Mohon tunggu...
Diyah Kusuma Wardani
Diyah Kusuma Wardani Mohon Tunggu... Blogger -

Saya adalah perempuan Jawa yang suka berpetualang ke alam bebas, penyuka kopi hitam asli dari petani lokal, penyayang kucing, anggota Blogger Bogor, dan relawan aksi sosial. Silakan berkunjung ke https://diyahkusumawardanii.blogspot.com . Terima kasih.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kini Anak dari Penyadap Nira Kelapa itu Telah Menjadi Ahli Madya

29 Maret 2017   15:11 Diperbarui: 30 Maret 2017   07:00 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

*Ditulis atas pengalaman bergerak bersama petani gula kelapa di Purbalingga dari September 2012-Januari 2015.

25 Maret 2017 merupakan perjalanan baru bagi seorang pemuda desa kelahiran April 1994 itu yang telah sukses meraih gelar Sarjana. Di usia 19 tahun, Samsul Arifin sudah dipercaya menjadi seorang Ketua Koperasi yang bernama Koperasi Nira Perwira. Koperasi ini resmi mempunyai Badan Hukum tanggal 11 Juni 2013 yang terletak di Desa Candinata, Kecamatan Kutasari, Kabupaten Purbalingga, Propinsi Jawa Tengah.

Bakat kepemimpinannya mulai terlihat ketika dia menjadi kakak pelatih Pramuka di SMA dan Merpati Putih di Kecamatan Kutasari. Selain itu, dia merupakan anggota komunitas Kentongan Purbalingga. Dia tipe orang yang tidak betah jika hanya berdiam diri di rumah. Sampai jika saya ingin bertemu dengannya harus membuat janji, atau bertemu langsung di koperasi.

Samsul Arifin merupakan anak dari pasangan Pak Miharno dan Bu Wami. Pak Miharno merupakan seorang penyadap nira kelapa dan Bu Wami sebagai pengrajin gula kelapa. Walau mereka mempunyai beberapa pohon kelapa sendiri, tapi mereka juga menyewa beberapa pohon kelapa milik tetangga untuk di sadap niranya. Sekitar 25 pohon kelapa setiap pagi dan sore diambil niranya. Mereka adalah pasangan yang gigih dalam bekerja agar mengantarkan anak-anaknya menjadi orang-orang yang terdidik.

Sejak adanya LPPSLH (Lembaga Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya dan Lingkungan Hidup) Purwokerto (cek di LPPSLH Purwokerto) yang mendampingi para petani di Purbalingga mulai September 2012 hingga 2016, Koperasi Nira Perwira sudah mendapatkan banyak bantuan fisik maupun non fisik dari pemerintah. Bantuan non fisik berupa pelatihan-pelatihan yang melibatkan pengurus dan anggota koperasi, sedangkan bantuan fisik berupa pembuatan dapur sehat, gudang penyimpanan koperasi, peralatan memasak gula kelapa, bibit kelapa, dan lainnya. Penyokong dana utama kegiatan non fisik adalah dari HIVOS Asia Tenggara.

Produk Diversifikasi Pangan Gula Kelapa seperti Gula Kelapa Kristal menjadi incaran para pedagang besar karena akan diekspor ke luar negeri, seperti Italia, Singapura, Arab Saudi, dan Negara-Negara Eropa lainnya. Sekarang gula kelapa Kristal berbagai rasa mulai dipasarkan di dalam negeri. Produk baru ini mampu menyejahterakan para penyadap nira kelapa di wilayah Purbalingga.

Memang berat bagi Samsul Arifin untuk menjadi seorang Ketua Koperasi Nira Perwira dengan segala kesibukan kuliah dan organisasi hingga membuatnya bertubuh kurus. Namun, lambat laun ketika Koperasi Nira Perwira mulai berkembang, dia mulai tenang dalam memikirkan kuliahnya.

Samsul Arifin yang bertubuh tinggi, kurus, dan hitam manis itu selalu mengendarai sepeda motor kesayangannya kemanapun dia pergi. Jarak dari rumah ke kampus IAIN Purwokerto sejauh 45 menit ditempuhnya hampir setiap hari demi menyelesaikan bangku kuliahnya. Karena Samsul Arifin merupakan anak laki-laki pertama dan satu-satunya di keluarga. Jadi, orang tua menaruh harapan besar kepadanya, apalagi masyarakat sekitar.

Mungkin 4,5 tahun bagi seorang diploma itu sangat lama. Namun bagi saya tidak, karena sejak awal semester 6, dia sudah membiayai kuliah dan hidupnya sendiri. Apalagi biaya pendidikan di kampusnya tergolong murah. Bagi saya, dia sudah mau menyelesaikan pendidikan saja sudah luar biasa, karena beberapa mahasiswa ketika sudah bekerja di masa pendidikan, akan sulit untuk menyelesaikan pendidikannya.

Samsul Arifin merupakan potret pemuda desa yang berpengaruh di desanya. Dia ingin sukses bersama para penyadap nira kelapa di desanya. Semoga masih banyak orang-orang seperti Samsul Arifin yang mau mengabdi untuk desa. Jargon Gubernur Jawa Tengah beberapa periode lalu yaitu “Bali Ndeso Bangun Ndeso” sudah diterapkan dengan baik oleh Samsul Arifin. Semoga semangatmu tak akan pernah pudar demi menerangi ekonomi rakyat Purbalingga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun