Mohon tunggu...
diyah meidiyawati
diyah meidiyawati Mohon Tunggu... Guru - tinggalkan jejak kebaikan lewat tulisan

Diyah Meidiyawati, S.S, , seorang guru honorer di sebuah SMA swasta di Bojonegoro, Jawa Timur .

Selanjutnya

Tutup

Book

Kisah Pejuang di Sebiru Safir Madagaskar

17 Juni 2024   10:01 Diperbarui: 17 Juni 2024   10:08 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : pribadi

Aku memiliki harta berharga bernama semangat, dan aku tak kan membiarkan semangat itu pudar.                                                                                 Aku pejuang! Dan, aku berhak menang. (hal. 278)

Bukan hal yang salah bila seseorang memiliki beragam mimpi. Namun mimpi tetaplah hanya menjadi mimpi bila tak pernah ada usaha untuk mewujudkannya. Layaknya orang yang bermimpi hidup makmur dan mendadak terbangun kemudian senyum-senyum sendiri  dan berangkat tidur lagi dengan harapan menyambungkan lagi mimpinya. Mungkin bisa, tapi hanya mimpi, tidak lebih.

Perjalanan meraih mimpi tentunya tidak mudah. Ada banyak hambatan.  Itu pasti, dan tentunya  diperlukan tekad, semangat dan doa yang tiada kunjung henti bagi siapa saja yang hendak meraihnya. Selain tekad, semangat dan doa, kesabaran juga merupakan elemen penting yang tak kalah dibutuhkan untuk meraih mimpi.

Sebiru Safir Madagaskar adalah karya dari Haya Nufus yang diterbitkan oleh Penerbit Indiva. Novel ini mengisahkan sebuah mimpi besar. Mimpi besar untuk keluar dari kemiskinan dan ketidakberdayaan.  

Adalah Mirindra, gadis kecil asal Madagascar yang memiliki mimpi besar untuk menjadikan dirinya inspirasi bagi orang  Malagasy – penduduk asli Madagascar – dengan  segala hal yang bisa dilakukannya. Madagascar, di sebagian pendengaran kita tampak asing terdengar. Namun, sebenarnya negara Republik ini berada  di Afrika bagian Timur dengan ibukota Antananarivo.

Rindra, panggilan untuk Mirindra, adalah gadis kecil yang telah ditinggal berpulang oleh neny-nya (ibu), di usianya yang ketujuh . Hidup dalam atmosfer kemiskinan membuatnya harus pula ditinggal dada-nya (ayah) untuk  bekerja sebagai penambang batu mulia di Ilakaka, lokasi tambang yang berjarak ratusan kilometer dari rumahnya.

Sebagai single parent, dada tak mempunyai opsi lain kecuali menitipkan dan menyekolahkan Mirindra kecil di Akany Tafita, sekolah sekaligus asrama yang diperuntukkan untuk anak-anak keluarga miskin di perbukitan Sahasoa.

Sejak dititipkannya Rindra di Akany Tafita, sejak saat itu pula gadis kecil berkulit legam dengan perut buncitnya memulai babak baru dalam belajar dan bersosialisasi dengan teman sekelasnya yang bejumlah lima orang. Sebut saja Lanto, si trouble maker yang tidak suka belajar. Thiery, si kurus dengan penyakit asmanya. Ada pula Omega yang rumahnya dekat dengan Akany Tafita. Lalu Zoel, anak perempuan paling besar karena terlambat disekolahkan dan yang terakhir, Dymli, si ceria dan riang gembira.

Tinah, sebagai pemilik Akany Tafita, membesarkan dan mengembangkan sekolah ini dengan sepenuh hati. Dalam kesehariannya mengurus Akany Tafita, Tinah dibantu oleh Irene, wanita berusia awal 40 tahun dan dadabe Hiel, lelaki tua ringkih yang mengetuk pintu Akany Tafita dan mengharapkan pekerjaan pada Tinah.

Akany Tafita mempunyai jenjang lima tahun untuk tingkat dasar dan empat tahun untuk tingkat lanjutan pertama. Mungkin di negara kita setara dengan lima tahun untuk sekolah dasar dan empat tahun untuk SMP. Dalam kegiatan pembelajarannya, Tinah memiliki target bagi setiap lulusan sesuai dengan minat dan bakat.

Targetnya adalah setelah lulus, anak-anak bisa mandiri, bekerja atau berkarya. Tak heran jadinya bila Akany Tafita juga memfasilitasi anak-anak dengan aula tempat berlatih menjahit, menyulam dan menganyam. Ada pula balai latihan keterampilan kerja yang memang diperuntukkan bagi lulusan Akany Tafita yang tak mampu melanjutkan studinya ke sekolah pemerintah atau lulusan yang mencari penghasilan dengan berwirausaha.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun