pelaku akan dijual (Jawa Pos RADAR BOJONEGORO). Jadi dalam istilah ini, para pelaku membeli kemudian menjual koin yang didapat dalam bentuk uang.

Dilihat dari kasus teersebut, maka peran orang tua dalam mendidik dan mengawasi gerak gerik anaknya sangatlah penting. Selain untuk perkembangan psikologisnya, juga mampu menjadi patner terbaik bagi anaknya. Oleh karena itu, sebuah ilmu itu perlu ditanamkan pada diri anak agar mereka mampu berpikir dan mengasah otaknya supaya dapat membedakan mana hal yang sepatutnya dicontoh dan mana hal yang harus ditinggalkan. 

Ilmu perkembangan itu penting untuk mengelola semua tahapan yang ada di dalam kehidupan. Penting juga dalam memahami perkembangan anak, menemukan dan menyelesaikan masalah. Dan yang terakhir, ilmu perkembangan sangat penting untuk menjadi self, yang mana lebih baik dalam memahami diri sendiri.

Referensi         :

matrapendidikan.com

Sayyidunal Walid Abuya Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki; Adabul 'Alim Fii Nidhomil Usroh

M. Yusuf Purwanto. Jawa Pos RADAR BOJONEGORO; 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun