"Kawan, kau tahu? Jika Pak Habibie itu terkenal bukan karena fisiknya, tetapi Beliau terkenal karena karyanya."
**
Aku termangu, saat terbaca sebuah status dari sahabatku di beranda media sosial. Dia bilang: "Aku minder Nda, saat mereka membully aku. Meskipun kenyataannya itu benar. Aku memang nggak sempurna secara fisik. Tapi aku punya perasaan Nda, karena aku seorang insan yang hidup di dunia. Aku bukan malaikat yang diciptakan tidak mempunyai nafsu."
Aku merasakan sakitnya di bully. Karena aku juga pernah mengalaminya. Sedih itu tidak bisa dibendung. Sakit hati merasakan pahitnya hinaan dan cacian.
Lalu, tanganku menjadi gatal ingin memberikan komentar distatusya. "Jangan minder dong, Dek! Nggak keren, ahh."
"Sulit Kak, membuangnya. Aku terlanjur dijajah rasa minder akut."
"Jangan begitu dong. Hai pemuda, bangkitlah!"
"Nggak akan mungkin aku bisa terbebas dari zona jajahan ini? Aku, terlanjur sakit hati oleh perkataan mereka, yang jelas memang minderlah. Karena omongan mereka, memang benar adanya, dan nggak dibuat-buat."
"Apaan sih, Dek. Bisa sampai segitunya?"
"Kakak udah lihat, kan profilku?"
"Udah, terus kenapa?"