Mohon tunggu...
diyah meidiyawati
diyah meidiyawati Mohon Tunggu... Guru - tinggalkan jejak kebaikan lewat tulisan

Diyah Meidiyawati, S.S, , seorang guru di sebuah SMK negeri di Bojonegoro, Jawa Timur .

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Falsafah Jawa: Wong urip Iku Mung Mampir Ngombe

21 Juni 2023   09:00 Diperbarui: 21 Juni 2023   09:03 771
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Segala rutinitas kesibukan yang dijalani dengan segala pernak-pernik  yang kita miliki - kekayaan, jabatan  dan  pangkat – pasti akan berakhir. Tak ada satupun yang kita punya akan menolong bila waktu yang telah ditentukan Tuhan telah tiba. Yen urip mung mampir ngombe, mengapa kita tidak mulai mendekatkan diri dengan Tuhan dan  mengasihi mahluk ciptaanNya?

Yen urip mung mampir ngombe, mengapa masih banyak di antara kita yang masih memuja kemaksiatan dan perbuatan tercela lainnya? Mungkin hal yang tampak sepele, namun  sangat penting untuk direnungkan adalah saat kita melihat orang meninggal yang masih berada dalam kemaksiatan.  Sungguh sesuatu yang amat disayangkan jika ini terjadi pada kita. Bukankah kita menginginkan akhir baik saat ajal menjemput?

Yen urip mung mampir ngombe, sudah saatnya kita mengisi waktu dengan meningkatkan ketaatan dan memperbanyak kebaikan untuk menyongsong kehidupan di persinggahan berikutnya – akhirat. Ketaatan dan kebaikan yang dikerjakan dengan mengharap balasan Tuhan semata tentunya akan memperberat timbangan pahala yang menjadi bekal utama kelak.

Yen urip mung mampir ngombe, sudah waktunya kita tidak menyia-nyiakan waktu  dan kesempatan. Sudah waktunya pula kita memanfaatkan anugerah tersebut dengan sebaik-baiknya.  Kesempatan sejatinya kerapkali muncul dalam kehidupan  sehari-hari entah kita menyadari atau mungkin melewatinya begitu saja. Saat ini, kebanyakan dari kita  sering menyia-nyiakan waktu dan umur. Banyak dari kita melakukan perbuatan sia-sia dan melalaikan kewajiban beribadah saat Tuhan masih memberikan umur. Saat umur masih menyertai kita melakukan apapun tanpa berpikir baik buruknya, namun saat tersadar ajal sudah menjemput, dan semuanya sudah terlambat.  Sungguh waktu tak bisa kembali

Akhir hidup kita yang sebenarnya adalah kematian. Yang senantiasa beribadah dan  mengikuti aturan hidup dengan baik pasti akan memperoleh keberuntungan. Namun sebaliknya, yang gemar melakukan maksiat akan menyesalinya. Sudah saatnya kita mulai memanfaatkan waktu yang Tuhan berikan ini dengan sebaik-baiknya. Waktu yang telah diberikanNya  sekaligus memberikan kesempatan  bagi manusia untuk menunaikan ibadah dan melakukan kebaikan.

Yen urip mung mampir ngombe, sudahkah kita menyadari bahwa  life is too short? Hidup itu sangatlah singkat. Sesingkat kita singgah di kedai untuk minum dan melanjutkan perjalanan lagi. Seyogyanya  kita menyadari bahwa setiap hari jatah hidup kita berkurang dan tentunya mendekati ajal.  Tempat singgah kita setelah dunia ini bukanlah tempat dengan segala kemudahan dan tentunya waktu yang akan kita habiskan di persinggahan ini sangatlah lama.

Yen urip mung mampir ngombe, seharusnyalah kita merenung, menyadari dan lakukan kebaikan! Mulai saat ini! Jangan tunda lagi! Tulisan sederhana ini hanyalah sedikit yang diketahui oleh penulis. Meskipun sederhana, semoga tulisan ini dapat menjadi pengingat, khususnya untuk saya  pribadi, bahwa dunia adalah tempat singgah untuk menyiapkan bekal sebanyak-banyaknya untuk perjalanan kita di akhirat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun