Mohon tunggu...
diyah mirawati
diyah mirawati Mohon Tunggu... Guru - Kepala Sekolah-Praktisi Pendidikan

Saya adalah praktisi pendidikan di bidang pendidikan anak usia dini. Saya memiliki keterpanggilan untuk memberikan yang terbaik bagi generasi penerus bangsa melalui pendidikan di kelompok bermain, dan taman kanak-kanak melihat masa perkembangan awal anak-anak adalah masa emas untuk tumbuh kembang anak di masa-masa depan mereka.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Stimulasi Ketangguhan dan Kemandirian Anak Sejak Usia Dini Melalui Camping Rohani di TK Regina Pacis

24 Mei 2024   20:19 Diperbarui: 24 Mei 2024   20:28 833
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saatnya makan siang, anak-anak membersihkan diri sebelum makan. Mengantri untuk membersihkan diri, antri untuk mendapatkan makanan, mereka lakukan.  Ketika waktu makan, mereka harus menunggu sampai semua mendapatkan makanan, kemudian berdoa bersama, dan menyantap makan siang yang lezat, yang sudah disiapkan oleh Ibu Neneng dan Ibu Rifa bersama-sama.   Anak-anak terlihat bertanggung jawab dengan menghabiskan makanannya, nasi dengan lauk sayur bayam dan tempe-tahu serta ikan goreng tepung, mereka habiskan. Setelah selesai santapan siang, anak-anak mencuci sendiri piring dan sendoknya.

Kegiatan terus berlanjut, kegiatan tidur siang, mandi sore, menyantap buah sebagai cemilan sore, dan perpisahan dengan TK A, yang dijemput pulang pukul 5 sore oleh Orang tuanya.

TK B melanjutkan kegiatan dengan materi ke dua, tentang mengasihi kedua orang tua.  Disini anak-anak diajak mengenal rasa sayang, mencintai, mengasihi mama dan papa serta semua anggota keluarga mereka.   Setelah makan malam, anak-anak membuat surat untuk Orang tua, anak-anak membuatnya dengan tulisan mereka, kata-kata mereka, dan hiasan-hiasan yang mereka gambar menggunakan krayon dan pensil warna, dan dilanjutkan dengan Renungan malam.

Di akhir renungan, kami melihat hasilnya langsung, setelah Frater Stefan menjelaskan dan mengingat kembali urutan kegiatan-kegiatan yang sudah anak-anak lalui satu hari ini, anak-anak diminta hening /melakukan silentium (bahasa latin, yang artinya hening, tenang, sepi). Frater menjelaskan manfaat dari silentium dan bagaimana melakukannya, Frater menyampaikan ke anak-anak menggunakan bahasa dan kalimat yang sederhana dan anak-anak dapat mengerti serta langsung terlihat hasilnya, anak-anak beranjak dari duduknya dengan tenang, berusaha untuk tidak menciptakan suara saat bergerak, perlahan berjalan merapikan bantal duduk yang telah mereka gunakan, bahkan ada anak yang menyampiri Guru untuk bertanya dengan suara berbisik, anak-anak berjalan menaiki tangga dan bersiap tidur malam dengan keheningan, tanpa suara. Ibu Guru senang sekali melihat perilaku anak-anak malam ini.

Sumber : Dokumen Pribadi
Sumber : Dokumen Pribadi

Ada cerita lucu dari silentium ini, dimana satu Ibu Guru yang bertugas sebagai pendamping salah satu kelompok anak-anak perempuan tiba-tiba mendapati bahwa dua anak perempuan yang merupakan anak-anak yang kritis dan senang sekali berbicara, anak yang cerewet sekali, tiada hari tanpa bertanya, ternyata sudah berada di dalam tendanya dan sudah siap tidur malam tanpa suara sama sekali. Rupanya mereka sangat mendengarkan Frater Stefan dan melaksanakan silentium dengan tangggung jawab. Waah, lagi-lagi kami sangat bersyukur dengan pengalaman yang kami dapati pada kegiatan retret ini.

Istirahat malam /tidur malam berlangsung aman dan lancar. Ada beberapa anak yang terganggu tidurnya dan susah tidur, namun dapat teratasi dengan ditemani oleh Ibu Guru dan Suster. Anak-anak hebat dapat beradaptasi untuk tidur terpisah dari mama papa, di dalam tenda.  

Pagi hari, anak-anak bangun pagi, kemudian olah raga pagi, sarapan nasi uduk dengan telur dadar dan tahu tempe yang sudah disiapkan lalu mandi pagi untuk bersiap mengikuti Misa Pagi.

Misa Pagi dengan Romo Ignas, masih dalam rangkaian topik Retret “Bermurah Hati” dalam khotbahnya Romo Ignas menyampaikan tentang manfaat tolong menolong dan berbuat baik dengan sebuah cerita tentang “Semut dan Burung Merpati”,   Romo bercerita dengan model bercakap-cakap dan berinteraksi langsung sehingga membuat anak-anak senang sekali mendengarkan dan menjawab pertanyaan Romo, dan terlihat bahwa anak-anak memahami manfaat dari saling tolong menolong.  Dari cerita tersebut anak-anak mengetahui bahwa usia manusia mungkin tidak akan lama, seperti usia semut yang ditebak oleh anak-anak adalah satu tahun, dan usia burung merpati yang ditebak oleh anak-anak adalah tujuh tahun, maka di waktu yang sebentar, sebaiknya digunakan sebagai kebaikan kepada orang tua, kepada teman-teman, makhluk hidup lainnya seperti binatang dan tanaman ciptaan Tuhan.

Sumber : Dokumen Pribadi
Sumber : Dokumen Pribadi

Kegiatan terakhir adalah berkunjung ke Biara Suster FMM, mengunjungi Oma-oma Suster, yang pada masa mudanya sangat berjasa di dunia pendidikan dan pelayanan.  Terlihat bahwa Oma-oma Suster sangat senang dapat berjumpa dengan anak-anak TK, mereka senang dapat bercakap-cakap dengan anak-anak, dan anak-anak mendapatkan pengalaman berbuat baik mengunjungi dan menyayangi Oma-oma Suster. Bermurah hati, berbuat baik dapat dilakukan dalam bentuk yang sangat sederhana, yaitu menyalami orang yang ditemui, memberikan salam, menyapa, dan senyum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun